Hebi no joō

1K 116 6
                                    

!! Warning !!

-

Typo dimana mana

-

!!!Happy reading guyssss!!!


~~~

"016 gagal menjalankan misinya nyonya" ucap seorang pria paruh baya, atau bisa kita panggil dengan sebutan Edward. Pandangan nya terus menunduk tanpa berani bertatapan langsung dengan netra hijau terang milik sang majikan.

"Bawa dia kemari" ucap seseorang yang di panggil dengan sebutan nyonya oleh Edward tadi.

"Baik nyonya" jawab Edward, kemudian langsung pamit undur diri untuk segera membawa orang yang di maksud oleh majikannya tersebut.

Tak butuh waktu lama bagi Edward kembali dengan sosok yang di maksud majikannya tadi, dirinya mendorong sosok itu kehadapan sang majikan kemudian dirinya pamit undur diri dari ruangan temaram tersebut.

Karna dirinya sudah mengetahui bagaimana nasib orang yang ia bawa tadi, sudah dapat di pastikan orang itu akan mati di tangan majikannya itu, karna memang bukan hanya sekali dua kali ia melihat hal seperti ini bahkan bisa di bilang sudah ribuan orang yang telah melepaskan nyawa di tangan majikannya itu.

"Hamba pamit undur diri nyonya, dan selamat bersenang senang" pamitnya undur diri.

Selagi Edward pergi meninggalkan ruangan, orang yang tadi Edward bawa dengan diseret tadi, kini tengah bergetar ketakutan di sana. Tubuhnya bergetar hebat, matanya terpejam dengan erat enggan untuk terbuka, nafasnya mulai memburu di ikuti dengan degupan jantung yang kian bertambah cepat, seolah dirinya akan mati detik itu juga.

Sosok lain yang juga berada di sana kini sedang tersenyum kecil sembari sesekali mengelus ular peliharaanya yang berdiam tenang di tangan kirinya.

"Jadi, kau sudah siap bertemu dengan kedua orang tuamu di neraka?" ucapanya dengan nada tenang, namun memiliki makna gelap di dalamnya dan itu terucap begitu saja dari bibir si cantik.

Sosok cantik yang tengah menduduki kursi singgahsana miliknya dengan anggun itu kini mulai menatap angkuh sosok yang tengah terduduk di hadapannya sambil terus menggumamkan kata 'maafkan hamba' secara berulang, membuat dirinya kesal.

"Haisss berhenti menggumamkan kalimat yang tidak berguna itu, telingaku sakit mendengarnya" ucap wanita itu sembari memegang telinganya berpura pura seperti orang kesakitan.

"T-tidak.. T-t-tolong ampuni n-nyawa hamba.." jawab sosok malang itu lirih.

"Ututu, seberharga itu kah nyawamu itu? sampai sampai kau memohon padaku hanya untuk meminta agar aku tidak mengambilnya, hmm?" tanya sang wanita kemudian dirinya mulai bangkit dari tempatnya duduk saat ini, lalu ia berjalan dengan perlahan mendekat pada sosok lelaki malang yang ada di hadapannya kini.

Bisa di liat oleh mata kepalanya sendiri, bahwa sosok di depannya semakin bergetar hebat kala mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

Si wanita tersenyum miring, lantas mulai berjongkok di hadapan pria yang senantiasa menunduk takut tanpa mau membuka matanya barang se inci pun.

"T-t-tid.."

"Sssttttt diamlah mengoceh" si wanita mengelus perlahan rahang tajam si lelaki kemudian terkekeh setelahnya, "Kau ingin selamat?" tanyanya yang kini merubah usapan lembut tadi menjadi cengkraman keras pada rahang tegas tersebut hingga membuat si empu meringis sakit.

Èmó zhī wáng (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang