Kini Junior dan semua teman-temannya sedang berkumpul diruang utama yang ada di panti asuhan, kesepuluh anak berandalan itu belum ada yang berniat pulang ke kandangnya masing-masing. Mereka malah asik bercanda dengan anak panti yang lebih kecil.
"Abang, Abang, nanti kalo jidan udah besal, Abang ajalin jidan naik motol ya?" Pertanyaan polos dari anak umur 3tahun itu mampu membuat mereka semua terkekeh pelan.
"Iya... nanti Abang ajarin jidan naik motor sambil jemping-jemping ya" Balas Jedo terkekeh sambil mengelus Surai lembut anak itu.
"Nanti kita balapan berduaan ya, Dan?" Timpal Sean ikut-ikutan.
"Kita nanti taruhan ya, yang menang dapet cewe!"
Bugh! Bugh!
"Sialan, Lo semua!!" Gemas Junior memukul satu persatu temannya dengan sebuah bantal. Tapi tak ayal, dia sendiri pun terkekeh dengan tingkah absurt teman-teman laknatnya.
Memang bangsad mereka semua! Anak kecil bukannya diajarin yang baik-baik, malah di ajarin sesad sejak dini! Gws jidan...
"Jidan... Jidan jangan dengerin, ya apa kata mereka semua... Musyrik!!" Jelas Junior memberi sedikit pencerahan untuk adiknya. "Jidan nanti kalo mau belajar naik motor, jidan harus punya SIM dulu, oke?"
"Mirror please..." -ian
"Yang ngomong udah punya SIM belum, tuh?" Ejek Ratih menaikturunkan alisnya. Sedangkan yang di sindir malah tersenyum nyengir tanpa dosa.
Junior ini hebat dalam materi, tapi tidak untuk prantek nya langsung, jadi ya begitu.
"Kalo gitu, mulai besok motornya Nior bunda sita. Kan kamu belum punya SIM" Celetuk Ratih menggoda anaknya. Sebab, Junior semakin dibuat kesal akan semakin menggemaskan.
"Nah lo... Mampus! Kemakan omongan sendiri kan? Makanya jangan sok bijak!" Ucap Jedo menepuk-nepuk pelan bahu kecil Junior.
Raut wajah bocah itu berubah seketika, sumpah demi apapun Junior menyesal berbicara seperti tadi kalau dia tau akan begini akhirnya.
"Yah bunda... Kok gitu sih?! Terus Nior sekolah nya naik apa kalo gitu? Masa terbang!" Gerutunya dengan ekspresi kesal dan menyedihkan disaat yang bersamaan.
"Ya kamu enggak harus terbang sayang, kan ada angkot? Murah, adem, aman!" Balas Ratih sambil tersenyum manis.
Wajah Junior sukses ditekuk oleh empunya. Hatinya dongkol sedongkol-sedongkolnya. Badboy naik angkot? Tolong bayangkan kawan, sebab ia tak mampu membayangkan nya.
"Yaudah kalo nggak boleh bawa motor, Junior nebeng Jedo aja, mau kan Do?" Tanya Junior menatap lekat kearah Jedo.
"Eits! Gak bisa! Jedo sama gue" Ucap Sean cepat sambil merangkul bahu Jedo.
Junior mencibir Sean dalam hati, dan sekarang mata anak itu beralih menatap Galen penuh harapan.
"Abang... Junior nebeng, ya?" Mintanya dengan puppy eyes yang dikeluarkan. Sungguh, Galen tidak kuad! Tapi bismillah! Dia pasti bisa menolaknya.
Semangat Galen!! 💪💪
Galen menghembuskan nafas panjang, lalu. "Iya, kamu bareng Abang"
"AARRGHHHHHH!!! BANGSHAKEE!!"
Semua yang ada disitu berteriak histeris sambil mengumpat. Gagal sudah niat ingin mengerjai Junior gara-gara Galen. Padahal tinggal sedikit lagi anak itu pasti akan menangis. Arghh Galen sialan!
Galen benar-benar lemah bila menyangkut semua hal tentang Junior. Apalagi bisa sudah melihat puppy eyes nya. Sudahlah, sudah tidak bisa d ganggu gugat! Untung saja tadi Jidan dan anak-anak panti yang kecil lainnya sudah tidak ada lagi di ruangan itu. Bila tidak? Sudah dipastikan mereka akan mendengar umpatan-umpatan tadi, dan berakhir dengan menirunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionJunior Nakkta anak yang begitu aktif, periang dan jauh dari kata kasih sayang kedua orangtua. diumur nya yang masih muda, hidupnya begitu penuh dengan warna, pasti ada-ada saja tingkah lakunya. yang membuat sang Bunda mengurut dada melihat tingkahn...