dua puluh tiga

2.8K 382 53
                                    

hiruk pikuk ditengah ibu kota sudah biasa bagi pemuda yang kini sedang fokus menyetir mobilnya. mata tajamnya menatap kedepan dimana jalanan macet seperti biasanya, mendecak kesal ia kemudian menyetel musik dari tape mobil. lagu kesukaannya semenjak 5 tahun terakhir ini, strawberry and cigarettes. jarinya sesekali mengetuk setir mengikuti irama lagu, mencoba untuk tetap rileks walau kenyataannya pikiran dan hatinya berantakan.

hampir 30 menit mobil range rover merah miliknya sampai lalu memarkirkan mobilnya. pria itu turun dari mobil lalu berjalan masuk kedalam gedung. aura dari bos ceo yang baru ini langsung mengalihkan pandangan karyawan nya padanya kini. tampan, mapan dan sempurna.
semua menunduk hormat dan menyapa sopan pada ceo terbarunya itu, tapi hanya dibalas tatapan datar dan anggukan singkat. satu kekurangan dari bos baru mereka ini, sulit disentuh. sangat kaku dan irit berbicara. membuat siapapun segan untuk mengajaknya berbicara.

kaki panjangnya berjalan menaiki lift khusus petinggi di kantor ini, kemudian dia menekan tombol 17 untuk ruangan pribadinya. setelah sampai sudah ada sekertarisnya yang menyapanya dengan sopan.

"pagi, pak." orang itu hanya mengangguk singkat.

"oh ya pak, tadi tuan watanabe mengabari kalau bapak sudah sampai tolong segera kabari beliau."

"ya."

setelah sampai diruangannya dia melemparkan tasnya ke atas meja, kemudian duduk di kursi kebesarannya dan menyenderkan punggungnya disana. matanya menatap kosong pada jendela disana yang memperlihatkan awan putih pagi hari.

"udah 5 tahun aja. apa kabar?" haruto mengambil pigura foto diatas mejanya dan menatap foto itu sambil tersenyum kecil, jari panjangnya mengusap foto yang ada disana.

"susah ternyata hidup tanpa lo selama ini. lemah gak sih gue?" haruto, lelaki itu terkekeh kecil. "ada banyak yang mau gue ucapin sama gue lakuin kalo lo ada disini lagi."

"cepet balik gue mohon." haruto tersenyum getir setelahnya.

-----

"pak, jam 10 kita ada rapat dengan watanabe company. berkas-berkas nya juga sudah disiapkan."

lelaki itu menoleh singkat. "oke."

"ada yang perlu disiapkan lagi, pak?"

"tidak, terimakasih." sekertaris itu mengangguk setelah mendengar jawaban bosnya itu, kemudian pergi meninggalkan ruangan bosnya.

setelah dirasa sekertarisnya pergi, jeongwoo menghela nafas panjang lalu menyenderkan badannya pada kursi, tangan kirinya memijit pangkal hidungnya. semakin hari kondisi badannya semakin menurun, menjadi workaholic membuat tubuhnya baru terasa sekarang.

"woo?" pintu ruangannya kembali terbuka, menampilkan kakaknya yang baru masuk dengan pakaian santainya.

"lho, gak kerja?"

"nanti siang." jaehyuk jalan menghampiri jeongwoo dan duduk dihadapannya, "mukamu pucet, sakit?"

"mungkin."

jaehyuk menghela nafas. "kerja makanya jangan di porsir, liat sekarang badanmu jadi gak keurus gini."

jeongwoo terkekeh getir kemudian menggeleng. "harus ngapain lagi? menyibukan diri cara paling ampuh buat ngilangin masalah."

"hari ini lo harus ke dokter, gue gamau tau."

"iya nanti, gue rapat dulu jam 10."

"sama perusahaan mana?"

"haruto."

jaehyuk mengangguk lalu terkekeh. "harusnya kalian nanti periksa bareng ke dokter, kalian berdua 11 12 lho jadi workaholic."

Strawberry and CigarattesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang