Hayii lama gak update.
Biasalah ye, masalah pelajar malas n banyak tugas tapi kerjaannya rebahan sambil scroll tiktok.
Jangan ditiru, gak baik ^^Yauda Enjoy, happy reading!!
☁️☁️☁️
"Lo jalan di depan aja" ucap ana pada Ryan, keduanya sudah memasuki hutan sekitar 2 menit lalu.
"Ponsel gue mati na" kesal ryan.
"Pake punya gue" ana memberikan ponsel nya.
"Ya udah tetap di belakang gue, jalan nya hati hati" mendapatkan gumaman sebagai balasan membuat Ryan berjalan terus, tak sadar ana tertinggal jauh di belakang.
"Ana?" Panggil nya yang tak mendapat sahutan.
"Jangan bercanda, gak lucu" ucapnya lagi dan mulai berjalan mencari gadis itu ketempat tadi.
"HANA?!" teriaknya mulai panik, "serius gak lucu kalau lo main petak umpet di tempat begini"
Karna panik Ryan akhirnya kembali ke jalur keluar, untung nya ia ingat jalan keluar.
"Pak, Ana hilang" ungkap nya yang berhasil membuat semua yang mendengar terkejut. Termasuk shuyang.
"Gak usah bercanda lo" balas mingzha.
"Buat apa gue bercanda?"
Tanpa berkata apa-apa, Shuyang mengeluarkan ponselnya dan lari kedalam di susul teriakan banyak orang, tak peduli, yang ia pikirkan sekarang adalah gadis itu, gadis nya.
Diluar sana Ryan ingin menyusul, tapi terlebih dahulu di tahan pak zuan.
"Ana!" Teriaknya yang mengambil jalur kanan, entah kenapa tapi merasa itu jalan yang benar.
Berjalan menelusuri gelapnya hutan itu, ditambah udara malam yang begitu menusuk, shuyang yakin gadisnya tak baik baik saja sekarang, terlebih ana tidak menggunakan pakaian tebal.
Melihat gadis yang berjongkok mengikat tali sepatu nya, shuyang segera menghampiri, tak salah lagi kalau itu ana.
"Na" sang gadis mendongak cepat, sedikit terkejut, tapi setelah itu ia memeluk cowok dihadapannya erat, mengabaikan jarak yang akhir-akhir ini mereka buat.
"Lo gak papa?" Tanya shuyang dengan nada rendah, merasa lega, tak lupa membalas pelukan itu.
Ana mengangguk sekali, masih dalam dekapan itu.
Shuyang merasakan tangan gadisnya yang begitu dingin, bisa bisa nya dia bilang baik baik saja?."Ayo balik, semuanya khawatir" ajak cowok itu tapi detik berikutnya ia lupa jalan mana yang barusan ia lewati. Duh elah repot.
"Jangan bilang lo lupa jalan nya?" Dengan enteng shuyang mengangguk, Membuat ana tepuk jidat.
"Ya udah ayo jalan aja, percaya sama gue" ajak shuyang dan berjalan terlebih dahulu.
Bruk
Sebut saja ana terpeleset, tak begitu sakit, tapi cukup untuk membuat bokong nya nyeri.
Shuyang tentu menoleh cepat, dan mengulurkan tangannya, walau sempat berdecak sebal, kenapa ceroboh sekali?.
Bukannya ana bangun, tapi shuyang juga ikut terjatuh, membuat keduanya duduk bersebelahan.
Rupanya bukan ana yang ceroboh tapi tanah nya saja yang licin.
Setelah beradu pandang, keduanya tertawa, entah menertawai apa. Tapi hal itu begitu berkesan untuk huang hana.
Ia menatap langit yang malam ini dihiasi bintang juga bulan setengah lingkaran, cahaya nya seakan memberi kehangatan.
Bukan hanya ana saja yang menikmati hal itu, shuyang juga, cowok itu sudah lama tak melakukan hal hal santai, pikirannya terlalu kacau akhir akhir ini.
Ana tersenyum dan sedikit melirik cowok di sebelahnya, ada kesan tersendiri.
Entah kenapa, hal sesederhana ini dapat begitu berarti baginya.
Kalau boleh, ana mau merasakan hal ini--melihat indahnya langit malam bersamanya-- lagi setelah ini tentunya. Apa masih bisa?.
☁️☁️☁️
"Lo beneran gak pa-pa kan?" Tanya Mingzha memastikan.
Ana mengangguk berusaha membuat semua teman nya yakin, bahwa dirinya baik baik saja.
"Syukur deh, lagian kenapa bisa pencar si?"
"Zha, lo udah nanya itu berkali-kali lho"
Mingzha hanya menyengir, "iya juga"
"Masuk ke tenda masing-masing, istirahat dan jangan lupa baca doa tidur, oke?!" Seru pak zuan.
Walau begitu, masih banyak murid yang hanya duduk di depan tenda, termasuk Ana.
"Na, tidur geh" ucap yuna yang sudah setengah sadar di dalam tenda, dirinya sungguh lelah.
"Nanti, lo duluan aja" niatnya, ia ingin mengecek luna yang katanya tidur sendiri, ia hanya khawatir.
Gadis itu beranjak dengan teh hangat di tangannya, berjalan menuju tenda luna, tapi langkahnya terhenti kala seorang pria duduk disebelah luna, kalau yang duduk itu Ryan atau Mingrui ana tidak akan berhenti, percayalah.
Tapi sayangnya yang duduk itu shuyang, memberikan teh hangat dengan perhatian pada Luna, ana tak tau mereka menyadari keberadaan nya atau tidak, tapi sebaiknya dirinya segera pergi.
Seperti tak perlu di deskripsikan bagaimana perasaan nya sekarang, sesak? Tentu, sejak pagi Ia memikirkan cowok itu, yang bahkan belum tentu memikirkan nya balik.
Ah sudahlah ana ingin istirahat, rasanya hari ini begitu panjang.
Disisi lain, shuyang melihat ana yang masuk kedalam tenda, cowok itu tersenyum lega, percayalah, ia hanya ingin melihat gadisnya beristirahat, karna jika dari letak tenda nya, tenda ana tak terlihat.
Jujur saja, Shuyang lebih suka Ana marah marah padanya dari pada harus perang dingin begini.
☁️☁️☁️
Oke sekian terimakasih.
Sy malas, ada yang mau bantu ketik?
Tidak yasudah.Stay save, stay healthy, stay my story juga ya💚
-bubugf
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuckboy Ren shuyang 2 (END)
FanfictionLEBIH BAIK BACA FUCKBOI 1 DULU ^^ "Na, lo bertahan hidup untuk apa?" Tanya shuyang dengan nada yang berbeda dari biasanya. Ana diam sebentar, "Orang orang yang gue sayang, karna gue tau gimana rasanya kehilangan" shuyang tertegun mendengarnya. "Kala...