Masih ada rasa

422 19 0
                                    

#Part_8

"Sayang, kamu kenapa? Ada apa?" tanya Zachry panik.

"I--itu, Pak. Ada kecoa!" ucap Dita takut seraya menunjuk ke bawah meja riasnya.

"Kecoa? Bwahahhaha ...," Zachry tertawa melihat Dita yang sedang berditri di atas kasur dengan wajah yang ketakutan.

"Kok, ketawa? Cepetan buang! Nanti aku ngga bisa tidur," ujar Dita yang menutup wajahnya menggunakan selimut.

"Aku kirain kamu kenapa? Ternyata kecoa! Bwahahahha ...," tawanya pecah seketika.

Zachry menghampiri Dita. Lalu ia pun duduk di samping Dita. "Pak? Kita makan, yuk! Mama pasti udah nungguin kita," ujar Dita diiringi kekehannya.

"Bilang aja laper! Pakai alasan segala!" sindir Zachry.

"Ih! Ngeselin, deh! Ya, udah. Aku duluan!" Dita berlalu meninggalkan Zachry.

"Sayang! Tungguin!" teriak Zachry mengejar Dita.

"Siapa suruh bikin aku kesal!" ketus Dita.

***

Setelah mereka selesai menyantap makan malam.

Drrtt ... drrtt ....

Handphone Zachry berdering. Tertera nama Kelvin di layar handphone-nya.
Ia pun mengangkat telpon tersebut.

📞Zachry
[Halo, Kevin? Ada apa?]

📲 Kevin
[Kabar buruk! Chelsea, mantan tunanganmu tertabrak mobil]

📞Zachry
[A--apa? Bagaimana bisa terjadi?]

📲Kevin
[Aku tak tahu pasti. Yang jelas ia sedang berada di rumah sakit]

Tuutt ....

Sambungan telpon terputus secara sepihak.

Deg!

Dadanya terasa sesak mendengar mantan kekasihnya terluka. Ia masih menyimpan rasa untuk Chelsea. Namun, wanita itu telah melupakannya.

Dita yang melihat raut wajah Zachry pun menghampirinya dan bertanya keadaan Zachry.

"Pak? Bapak, kenapa? Kok, raut wajahnya sedih gitu?" tanya Dita keheranan.

"Mantan tunangan saya, Chelsea. Ia sedang berada di rumah sakit. Ia dikabarkan tertabrak mobil," jelas Zachry. Dita hanya mengohkan saja.

'What? Mantan tunangannya Bapak! Otomatis, Pak Zachry masih punya perasaan dong, ke Chelsea itu,' gerutunya dalam hati.

Zachry pun bergegas mengambil jacket-nya dan segera pergi ke rumah sakit. Ia berlalu melewati Dita yang terdiam bak patung pancoran. Ia meninggalkan Dita begitu saja dan pergi ke rumah sakit.

'Secemas itu, kah? Ia pada Chelsea, mantan tunangannya itu?' gumam Dita.

Dita pun menyusul Zachry pergi ke rumah sakit bersama mama mertuanya. Dita masih kesal dengan tingkah Zachry yang meninggalkannya begitu saja. Bagaimanapun, ia adalah istri sekaligus calon ibu dari anaknya.
Bukan patung yang tegak di tengah-tengah bangunan! Tak sampai di situ.

Terlintas dipikiran Dita hal-hal yang akan mempengaruhi kesehatannya.

'Apa jangan-jangan, Pak Zachry akan ninggalin gue gitu aja? Oh, no. Itu ngga mungkin. Eh! Kalau itu benar-benar terjadi, gue bisa-bisa jadi janda muda, nih! Gimana pun gue harus pastiin, kalau Pak Zachry ngga ada main di belakang gue!' batin Dita semakin kacau.

"Sayang, kamu kenapa? Mikirin Zachry, ya? Mama tau perasaan kamu, tetapi kamu juga harus ngerti perasaannya Zachry. Waktu itu, ia sempat kehilangan semangat hidupnya setelah ia dikhianati tunangannya.
Namun, mendapat kabar seperti itu membuatnya mengingat masa-masanya dulu. Ia belum bisa melupakan Chelsea," jelas mama panjang lebar.

Walau mama sudah menjelaskan. Namun, hatiku masih gundah. Tetap saja aku masih ragu akan semua ini.

***

Zachry menjatuhkan buliran bening dari pelupuk matanya. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia tak tega melihat Chelsea terluka dan terbaring di rumah sakit.

Sekarang, ia sedang menunggu dokter memberi tahu kondisi Chelsea. Dokter pun menyatakan Chelsea sudah sadarkan diri. Zachry pun menghampiri Chelsea.

Ceklek!

Zachry masuk dalam ruang rawat itu.
Chelsea yang baru sadar menoleh kearah Zachry berada.

"Z--zachry? M--maafkan aku! Aku telah mengkhianatimu, ini semua salahku yang pergi meninggalkanmu," lirih Chelsea.

Chelsea perlahan bangun dan berjalan kearah Zachry. Ia memeluk erat Zachry dan menangis di bahu Zachry.
Zachry pun membalas pelukan itu.
Ia sangat merindukan sosok tunangannya itu. Lalu tanpa ia sadari seseorang membuka pintu ruangan tersebut.

Ceklek!

Alangkah terkejutnya Dita. Melihat sang suami sedang berpelukan dengan wanita lain. Seketika buliran bening kini membasahi wajahnya.

Ia pun berjalan menghampiri mereka.
Perlahan tapi pasti. Dita pun bersuara.

"B--bapak ...," lirih Dita yang tengah terisak.

"Dita? S--saya bisa jelaskan semua ini!" ujar Zachry.

Dita pun menatap lekat mata Zachry.

"Kok, Bapak, tega sama Dita. Bapak ninggalin Dita gitu aja di rumah, sekarang Bapak malah pelukan sama wanita lain. Bapak pikir Dita hanya sebuah patung! Hah!" bentak Dita.

Ia mengeluarkan semua yang mengganjal di hatinya saat ini.

"Apa Bapak tahu, saya dari tadi khawatir mikirin Bapak! Tapi, apa? Bapak ngga mikirin perasaan Dita! Bapak jahat! Kalau begini, lebih baik Dita mati saja bersama calon anak ini!" ucapnya lalu dengan cepat mengambil pisau buah yang berada di atas nakas.

"Dita! Kamu jangan nekat! Saya bilang jangan! Ditaa!" teriak Zachry. Namun, Dita sama sekali tak menghiraukan teriakan Zachry.

Srreekk!

Dita mengiris pergelangan tangannya sendiri. Darah mulai bercucuran dari pergelangan tangannya. Ia pun berkata, " Setelah ini, Bapak bisa bahagia bersamanya."

Matanya pun mulai tertutup. Ia pun pingsan di pelukan Zachry. Zachry berteriak histeris, ia merasa frustasi.

'Apa yang aku lakukan, aku memang bodoh! Seharusnya aku memberi tahunya tadi. Kejadian ini pasti takkan terjadi,' batin Zachry.

Ia pun berteriak memanggil dokter dan perawat. Dita pun dibawa ke ruang rawat. Ia diperiksa dan diobati di sana.
Zachry menunggu di luar dengan keadaan cemas. Ia takut terjadi sesuatu pada Dita dan calon anaknya.

Dokter pun keluar dan menghampiri Zachry. Dokter tersebut menyampaikan bahwa Dita ....

Bersambung ....

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang