MOTTA || METTA NEEDED YOU

1.3K 76 4
                                    

haloo

jangan lupa vote sama komennya ya!

happy reading!

______

      Setelah bicara dengan Motta tadi melalui sambungan telepon. Bukannya menjadi sebuah ketenangan bagi Metta, malah yang terjadi adalah sebaliknya. Semua rasa ia rasakan. Sedih, kecewa, terpukul, sakit hati, sesak  Hanya satu yang tidak dapat ia rasakan.

      Bahagia.

      Mengakhiri hubungannya dengan Motta bukanlah hal yang dia inginkan jika keadaan tidak mendesaknya untuk melakukan itu. Tidak mengapa jika Motta membencinya setelah ini. Semua itu Metta lakukan karena dia sendiri tidak dapat memastikan kalau dirinya bisa terus bersama dengan laki-laki itu selamanya?

      Metta sendiri tidak tahu apakah dia bisa sembuh atau tidak. Sakit yang ia hadapi semakin lama semakin terasa. Sesak di dadanya, kepalanya yang terasa pening. Metta kehilangan semangatnya.

      Satu hal yang sangat menjadi beban pikirannya saat ini.

      Apa Motta sungguh-sungguh akan membatalkan semua perjanjian dan kerja sama dengan perusahaan Papanya?

      Jika benar. Itu artinya keluarganya akan menderita hanya karena keputusan Metta yang memutuskan hubungan dengan Motta. Jadi, apa laki-laki itu menerima semua perjanjian bahkan kerja sama dengan perusahaannya hanya karena Metta?

      Metta menangis terisak dalam tidurnya. Setelah mengangkat telepon tadi. Metta tak kuasa untuk tetap duduk, kepalanya sungguh terasa pening sehingga gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sakit.

      Syifa yang melihat keterpurukan gadis itu, ia bangkit dari duduknya di sofa. Berjalan mendekat le arah Metta. Menyentuh pundak gadis itu dan membuat sang empat sedikit terkejut.

      "Metta.."

      Merasa namanya terpanggil, Metta mengubah posisinya yang semula miring menjadi menghadap lurus ke atas. Kepalanya menoleh ke arah Dokter Syifa.

      "Kenapa kamu putuskan jika kamu masih sayang, Metta?"

      Metta diam tidak langsung menjawab. Rasanya pertanyaan itu akan membuat jawaban yang seakan adalah doa yang Metta sendiri panjatkan. Tapi bagaimana? Pikirannya terus tertuju ke sana. Feeling-nya terus mengatakan jika dirinya dan Motta bisa menyatu.

      "Metta nggak yakin, bunda.."

      "Metta nggak yakin kalau Metta bisa sembuh," sambungnya menjawab.

      Jawaban Metta membuat hati Syifa tersentuh. Ia memejamkan matanya sampai setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

      "Bunda—"

      "Bunda akan lakukan apapun agar Metta sembuh. Ingat itu, ya sayang.."

      "Satu persatu kita lewati semua."

      "Metta pasti bisa sembuh kok. Bunda dokter janji sama Metta. Bunda akan lakukan apapun agar Metta sembuh dari semua penyakit Metta.

      Metta menggeleng tidak yakin. Jelas-jelas penyakitnya ini sulit untuk di sembuhkan. Jika bisa, dengan cara apa? Ayo cepat lakukan jika penyakit-penyakit nya bisa disembuhkan. Metta ingin balikan karena dia masih sayang.

      Tangannya refleks menyentuh dadanya yang terasa sesak dan sakit. Metta memejamkan matanya menahan rasa itu.

      "Tinggalin Metta sendiri, bunda dokter.."

M O T T A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang