MOTTA || CRAZY RICH

4.4K 235 28
                                    

❣ HAPPY READING ❣

      Bukan Motta namanya jika dirinya dapat menurut dengan perkataan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Bukan Motta namanya jika dirinya dapat menurut dengan perkataan orang lain. Kepedulian Motta benar-benar sudah tidak ada lagi semenjak masalah dalam hidupnya satu-persatu mulai berdatangan. Motta tidak pernah mendengarkan apa yang di katakan orang lain. Bisa di katakan kalau pria itu adalah manusia pembangkang yang tidak suka di bangkang. Lucu sekali memang. Namun, itulah Motta. Ia hanya melakukan apa yang dirinya kehendaki. Walaupun membahayakan dirinya atau orang lain, selagi itu membuat suasana hatinya senang, Motta tidak peduli, ia akan lakukan hal itu, sekalipun itu adalah hal buruk. Akan tetapi, sejak dia— wanita yang ia cintai terus berkata adiknya itu membutuhkannya, disitulah kepedulian, rasa sayang Motta hanya untuk adiknya. Tak ada yang lain. Tak ada yang bisa merasakan betapa hangatnya Motta jika sudah sayang dengan orang lain. Tak heran, jika sekarang Motta sedikit risau dengan ancaman Pritta tadi. Ia paling takut jika adiknya sudah berkata seperti itu. Motta tidak ingin kehilangan seseorang yang ia sayang untuk kedua kalinya.

      Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di sebuah tempat yang sedikit besar. Seperti rumah bentuknya, namun tempat tersebut sangat tertutup. Apalagi cat tembok dengan warna perpaduan hitam, putih, dan abu-abu, serta dekorasi yang bercorakkan kegelapan, sangat tampak sekali kesan keiblisan juga kejahatan pada tempat ini.

      Motta turun dari kendaraan roda empat itu. Di susul dengan beberapa pria bertubuh besar. Tak ada Fatih di dalam sana karena tadi Motta menyuruhnya untuk mengantarkan Pritta pulang ke rumah. Salah satu di antaranya, membuka pintu kiri— pintu penumpang. Pandangan Motta tertuju pada seorang gadis yang menatapnya dengan ekspresi ketakutan. Motta menatapnya dengan dingin, wajah datarnya terus menjadi ekspresi kesehariannya.

      "Turun."

      Gadis itu menggeleng, "Kak— kak Motta mau apain aku?" Tanya gadis itu takut-takut.

      "Lo maunya gua apain? Pulang tinggal nama atau berujung koma?"

      Gadis itu menggeser lebih jauh. Ia tak mau turun dari kendaraan ini. Sungguh yang Metta mau hanyalah pulang ke rumahnya. Mungkin besok ia akan bicara pada Papa-nya untuk memindahkan dirinya ke sekolah yang biasa-biasa saja asal tidak bertemu dengan laki-laki kejam ini.

      "Kak Motta.. Aku mau pulang aja.."

      "Pulang ke rahmatullah maksud lo? "

      "Loh, Kak Motta islam?"

      Jeda, "Oh iya lupa, Pritta juga islam," ralatnya kemudian.

      Metta tak sengaja melirik laki-laki yang menatapnya dengan sangat tajam. Spontan ia menggeleng cepat. Jantungnya kembali berdegup kencang. Ucapan Motta sangat membuat gelisah hatinya. Ia takut apa yang dikatakan pria itu akan benar terjadi pada dirinya.

M O T T A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang