hari rabu siang itu, kedua pemudi tengah mengayuh langkah sembari membicarakan sesuatu yang entah dari mana awalnya dan akan berakhir seperti apa nantinya.
hingga kedua pasang tungkai mereka terhenti tepat di depan salah satu bilik di wc sekolah.
"adisa, bentar ya."
"oke, adel."
adelia somi pun memasuki bilik tersebut, sedangkan adisa saeron menunggu di depan keran air sembari melanjutkan kegiatan membaca komik yang tadi sempat terhenti.
saat ini, suasana wc tengah sepi, hanya ada adisa dan adelia. namun, berselang beberapa saat kemudian, tibalah sekelompok pemudi—yang adisa yakini adalah adik kelasnya. namun, pemudi berasma adisa saeron itu lebih memilih untuk tak mengindahkan, karena bukan urusannya.
samar-samar, adisa dan adelia mendengar topik perbincangan sekelompok pemudi itu.
"eh, slogannya kakak kelas itu 'kan 'ipa tiga, enjoy' harusnya kita pake itu juga dong. kita 'kan sama-sama ipa tiga, yakan?" ujar salah seorang dari kelima pemudi itu.
mendengar itu, sontak saja alis kiri adisa saeron menukik sempurna dan mengisyaratkan kebingungan pada raut irasnya.
"jangan gitu, nanti kalau kakaknya dengar kamu bisa kena masalah." seorang lain pun mengingatkan agar sang pemudi tadi berhenti berbicara.
tepat setelah itu, adelia somi keluar dari salah satu bilik dan mengalihkan atensi semua pemudi yang ada disana, tanpa terkecuali adisa saeron yang kini memberi isyarat pada adelia.
"kenapa liat-liat?" tanya adelia somi.
pertanyaan pemudi itu mampu membuat kelima adik kelas itu berging dan merundukkan sirah mereka masing-masing.
"kok ngga dilanjutin bahas kelas enjoy nya? kenapa? takut ya?" kini, giliran adisa saeron yang bersuara.
bukan maksud hati ingin dihargai, atau gila hormat. ini adalah pelajaran tata krama, dimana setiap orang berhak dihargai dan saling menghargai.
sama seperti peribahasa, yaitu celah setitik rusak susu sebelanga.
"gue ngga marah kok kalau kalian mau pake slogan itu juga, silahkan aja. tapi jangan kebiasaan ngomongin kelas orang ataupun orang lain di belakang ya," ujar adelia somi sebelum akhirnya merangkul adisa saeron beranjak dari tempatnya.
"iya, maaf ya kak."
kedua pemudi itu tersenyum simpul, mereka sadar bahwa suara ujaran maaf dan suara pengucap slogan tadi berbeda.
yang bersalah belum tentu akan mengakui kesalahan, dan yang belum tentu salah biasanya akan lebih dulu mengakui salahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
agustus, 2019
"woi, ketua kelas kita udah pulang dari rumah sakit! ayo kita jengukin."
seruan milik alya eunbin mengalihkan atensi seluruh penghuni kelas yang kini tengah menikmati jam pelajaran tanpa pembina, atau bisa disebut dengan jam kosong.
siang itu di hari selasa, tepatnya setelah jam istirahat kedua. mereka menyusun rencana untuk angkat kaki dari sekolah dengan judul wacana 'menjenguk teman yang sakit'.
"bilang wali kelas dulu, ngga sih?" tanya annisa choerry.
livia shuhua pun mengangguk. "iya, cha. bilang ke wali kelas dulu biar jelas izinnya."
tentu saja saat mendengar itu, semua langsung menatap almaratu nancy dan riri yeonhee secara bergantian. membuat kedua pemudi itu sontak mengalihkan pandangan ke arah manapun, selain bersirobok dengan netra milik teman-temannya.
"gausah pura-pura ngga tau gitu deh," sindir fajri mashiho. "gua tau lo pasti lagi ngirim chat ke bu tm 'kan, ri?"
"jangan sok tau lu," timpal viarju sunwoo.
"sini ri, gua yang minta izin sama mami tm." adjie yoshi pun menimpali sembari mebgulurkan tangan kanannya kepada riri yeonhee.
"kalian ini kenapa? riri bisa bilang langsung tanpa harus nge-chat. kalau kalian mau nemenin dia, yaudah sana." galuh aisha pun merangkul riri yeonhee yang tengah menatap sebal ketiga pemuda itu.
bukannya memberi jawaban, sang pemudi berkacamata bundar itu malah mengulas senyuman dan menunjuk ke arah pintu kelas. disana puluhan kepala beserta anatominya telah berdiri dan memandangi mereka berlima dengan tatapan seakan berkata 'lo semua buruan keluar'.
"gue udah dapet izin dari wali kelas dan bu tm juga, beliau bilang kalau riri mood nya lagi baik bisa dijadiin supir," ujar widya yeji.
mendengar itu, sontak yopi hyunjin dan robert haechan menghampiri pemudi berasma widya yeji itu.
"misalnya gua minta tukeran sama lo buat disupirin riri, lo keberatan ga wid?" tanya yopi.
"terus misalnya gua boncengin + traktir lo makan siang besok, lo mau ngga wid?" robert haechan pun menimpali.
widya yeji pun memicingkan kedua netranya. "makasih, tapi gue lebih pilih diboncengin putri atau dwi daripada lo berdua."
"engga, wid. putri mau nebeng mobil riri, motornya dipinjemin ke ryan tadi. lo sama gua aja," jelas yopi hyunjin.
"kok jadi pemaksaan?"
syarifah hyunjin pun menengahi kedua kawula yang tengah beradu argumen, ia pun berdiri di samping widya yeji.
"poy, mending kunci motor lo kasih ke gue biar gue yang bawa," ujarnya.
"lo? bawa motor gua? emang bisa?" yopi hyunjin menatap pemudi di samping widya yeji dengan tanda tanya besar.
"jelaslah, ngga bisa."
siang itu, hari selasa, terurai seutas kisah tentang rencana singkat yang kian terealisasikan. rencana atas nama ketua kelas, yang dijalankan seluruh penghuni kelas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#.
haii, kita ketemu lagi! semoga masih ada yang baca ya cerita ini hihi, ngga kerasa udah dua tahun lebih cerita ini di tulis dan udah hampir dua tahun juga para pemeran ngga saling bertemu atau bertegur sapa 😄
terima kasih sudah singgah dan menetap, salam hangat dari ran.