22

734 101 47
                                    

Happy reading
Minta maaf dulu sebelumnya kalau
Ini bener bener aneh ( ◜‿◝ )♡

Sebelum baca juga boleh tuh puter music nya xixi.

☁️☁️☁️

 
Masih dimalam yang sama setelah shuyang mengantarkan Ana pulang dengan selamat.

Angin malam lagi lagi menghembus kencang, dijalan yang minim penerangan ini shuyang mengendarai mobil nya dengan kecepatan cukup tinggi.

Cowok berjaket denim yang kini tengah menyetir itu tiba tiba saja teringat ucapan sang ayah sebelum beliau tiada.

Waktu itu sore hari di teras rumah, sebelum hujan bulan Oktober turun, keduanya duduk di kursi jati ditemani wedang jahe buatan bunda, juga pisang goreng yang wanginya bahkan bisa membuat tetangga ikut tergiur.

Shuyang waktu itu masih duduk di bangku SMP kelas 9 tepatnya, semuanya saat itu masih normal, tak ada yang menggangu hidupnya.

Hanya saja ia tengah dilema, antara dirinya yang harus merelakan Risa dan memilih persahabatannya, atau malah sebaliknya.

Sang ayah yang biasanya sibuk kini sempat duduk di sebelah anak tunggalnya, yang suatu saat akan menjadi penerusnya, seburuk apapun anaknya itu, ia akan tetap meneruskan perusahaannya.

"Kamu kenapa si hei?, Galau in cewek ya?" Tebak sang ayah setelah menyeruput secangkir wedang jahe hangat.

Shuyang masih diam, mengamati awan sore yang semakin menggelap.

Bisa di bilang hubungannya dengan sang ayah tidak begitu dekat, selain karna ayah sibuk, shuyang juga selalu tidak berada di pilihan ayahnya, alias selalu memiliki jalan sendiri, walau terkadang kesal, sang ayah tak bisa melarang anak tunggalnya itu.

"Pah, kalau didunia cuma ada satu cewek, apa ayah akan jaga cewek itu mati matian?" Bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, bocah piyik itu malah menanyakan hal lain yang sedikit membuat ayahnya terkejut.

"Enggak, karna hidup gak cuma soal pasangan aja, kalau kamu terfokus menjaga satu gadis itu, akan banyak hal yang kamu lewatkan, contohnya masa depan, kamu harus bisa menempatkan pasangan kamu sebagai orang yang selalu ada, dan juga sebaliknya, supaya hubungan itu sehat" sembari mengusap rambut anaknya, juan berkata begitu.

Rintik rintik air mulai turun satu persatu membasahi tanah, bunga bunga bunda juga ikut basah, daun daun terlihat lebih segar, shuyang masih asik menatap rumput yang mulai tinggi di halaman rumahnya, sembari menyelami pikirannya yang berisi kata kata ayah tadi.

"Pah, hidup orang dewasa itu kayak gimana sih?" Masih sama, dengan kepolosannya shuyang kembali bertanya.

Sang ayah mengangguk, ia menemukan raut ketakutan juga kebingungan dari wajah anaknya, "berat, tapi kamu harus bisa melewatinya, gak perlu pusing, jalanin aja sesuai alurnya, selagi kamu melakukan yang terbaik, insyaallah lancar jaya kayak jalan tol!" Terselip nada candaan di akhir kalimat yang membuat shuyang ikut tersenyum.

"Nih yang perlu kamu inget, jangan pernah menyerah dan lari dari masalah, seperti yang ayah bilang tadi, jalanin sesuai alurnya, ikuti tadirnya, lakukan yang terbaik, kalau misal capek, ya istirahat, jalan hidup kamu masih panjang, santai aja dulu" sore itu dengan aroma jahe yang menyengat, ayah kembali mengusap rambut shuyang lembut.

Kalau tau itu adalah kali terakhir shuyang bisa duduk dengan ayah bersama wejangannya, shuyang mungkin memilih untuk terus duduk dan tidak mandi sore itu.

Fuckboy Ren shuyang 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang