MOTTA || I GOT YOU, BABE

2.2K 161 85
                                    

HALLOOOO GAISEEE!

HOW ARE U TODAY?

I HOPE U ALWAYS FINE<3

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENNYA YAA! karna satu vote dan komen sangatlah berharga buat kami para penuliss<3

i hope u enjoy this chapter!

❣HAPPY READING❣

______

      Kini Motta berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dengan jari telunjuk yang memutarkan kunci mobil miliknya— ia berlari menaiki tangga untuk naik ke lantai dua. Laki-laki itu sedikit heran dengan keadaan rumah yang sepi. Hanya ada para maid-nya di rumah itu. Motta sempat berpikir, Papa-nya sekarang pasti sedang berada di kantor.  Si Mozzy anak jalang itu? Ya ntahlah, Motta tidak tahu. Mungkin dia sedang berada di kamarnya. Kalau jalangnya? Sudah pasti sedang berbelanja menghabiskan uang. Cih! Jika Motta meningkat kejadian saat dia sengaja menjebak Motta di depan Papa-nya, ingin rasanya ia cepat-cepat menghempas jalang itu dari rumah ini.

      Motta membuka pintu kamar yang bertuliskan, 'Pritta's Room'. Laki-laki itu berdiri di ambang pintu dengan tangan yang masih memegang knop pintu tersebut.

      "Dek."

      "ASTAGFIRULLAHALAZIM! LAILAHAILALLAH MUHAMMADARASULLULLAH!"

      Motta mengerutkan keningnya, "tumben lo nyebut."

      Pritta bangkit dari ranjangnya. Ia menghampiri laki-laki itu dengan segera, "ya itu, lo tumben manggil gue apa tadi? Dek?"

      "Ya, lo kan adik gua. Salah?"

      Pritta terdiam sejenak. Bahkan gadis itu sampai memeriksa kening Motta untuk mengetahui bagaimana suhu tubuh abang-nya itu.

      "Normal."

      "Ya, emang normal."

      Mata gadis itu memicing, "hmmm.. Gue tauuuuuu!" Pritta menjeda perkataannya, "pasti ada yang lo mau kan?!" Tebaknya curiga.

      Tebakkannya sangat tepat. Memang Motta menghampiri adik-nya ini karna ada yang laki-laki itu inginkan.

      "Telponin Metta dong. Suruh sini."

      "Hah?! Lo aja kan bisa, Mott."

      "Ya bisa. Tapi nggak bisa."

      "Maksud banget dih."

      "Gua putus sama dia, Pritta. Jadi.. Jadi gua nggak bisa hubungi dia lah."

      "Gengsi? Dih najis. Lo yang mutusin, lo yang kangen, lo yang gengsi. Tolol."

      "Kata siapa kalo gua yang mutusin?"

      Pritta berbalik arah. Dia melangkah menuju ranjangnya, "tadi pas istirahat, Metta kan keliatan galau banget. Apalagi kalo bukan karna lo putusin. Lagi juga di kantin tadi rame banget pada ngomongin kalian berdua."

M O T T A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang