"eunggh..."
Junior menggeliat dalam tidurnya. Netral coklat muda itu sedikit menyipit dikarenakan sinar matahari yang muncul dari celah-celah pentilasi.
Dengan kadar kesadaran yang masih di awang-awang, Junior merasakan sebuah tangan mendarat di atas keningnya, pipi dan juga leher mulusnya.
"Masih hangat"
Suara yang mulai akrab dengan telinganya itu membuat matanya terbuka sempurna. Ternyata itu adalah Harun, papa nya.
"Sudah bangun, boy?" Tanya Harun sambil merapihkan rambut-rambut halus yang menutupi dahi anak kesayangannya.
"Eugh... Gendongg~~"
Harun terkekeh pelan saat melihat tangan Junior terangkat keudara bermaksud minta di gendong. Rasanya Harun ingin terus-menerus anak bungsunya terserang sakit, sebab Junior akan lebih manja jika sedang tidak sehat.
"Sini anak papa gendong" ucap Harun mengangkat Junior kedalam gendongan hangatnya. Junior pun terlihat nyaman dengan menyembunyikan kepalanya di lekukan leher sang ayah.
"Kita akan kebawah, perut buncitmu harus segera di isi" Harun membawa Junior turun dengan menggunakan lift dan jangan lupakan tangannya yang terus aktif mengpuk-puk pantat sintal sang anak yang berada di dalam dekapannya.
Junior begitu malas sekedar hanya untuk menjawab, jadi dia lebih memilih untuk bergumam kecil saja. Lagipula Harun pasti mengerti maksudnya.
*****
Sesampainya di bawah, Junior di dudukan di salah satu kursi tepat si samping sang papa. Dan kedua anaknya pun sudah duduk manis sedari tadi.
"Morning boy"
"Morning pa" Dewa dan Gala menjawab secara bersamaan.
"Masih demam?" Tanya Dewa memegang kening adiknya.
Harun hanya mengangguk tanpa menjawab. Dewa dan Gala menghembuskan nafas berat, lalu menatap sang adik.
"Tidak ada sekolah untuk mu sampai beberapa hari kedepan. Kau harus tetap berada di dalam rumah" Dewa berkata dengan nada pelan namun tidak dapat di bantah.
"Aku setuju. Tidak ada keluar rumah, dan tetap berada di bawah pengawasan kami dan Joy" Gala ikut menambahkan membuat nyali Junior sekalin ciut.
Harun, Dewa maupun Gala. Ketiganya kompak mengambil cuti hari ini hanya untuk menjaga bungsu mereka yang sedang sakit. Karena ini perdana anak itu sakit dan mereka yang merawatnya.
Junior melirik papanya dengan muka memelas. Berharap Harun tidak ikut-ikutan mengurungnya seperti kedua Abangnya.
"Papaaa~~"
"Tidak ada penolakan. Atau papa akan menghentikan sekolahmu dan memilih homeschooling" Ucapan Harun benar-benar membuat bocah nakal itu mati kutu.
Ingin membantah tapi takut-takut kalau sang papa serius dengan ucapannya. Jadi lebih baik menangis saja. Iyakan teman-teman?
"Hiks... Hiks... Jahat!" Tangis Junior pecah seketika. Wajah memerahnya ia sembunyikan dalam lipatan tangan di atas meja.
Harun dan kedua anaknya lagi-lagi membuang nafas gusar. Harun bangkit dari duduknya dan menghampiri si bungsu.
"Sudah menangisnya. Sini papa gendong" Tawar Harun melebarkan kedua tangannya.
Junior tidak menjawab, anak itu malah mengintip dari celah kecil lipatan tangannya. Kemudian kembali ke posisi semula.
Harun yang tidak melihat pergerakan pada anaknya lantas mengangkat buntalan itu kedalam gendongan koala. Dengan sedikit menunduk, Junior kini sudah berada dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionJunior Nakkta anak yang begitu aktif, periang dan jauh dari kata kasih sayang kedua orangtua. diumur nya yang masih muda, hidupnya begitu penuh dengan warna, pasti ada-ada saja tingkah lakunya. yang membuat sang Bunda mengurut dada melihat tingkahn...