Bab 19 || Breumm!

5.8K 413 24
                                    

Gunting batu kertas!
Gunting batu kertas!

"Yess! Batu" Junior memekik senang sebab dapat mengalahkan Gala dalam permainan. Kini dirinya akan menarik hidung Gala, sebab pemuda itu kalah darinya.

Junior tersenyum licik menatap sang Abang. Dengan sekali gerakan, bocah nakal itu menjewer hidung Gala sampai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Setelahnya tertawa senang.

Hari ini adalah hari ke-3 anak itu tidak diperbolehkan sekolah oleh Harun dan para antek-anteknya. Sebab dirinya masih harus banyak beristirahat dan tidak boleh kelelahan. Keluar kamar pun memerlukan izin terlebih dahulu.

"Hahahhaah.... Rasain! Emangnya enak di tarik idung nya, wleee" tawa Junior pecah seketika melihat kondisi sang kakak. Ini sudah ketiga kalinya iya menjawil hidung mancung itu, sebab Gala selalu saja kalah darinya. Atau mungkin mengalah?

"Tidak sakit" Ucap Gala masih dengan wajah datarnya. Tangan bantet macam tangan Junior mana mungkin bisa menyakitinya. Memang hidungnya memerah tapi itu tidak ada rasanya. Hidungnya memerah sebab kulitnya yang putih, jadi di tarik sedikit saja pasti memerah.

"Halah! Kalo sakit mah bilang aja kali, ngga usah malu-malu" Yang di ejek hanya merolling matanya malas. Ingin menyakinkan pun percuma sebab sudah ada bukti yang jelas.

"Ayo sekali lagi" Ajak Gala yang tentu saja di iya kan anak itu.

"Ayokk! Siapa takut!"

Gunting, batu, kertas!
Gunting, batu, kertas!
Gunting, batu, kertas!

Salah satu sudut bibirnya terangkat sempurna membentuk senyuman miring. "Sekarang gantian" Ucap Gala sambil membunyikan jari-jarinya, menakuti.

Menyadari kekalahannya Junior lantas menjauhkan tubuhnya sambil menutup hidung pesek miliknya.

"Ndaak! Nanti Junior aduin papa kalo berani" Ancam anak itu sambil menatap Gala was-was. Junior takut Gala akan balas dendam dan menarik hidungnya dengan kuat seperti yang dirinya lakukan tadi.

"Kau pikir Abang takut?" Gala menyeringai tipis membuat anak nakal itu bergidik ngeri melihatnya. "Bersiaplah..." Gala perlahan mendekat dan...

"Aaa! Papaaa! Papa liat Abang!!" Jerit Junior benar-benar mengadu pada sang papa. Harun yang sedar tadi hanya menonton keduanya kini bangkit dan menghampiri mereka.

"Jangan berteriak, Nior!" Harun memperingati tapi sepertinya tidak di dengarkan anak itu, sebab dia terus saja berceloteh. 

"Gimana ga teriak! Liat tangan Abang" Junior menunjuk tangan Gala yang masih berada di hidungnya namun belum menariknya. "Ini KDRK namanya! Kekerasan dalam ruang kamar!"

Harun, Arya, dan Gala menatap bocah nakal itu yang bermain curang. Dia menarik hidung Abangnya kuat-kuat sedangkan hidungnya tidak boleh di sentuh barang sedikit pun. Harun lagi dan lagi menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya bungsunya yang selalu bervariasi setiap harinya.

"Anak nakal" gemas Arya menarik-narik pipi berisi Junior. Yang tentu saja mendapatkan tatapan tajam dari sang empunya.

"Biar paman periksa sebenar ya?" Ucap Arya yang lansung di anggukan anak itu. Bujang tua itu memeriksa keponakannya dengan seksama. "Ada yang sakit?" Tanya nya sambil menyibakkan baju Junior dan memegang-megang perut buncit itu.

"Nggak ada" Jawabnya sambil terus memperhatikan setiap gerakan sang paman. "Papa?" Junior berucap pelan dan melihat papanya.

"Ada apa, sayang? Ada yang sakit, hm?"  Junior menggeleng pelan. "Lantas?" Tanya Harun lagi.

"Em... A-abang masih nggak pulang juga ya? Tanya bocah itu ragu-ragu tanpa menatap kearah sang papa.

Harun mendekat dan mengelus rambut bungsunya sayang. "belum, boy. Abang mu masih ada pekerjaan di kantor polisi"

"Ish, papa! Bukan Abang Dewa!" Tukas Junior menatap papanya kesal.

Harun malah terkekeh pelan. "Lalu siapa, Junior"

Junior terlihat ragu untuk menjawab, tangannya terlihat sibuk memainkan selimut tebal di tubuhnya. "A-bang Aland..." Cicitnya pelan.

Mendengar hal itu Harun mengambil posisi yang semula di tempati oleh Arya. "Abangmu sedang sibuk. Mungkin dia akan pulang bila pekerjaannya telah selesai" tutur Harun berbohong.

Kejadian 3 hari lalu di mana Aland yang menyelamatkan Junior dari kolam renang waktu itu memang tanpa sepengetahuan Junior, sebab Aland sendiri yang meminta hal it untuk di rahasiakan. Dan setelah mengetahui Junior siuman, remaja tampan itu lantas pergi dari rumah sakit dan entah kemana. Intinya dirinya belum ingin pulang untuk sekarang.

"Abang Aland benci ya, pa, sama Junior?" Junior berucap lirih sambil menunduk dalam, tidak ingin menatap siapa pun.

"Hey, boy? Kau ini berbicara apa? Tidak ada yang membencimu" Harun menarik anak bungsunya kedalam dekapan hangat miliknya, mencoba menyakinkan Junior, bawa ini semua bukanlah salah nya.

Junior tidak menghiraukan perkataan Harun dan terus saja meracau tak karuan. "Ini semua salah Junior. Coba kalo waktu itu Junior ngga minep disini, pasti sekarang semuanya bakalan baik-baik aja kan, pa?"

"Abang pergi pasti karena ga suka Junior jadi adik tirinya. A-abang pasti kesel sa-sama Junior" lirihnya semakin tertunduk dalam, bahkan liquit bening terhasil melewati pelupuk matanya.

Hati Harun berdenyut sakit mendengar penuturan anak bungsunya itu. Dirinya segera membawa Junior kedalam dekapan hangat dan penuh sayang.

"Jangan pernah berbicara seperti itu, Junior. Papa mohon" ucapnya sambil terus mengusap punggung kecil itu teratur. "Kami semua menyayangi mu, sayang. Papa, Abang Dewa, Gala, Arya bahkan Aland pun sayang menyayangi mu, kau tau"

Dengan mata berair Junior menatap manik hitam sang papa. "Ta-tapi pah..."

"Shuttt. Tidak ada tapi-tapian. Kami semua sangat-sangat menyayangi mu. Kau berharga, son. Papa mencintai mu" Harun mengakhiri perkataan nya dan kembali memeluk tubuh anaknya erat. Ia sumpah, akan terus menyayangi dan manjaga permata Wirasendjaja itu.

"Abang juga sangat menyayangi mu, Junior"

"Paman juga"

Ucap Gala dan Arya bergantian, dan ikut memeluk si kecil.

Apapun yang terjadi, dalam keadaan apapun, mereka akan tetap menyayangi dan melindungi Junior mereka. Bagaimanapun caranya, Dan itu pasti.

Tidak akan ada orang di luaran sana yang bisa menyentuh apalagi sampai menyakiti Junior mereka. Junior hanya boleh menangis jika mereka penyebabnya, bukan orang lain. Dan jika sampai hal itu terjadi, Harun Wirasendjaja sendiri lah yang akan membereskan nya. Sampai benar-benar tuntas.

*****
AAAAAA AKU LAMA YA GUYD????
MAAPINNNNN >_<

Dah ah. Gatau lagi aku

Kek aku rasa aku lagi mager mager nya nulis ಥ‿ಥ

Gak temu ide nya tuh
Otak ku penuhnya sama tugas, hafalan + praktek ༎ຶ‿༎ຶ

Jadi maaf ya kalo aku lama bet ga up-up, sekali lagi aku minta maaf.

Oh iya, jangan lupa tinggalin jejak ya ges ya!!

Babayyyyy!!!!

Love you everyone!
@SuciAz_

JUNIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang