Aland sekarang sedang berdiri di balkon sambil melihat pemandangan dari atas sana. Sunyi, hanya satu kata itu yang dapat menggambarkan situasi nya saat ini. Begitu damai, dan Aland suka kedamaian.
Bughh!!
"Arghh"
Aland meringis merasakan denyut di bagian belakang kepalanya akibat tendangan sebuah bola. yang mengakibatkan dahinya terbentuk kaca jendela.
Dengan perasaan kesal Aland berbalik dan malah menemukan adiknya dengan senyuman menjengkelkan tanpa rasa bersalah.
"Hehe... Maaf Abang gak sengaja 😁" tutur Junior sambil menyengir lebar. Lalu perlahan mendekat ke arah Aland dan mengambil bola kesayangannya.
"Kenapa bermain bola di dalam kamar ku?!" Tanya Aland sedikit kesal.
Bayangkan saja siapa yang tidak kesal bila menjadi Aland, lagi enak-enak nya ngelamun malah ditendang pake bola, mana kuat lagi.
"Junior ngga main bola di kamar kok, suerr" balas Junior sambil menunjukkan 2 jarinya. "Tadi bolanya terbang sendiri" lanjutnya membela diri.
Dengan tangan kiri memeluk bola, tubuh kecilnya berdiri tegak di depan tubuh sang Abang. "sakit bang?" tanya Junior mendongak ke atas sebab Abangnya jauh lebih tinggi di bandingkan dirinya.
"Tidak"
"oooh... yaudah sini Junior tambah lagi" Ucap Junior seenak jidat yang membuat Aland melotot sempurna.
"Jangan main-main Junior!!" kesal Aland tidak tertahan, bukannya meminta maaf Junior malah ingin menendangnya lagi, adik biadab!
Sang empunya malah tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "katanya ngga sakit... gimana si Abang" tangan mungil Junior perlahan menarik pergelangan tangan sang Abang dan membawanya ke arah ranjang. Sedangkan Aland hanya diam saja mengikuti.
bunyi grasak-grusuk memenuhi kamar bernuansa hitam itu, siapa lagi pelakunya kalau bukan Junior Nakkta. Anak itu sibuk dengan kegiatannya mencari kotak p3k, Aland pun diam saja mengamati.
"Nah! akhirnya ketemu" Ucap Junior menemukan kotak yang di cari nya dan membawaknya mendekat sang Abang. "sinian" Ucapnya lagi
Aland lagi-lagi hanya diam dan menurut.
dengan telaten tangan mungil itu mengoleskan anti septik pada kulit sang Abang dan memberinya sedikit obat merah sebab sedikit memar terlihat disana.
"Arghh!"
Mendengar ringisan sang Abang Junior menghentikan sejenak kegiatannya dan menatap menik tajam Aland, merasa begitu kasian pada Abang barunya ini.
"Maafin Junior ya Abang, Junior sengaja..." Ucap Junior menunduk dalam sambil berusaha menahan bendungan pada matanya. Rasanya dirinya begitu menyesal dan berujung malah mengakui perbuatannya.
"Tapi Junior ngga bermaksud buat Abang cidera kok, suerrr" Tutur Junior menunjukkan dua jari bantet nya. "Nior cuma mau ngobrol sama Abang, tapi Nior gatau caranya, hikss!" pecah sudah bendungan yang sedari tadi di tahannya.
Junior berani bersumpah demi apapun, bukan seperti ini niat awalnya. dirinya hanya ingin menjahili sang Abang dan akhirnya memiliki topik untuk di bicarakan, dengan begitu ia berpikir mereka berdua bisa berbaikan. tapi semua di luar skenario Junior malah terlalu kuat menendang bola. Maafin Junior Abang...
Hati Aland tertegun mendengar penuturan adiknya, apa dirinya sebegitu kerasnya mengabadikan sang adik hingga akhirnya Junior yang sampai harus mencari topik hanya untuk mengobrol dengannya.
Aland pun sebenarnya tersiksa dengan semua ini, tapi mau bagaimana lagi ini masih dalam misinya.
Aland mengangkat dagu sang adik dengan telunjuknya "tak perlu menangis. kau terlihat semakin jelek jika menangis"
Bukannya menenangkan Aland justru membuat Junior semakin menjerit-jerit bak orang kerasukan jin.
"HUUAAAA! ABANG JAHAT!!!" Teriaknya sambil memukuli tangan Abangnya.
"Sudah sudah, ini sungguh tidak sakit dan kau tidak jelek" Akhirnya jujur Aland sambil membawa sang adik kedalam dekapan hangatnya.
"Dengan memar sekecil ini mana mungkin Abang mu ini kesakitan. so.. berhentilah membuang air matamu, Abang tidak suka" Ucap Aland lembut dengan tangan yang tak henti mengelus-elus punggung kecil sang adik. perlahan tangisan anak nakal itu pun memudar.
"Tapi Junior ngga jelek kan bang? hiks!" tanya Junior memastikan di sisa-sisa isakannya yang berhasil membuat Aland refleks tersenyum manis.
"Sama sekali tidak, anak nakal" Balas Aland semakin mengeratkan pelukannya, dirinya benar-benar tidak akan lagi bermain peran. Ia akan lebih jujur akan perasaannya pada adik barunya ini, tidak ingin lagi kehilangan untuk yang kedua kalinya.
"Maaf kan Abang Junior..."
*****
HUAAAAA AKU COMEBACK!!
GILASIH UDAH MAU SETAJUN ANJAYYYY!
Maaf yaa lupaaa, bukan lupa sih tapi lebih tepatnya aku gada semangat untuk nulis book ini. maaf ya gais baru muncul lagi...aku giee galau gess huhuhuhuhuhu....
hubungan ku belum lama ini berakhir >_<
jadi ngga ada semangat mau nuliss T_T
biasanya dia yang semangatin, sekarang sudah tidak ada 😭maaf ya gais jadi curhat, tapi emang gitu kenyataan nya 😭🙏🏻
okedeh gitu aja
See you gaiss
SALAM MANIS
I LOVE YOU
SuciAz_
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionJunior Nakkta anak yang begitu aktif, periang dan jauh dari kata kasih sayang kedua orangtua. diumur nya yang masih muda, hidupnya begitu penuh dengan warna, pasti ada-ada saja tingkah lakunya. yang membuat sang Bunda mengurut dada melihat tingkahn...