Bab 7 || Bruemm!

8.5K 514 20
                                    

Haiii!!

*****

Saat ini dilantai tiga tepatnya dikamar Junior terlihat pemuda bertubuh kecil itu sedang mondar-mandir mengelilingi kasur. Anak itu sekarang sedang berpikir bagaimana caranya agar bisa kabur dari rumah yang begitu memuakkan ini.

Sebenarnya sisa waktu perjanjian nya dengan Aland tinggal satu hari lagi, tapi jangankan satu hari. Satu menit saja dia berada dirumah ini rasanya sungguh membosankan. Mereka semua begitu kaku dan menyeramkan untuk diajak bercanda, jadi Junior tidak memiliki teman disini.

"Ayo dong otak, ayok berpikir!!" Ucap Junior sambil mondar-mandir dan jangan lupakan kuku jempol tangannya yang ia tabrak-tabrakkan digigi atasnya.

Tap! Tap! Tap!

Dengan cepat Junior membanting kan tubuhnya ke atas kasur dan langsung menutup tubuh kecil itu dengan selimut sampai keatas kepalanya, saat pendengarannya menangkap seseorang sepertinya sedang berjalan menuju kamarnya.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat Junior Memejamkan matanya erat dan menahan nafas sejenak.

"Bangun"

Junior mengabaikan ucapan itu. Karena Junior kenal suara dingin itu. Itu suara musuh sialan nya yang telah membawa ketempat ini. Kalian tidak lupakan kalau Junior masih benci dengan yang namanya Aland, bahkan sekarang rasa bencinya bertambah dua kali lipat.

"Bangun gue bilang!" Tegas Aland menarik kaki Junior sampai membuat anak nakal itu tertarik dan duduk di ujung ranjang.

"Ck! Ngapa sih?!" Ketus Junior memukul kasur dan bersila kakinya.

"Papa suruh lo bangun, terus makan" jelas Aland bersedikap dada. "Kalo gue sih maunya lo gak makan, biar mati kelaperan!!"

Junior membulatkan matanya. Kemudian mengambil bantal dan memukulkan nya ke leher Aland.

"Sembarang kalo ngomong! Kata bunda, ucapan itu do'a!" Kesal Junior menatap musuhnya tajam.

"Ck! Bangun atau gue kunciin lo dikamar!" Ancam Aland lalu pergi meninggalkan Junior yang terus menyumpah serapah kan dirinya.

"Oh iya, btw, kenapa gaya bahasa Lo berubah-ubah kalo lagi sama gue dan keluarga lo?" Tanya Junior saat keduanya ada didalam lift. Pertanyaan itu terus berputar di otak kecilnya.

"Pikir aja sendiri"

TING!

Aland keluar dari lift saat pintunya sudah terbuka dan lagi-lagi meninggalkan Junior yang susah payah menyamakan langkah besarnya.

Junior berdecak kesal. "Kalo nggak mau jawab, senggaknya jangan ninggalinnn!!"

Junior berlari kencang mengejar Aland. Disini hanya Aland yang dirinya kenal lebih lama. Jadi Junior memutuskan untuk tidak jauh-jauh dari Aland.

"Jangan lari-lari, Junior!"

Peringat Dewa yang diabaikan. Anak itu terus berlari mendekat Aland. Rumah ini terlalu luas sampai-sampai Junior kewalahan hanya untuk sampai ke meja makan.

"Junior, Abang bilang jangan lari-larian nanti ja--"

BRUUKKK!

"Adwau! Issshh...."

Ringis Junior saat pantat sintalnya bertemu dengan kerasnya lantai mansion. Anak itu tidak langsung bangun dan malah berguling-guling di lantai dingin sambil mengelus-elus bokongnya yang terasa nyut-nyutan.

"Sakit banget bangsadd!" Keluh nya dalam hati.

"Abang mu tadi sudah bilang bukan, jangan lari-larian!" Harun datang menghampiri Junior dan langsung mengangkat nya kedalam gendongan ala monyet.

JUNIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang