MOTTA || HAPPY WEDDING!

1.3K 130 35
                                    

haloo

jangan lupa vote dan komennya ya!

happy reading

______

      Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan melihat tiga senyum perempuan yang paling berarti dalam hidup Motta. Keyrene, Pritta, dan Metta. Ketiga perempuan itu yang membuat Motta bisa bertahan sampai detik ini. Motta yang dulu tak sedekat sekarang dengan Pritta, Motta yang dulu membenci Keyrene, semuanya membaik karena kehadiran gadis cantik yang kini berada di hadapannya.

      Setelah bermalam di rumah sakit, Metta diperbolehkan kembali pulang karena gadis itu hanya mengalami syok saja kemarin. Dokter meyanyarankan untuk semua orang terdekat Metta, jangan sampai berbuat apapun yang mengakibatkan Metta sedih, cemas, terkejut, dan hal lain yang menyebabkan gadis itu nge-drop.

      Motta terus tersenyum dihadapan gadis yang tengah duduk di tepi ranjang dengan kaki menggantung.

      "Kamu kenapa sih, Kak? Senyum muluuuu," kata Metta yang sadar kalau lelakinya terus tersenyum kepadanya.

      "Kenapa sih? Nggak boleh gitu gua senyum didepan pacar gua sendiri?"

      "Lo mau gitu gua senyumnya di depan orang lain? Di depan umum?" Balad Motta sedikit ngegas.

      Metta mengerutkan keningnya bingung, "kok kamu emosi? Kenapa, kenapa?? Hari ini moodyan banget sih."

      "Ya lagi, gua senyum salah. Marah salah."

      Jeda, "gua cuma lagi seneng aja, Ta karena masalah gua udah selesai. Walaupun banyak korban jiwa, seenggaknya semua kejahatan kebongkar," jelas Motta.

      "Oh iya, terus tante Aurlyne udah di laporin?" tanya Metta teringat.

      Motta menggeleng, "nggak sempet dilaporin. Semalem Mami dapet kabar dari orang rumah, katanya ada pihak rumah sakit yang nelepon."

      "Aurlyne meninggal karena tembakkan pada bawah dagunya yang disengaja. Sementara Mozzy, dalam tubuhnya terdapat luka tusuk dan keningnya mengalami luka. Mereka berdua di temukan di kediaman mendiang orang tua Aurlyne atau Nenek dan Kakeknya Mozzy," jelas Motta secara detail.

      "Sayang banget, ya.. Kenapa semuanya harus berakhir kematian? Ya,, walaupun aku tau nggak ada manusia yang hidup kekal atau abadi, seenggaknya bertahan hidup sebelum ajal menjemput lebih baik dari pada bunuh diri," balas Metta.

      "Ntah. Gua rasa, gua ngelaporin pun percuma. Aurlyne udah nggak ada, Gean, Azran, Noah, semua yang terlibat udah menyesali perbuatannya. Lagi juga mereka temen-temen gua."

      "Gua bingung mau tetep laporin atau dibiarin aja.. Apalagi Fatih, gua nggak bisa laporin dia ke polisi. Gua nggak tega."

      Metta mengelus pundak Motta, memberikan rasa empatinya kepada laki-laki itu.

      Motta mendongak. Menoleh ke arah Metta dan menatapnya dalam, "Nanti gua mau ketemu Argean. Mau ikut?"

      Dengan segera Metta mengangguk cepat, "mau, mau, mau!"

      "Okeiii.. Nanti kita ketemu Argean setelah..."

      Motta sengaja memotong ucapannya, "kita datang ke pernikahan Bayu sama Melo!" sambungnya dengan penuh semangat.

      "Ayo, yang lain udah pada nunggu!"

      "Gua nggak tau deh bisa ngehadirin acara ijab qabulnya atau nggak," lanjut Metta.

M O T T A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang