20

501 86 18
                                    

Happy reading

☁️☁️☁️

  "Ana!" Gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa gak ikut antar bunda sampai sana?" Terselip nada kesal dari ucapan itu.

"Lo.." ana masih bingung, sungguh, ada yang bisa menjelaskan?.

"Apa?, Lo mikir apa?" Shuyang semakin kesal saja melihat reaksi Ana yang membingungkan.

"Gue kira lo.."

"Lo kira gue mau pergi lagi?, Tanpa bilang apa apa?, Gak mungkin, cukup sekali aja dulu" ana masih diam, selain bingung ia juga tak tau harus bereaksi bagaimana.

"Ya udah ayo pulang, dan lo masih hutang penjelasan" Shuyang menggandeng ana keluar dari bandara.

Iya, jadi shuyang tidak pergi bersama bunda, selain karna shuyang harus menghandle perusahaan ayahnya, juga karna bunda ingin shuyang fokus ujian nanti.

Bunda pergi bersama kakek, juga disana sudah ada pamannya yang bersedia menjaga Reana, jadi shuyang cukup lega, ya walau shuyang tidak terlalu percaya pada kakeknya itu, tapi ia yakin pria tua itu tidak akan berani melukai Reana.

"Shuyang, gue masih bingung, tunggu dulu" ana menghentikan langkahnya, menatap kesal cowok didepannya.

"Gue jelasin setelah lo jelasin nanti, gak disini, oke?"

☁️☁️☁️


Wangi kencur yang khas, serta suara bising kenalpot berpadu menjadi satu di emperan jalan malam ini. Warung seblak tepatnya, tidak perlu ditanya siapa yang merequest tempat ini.

"Jadi gimana lo sama cowok itu?, Udah sejauh apa?" Setelah selesai makan Shuyang langsung menatap gadisnya serius.

"Gue harus cerita semua nya?" Tanya ana memastikan.

"Iya semua, tanpa ditutup tutupi lagi"

"Tapi gue takut"

"Gak ada yang perlu lo takuti, jelasin semuanya" tidak ada nada memaksa, cowok itu malah berucap selembut mungkin agar ana tidak tersinggung.

"Gue memang jauhi lo" shuyang mengangguk sekali, "biar lo gampang buat pergi antar bunda berobat, tapi lo malah gak ikut"

Shuyang kembali mengangguk, "inisiatif lo sendiri mau jauhin gue kan?" Ana diam tak menjawab, "jawab ndek"

"Iya"

"Yakin?" Ana kembali diam, "terus soal kemarin yang acara peluk pelukan di pinggir jalan gimana?" Kini nada cowok itu sedikit menyinyir.

"Ih lo gak boleh salah paham.., dia emang atlan, tapi kita gak ada apa apa, gue mau cerita semua tapi percuma kalau lo gak bakal percaya" ana sedikit memalingkan wajahnya.

"Gue selalu percaya kata kata lo" shuyang meraih dagu gadisnya supaya ana kembali menatap nya, "karna dari sini lo gak bisa bohong" yang shuyang maksud adalah mata ana yang tidak bisa berbohong.

"Iya gue berniat ngejauh dari lo soal pengobatan bunda, sebelumnya gue kesel juga karna lo gak cerita apapun"

Cowok bermata sipit itu mengangguk, "sorry, lain kali gue bakal lebih terbuka"

"Ku pegang kata kata mu" ana menyipit menatap cowok itu, tidak seperti sedang di introgasi, lebih ke di ospek wkwk.

"Terus ana sempat cerita ke atlan, dan soal ana yang peluk dia itu karena rencana atlan buat lo cemburu, katanya dengan cara itu lo bakal ngejauh" penjelasan ana sampai disini, ada yang masih bingung?.

"Lain kali lebih jujur lagi" shuyang mengacak rambut gadisnya itu.

"Ana udah jujur ya"

"Ada satu yang engga, lo gak ngejauh dari gue karna kemauan lo sendiri kan?" Ana benar benar bungkam.

"Jangan bilang.."

"Iya gue tau, sehari sebelum kamp sekolah kan?, Kakek bilang apa aja sama lo?, Dia gak bicara aneh aneh yang ganggu pikiran lo kan?" Tanya shuyang panjang lebar, dirinya sudah mengetahui ini sejak awal, karna ya memang shuyang melihat kakek nya yang keluar ruangan saat itu sebelum ana.

"Kenapa gak bilang" oke ana kesal sekarang.

"Gue mau tau penjelasan lo aja, masih belum bisa terbuka ya?"

"Gue minta maaf yang.."

"Gue paham alasan lo gak mau jujur, lo gak mau gue semakin gak suka sama kakek kan?" Sudah di bilang shuyang itu cenayang.

Oke ana mengaku, iya itu mau nya, karna sebelumnya dia tau shuyang memiliki hubungan yang tidak baik dengan kakek tiri cowok itu.

Ana menghela nafas, "iya gue minta maaf-"

"Lain kali cerita ke gue, biar gak ada salah paham kayak gini lagi, oke?" Ana mengangguk patuh.

"Sekarang penjelasan mana yang mau lo denger dari gue?"

"Soal di bus, lo sama luna" balas ana tanpa menoleh, ia cukup malas mengingat hal itu.

"Cie cemburu" goda shuyang, selalu menyebalkan.

"Kata dilan cemburu itu cuma buat orang yang gak percaya diri" balas ana cuek.

"Dan sekarang lo lagi gak percaya diri kan?" Shuyang menirukan logat iqbal ramadhan dalam film terkenal itu.

"Udah deh, apa banget si" sudah tau humor ana receh, malah ngada ngada.

"Lucu banget si lo" shuyang gemas dan mencubit pipi gadisnya.

"Jelasin ih malah ngunyel nguyel!"

"itu salah paham juga ndek, dia jatoh karna ke dorong mingrui, jangan marah lagi oke?" Ana menatap shuyang sebentar sebelum mengangguk.

"Gini deh, kelingking lo mana" Shuyang menginterupsi ana.

"Nah kalo kata anak tk ini namanya janji pocong, kita ganti jadi janji seblak, karna di warung seblak oke?" Shuyang kembali berucap.

"Janji seblak" kekeh gadis itu yang humor nya masih anjlok.

"Gak banyak cuma satu, saling terbuka oke?" Ana menarik nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan lalu mengangguk pasti.

"Oke janji seblak, nanti kalo ingkar harus traktir seblak disini!"

"Gak gitu juga ndek"

"Ya gitu lah, kan janji seblak"

"Terus kalo janji pocong?"

"Ya kalo ingkar ketemu pocong"

Setelah itu keduanya tergelak bersama, setelah sekian lama..

Dibawah rembulan, di bawah terpal akang seblak, di bawah langit malam dua sejoli yang terlihat melepas rindu itu merasakan nikmat yang mungkin bahkan manusia manapun tidak bisa menggantikannya.

Kalau boleh egois, Ana mau keadaan terus begini..

☁️☁️☁️

Hayiii aku update.
Agak freak ya? Wkwk, gpp kan ya..

Kalau suka jangan lupa vote ya!!
Makasih yang udah mau nunggu ^^

Arigatou ❤️
-pacartiway

Fuckboy Ren shuyang 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang