Gakkōniiku

743 107 11
                                    

Hallo para pembaca setia aiiii, maaf banget ini mah yah lagi lagi ai slow update pake banget><

Ai bener bener lagi buntu dan mood buat nulis itu ilang, kek semua inspirasi yang ada di otak ai tuh pada bubar ntah kemana:(

Dan sekalinya ada ide, ai nya malah lagi banyak tugas dan kerjaan yang harus segera di kerjain. Dan ujungnya malah lupa hehe..

Jadi yah... Gini deh, book ini kegantung ga jelas.

Bukannya ai ngga mau janji atau apa, tapi takutnya ai ngga sanggup nepatin janji ai kalo bakal sering update lagi, jadinya ai cuma bisa kasih kalian update an kalau misalnya ai ada waktu luang dan mood ai lagi bagus buat ngetik nya.

Segitu aja ya maaf banyak basa basi, oke sok atuh silahkan selamat membaca hehe..

Paipai!!



































































































Pagi ini hampir di sepenjuru mansion Jung dibuat mencekam akibat ulah Haechan yang tengah merajuk hanya karna Jaehyun lupa menghubungi temannya kemarin untuk memberitahukan tentang dirinya yang ingin bersekolah di sana.

Namun, hal itu bukanlah inti dari permasalahan mereka saat ini. Tetapi dari aura yang di pancarkan oleh si bungsu Jung itulah yang membuat seluruh mansion berubah menjadi seperti di kutub utara sangking dinginnya.

Bahkan Jeno saja yang notabenenya memiliki kekuatan es, tak sanggup menahan dingin nya mansion saat ini. Sebab dingin yang di pancarkan oleh Haechan adalah dingin yang sama dengan seseorang yang memiliki kekuatan es absolute yang menjadi pemegang tahta tertinggi di dalam dunia per es an. Dan Jeno masih berada di tingkatan sedang untuk bisa mencapai kekuatan absolute itu.

"ACOUUHHH!!"

Jaemin sudah menggigil hebat sedari tadi, hidungnya sudah memerah seperti kepiting rebus dan sesekali ia akan bersin.

Tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, tapi kecualikan Mark. Dia mendapat sedikit keuntungan akibat memiliki kekuatan api, jadi dirinya bisa sedikit menghangatkan tubuhnya menggunakan kekuatannya itu.

Sedangkan sang pelaku tak peduli akan apa yang terjadi di sekelilingnya, intinya ia sedang merajuk ke seluruh keluarganya sekarang.

"Chan udah dong ngambeknya.. Kamu ngga kasian liat dad kedinginan kayak gitu?" ujar Mark mencoba bernegosiasi dengan adik bungsunya ini.

"Siapa suruh daddy lupa sama janjinya, hmph!"

Mark menghela nafas, adiknya memang sedikit keras kepala. Maka dari itu dirinya harus memutar otak kembali agar adik bungsunya tak merajuk lagi.

"Daddy beneran lupa kemarin, kamu jangan kayak gini dong de. Lagian besok kan masih bisa, nah untuk hari ini nanti hyung beliin kamu ice cream deh, gimana?"

Pada awalnya Haechan tidak tertarik sama sekali akan tawaran dari sang kakak, namun ketika rungunya mendengar kata 'ice cream' terlontar dari mulut sang kakak. Dengan segra Haechan langsung menolehkan pandangannya dan menatap berbinar sang kakak.

"Beneran?" tanyanya memastikan, dan anggukan Mark menjadi tanda bahwa kakaknya itu tidak sedang bercanda.

"Satu cup besar?" tanya Haechan lagi.

"Iyaa" jawab Mark.

"Oke deal!" pekik Haechan senang.

"Oke nanti waktu hyung pulang dari sekolah, hyung bakal mampir dulu ke minimarket buat beli ice cream nya" final Mark, dan hanya mendapat anggukan kecil dari adiknya.

Èmó zhī wáng (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang