19。 setengah noktah

392 49 3
                                    

🎐



"udahan dong nge-live nya, gue malu nih elah."

seruan itu tak di indahkan oleh pemuda berasma habib jisung yang tepat mengarahkan layar ponselnya kearah saniyya bomin.

"bib, gue laper. mending cari makan daripada nge-live mulu, berasa temenan sama artis gue," celetuk saniyya bomin tanpa mengalihkan netra dari ponsel miliknya.

di pijakan pualam hitam yang lain, habib jisung menghela nafas kasar dan melambaikan hasta ke arah kamera. "sampe sini aja ya, guys. karena anak kucingnya gilang udah merengek minta makan."

pemuda dengan kemeja flanel hitam serta celana panjang krem itu menyimpan ponsel dalam saku celana, memicingkan matanya ke arah saniyya bomin. "puas lo, heh? ganggu aja gua lagi nyapa fans."

"emang mereka bilang nge-fans sama lo?"

"ngga juga sih."

saniyya bomin pun mengatupkan kedua kelopak matanya guna mengatur luapan emosi, tak habis pikir dengan salah satu sahibnya ini.

lihat sendiri 'kan, semesta? kalau habib jisung ini adalah sosok pemuda yang terlalu banyak bercanda, sampai buat lainnya ragu antara bercandanya atau seriusnya.

"kapan sih lo serius, bib?" celetuk saniyya bomin sesaat setelah mereka tiba di tempat tujuan, dimana yang lain telah menunggu.

habib jisung mengacak surainya sembari mengulum senyuman. "ya nanti gua serius, kalo saatnya harus serius. pasti gua serius kok."






🎐





"riska, lihat ada cogan." pemudi berdarah semarang yang tumbuh di kota tapis itu mengarahkan telunjuknya ke arah pemuda di balik rak buku.

riska jiwon memicingkan matanya guna menajamkan pandangan, perkara ia lupa membawa kacamata. "ngga keliatan, des. serius, buram banget mata gue."

"sini deh," ujar destiana chaeyoung sembari menggeres raga agar riska jiwon mendekat. "ganteng 'kan? ayolah, masa lo ngga bisa lihat?"

sepersekian sekon, riska jiwon terkejut saat netranya menangkap figur pemuda yang sedaritadi destiana chaeyoung bilang cogan itu.

"itu cowok yang gue akui sebagai cowok gue di depan yang lain waktu itu."

saat ini, diantara rak-rak buku toko, destiana chaeyoung berbisik. "hah? siapa? kapan?"

"gue ngga tau namanya, tapi gue pernah lihat dia ngobrol sama riri. mungkin mereka saling kenal," tutur riska jiwon.

kedua pemudi itu saling beradu tatap, bingung harus bagaimana. setelah mereka berbincang tadi, netra sang pemuda tanpa sengaja menatap ke arah mereka. dia tersenyum serupa memberi salam.

destiana chaeyoung menepuk hasta kiri riska jiwon pelan. "kalau suka, coba deketin. belum tentu dia pacarnya riri, kita tau kalau riri itu gimana."

"ngga berani, des. takut," tolak riska jiwon.

"yaudah, gue aja yang maju. setuju?"

kelas enjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang