Hari ini sepertinya dunia sedang berbahagia, langit yang cerah, cuaca yang juga bagus benar-benar menunjukkan sebahagia itu alam semesta.
Sama hal nya dengan bocah nakal dengan setelan seragam berwarna abu-abu dengan blazer berwarna cream yang melekat apik ditubuh mungilnya. Junior, anak itu akhirnya di perbolehkan bersekolah oleh Harun dan kedua anaknya dan tentu saja harus melewati perdebatan panjang.
Senyum manis tak henti-hentinya ia keluarkan, mengingat sudah hampir setengah bulan lebih tidak melihat dunia luar akhirnya ia bisa keluar juga mesti pun hanya sebatas pergi ke sekolah, tapi tak apa. Ia suka.
"Kadang imut, kadang lucu, kadang-kadang mirip pangeran"
Anak itu bernyanyi lagu viral sambil berkaca dan sesekali menyugar rambut hitamnya kebelakang.
"Gila ganteng bangettt! Anak siapa dulu dong" pede Junior Bergerak aktif didepan cermin menyerupai model tampan yang dilihatnya di televisi. Dan jangan lupakan kacamata hitam mengkilap menutup netra indahnya.
"Anaknya papa"
Junior menghentikan aksi modelingnya saat atensinya melihat sang papa yang berjalan masuk mendekati dirinya dengan setelah formal yang membuat pria dewasa itu terlihat begitu keren.
Bocah itu berdecak malas. "Mau apa?" Tanya Junior menatap papa dari pantulan cermin.
"Apa lagi jika bukan untuk mengajak mu sarapan bersama dibawah" jelas Harun mengelus rambut anaknya sayang.
Junior menganggukkan kepala tampa suara. Saat kakinya hendak pergi meninggalkan kamar, tiba-tiba Harun menggenggam pergelangan tangan kanannya.
"Sebentar" Ucap Harun masih dengan posisinya dengan tangan kiri yang menyelinap kedalam kantung celananya untuk mengambil handphone berlogo Banten itu.
"Ck! Apaan sih!" Junior berniat menghempaskan tangan berurat itu tapi gagal. Papanya menggenggamnya dengan sangat erat, tapi tak menyakitkan.
"Berpose lah, papa ingin berfoto mirror dengan mu" Jelas Harun sambil tersenyum tipis.
Junior memutar matanya malas. Tapi tak ayal ia mengikuti instruksi yang Harun berikan.
CEKREK!!
Menatap lamat-lamat benda berbentuk pipih itu setelah Harun terkekeh geli. Di sana terlihat dirinya yang berpose begitu keren sedangkan Junior yang terlihat seperti topeng monyet.
Lidah dikeluarkan, wajah di jelek-jelekan, dengan tangan menarik kedua telinga. Benar-benar seperti monyet lepas. Harun lagi-lagi terkekeh geli melihatnya.
"Berpose dengan benar, Junior! Papa ingin mencetaknya" Tegur Harun menatap Junior yang tengah berkomat-kamit tak jelas.
"Ish!! Iya-iya! Keren gitu kok dimarah," Cibirnya mendengkus kesal. "Kalo mau minta tanda tangan, sini sekalian"
Harun tak menghiraukan ucapan anaknya barusan. Tangannya bergerak mengangkat ponsel itu hingga sedada dan mulai mengambil banyak foto di sana.
CEKREK!
CEKREK!
CEKREK!
CEKREK!
CEKR--"Udah-udah! Cape tau Gaya mulu! Kering ni gigi!" Kesal Junior sambil menunjuk gigi putihnya.
Dikira mencari gaya untuk berfoto itu tidak susah apa? Junior butuh energi lebih untuk memikirkan setiap konsep posenya. Dan itu tidak mudah! Anak itu lagi-lagi mendengkus kesal.
Harun terkekeh kecil. "Ya sudah, ayo kebawah. Abang-abang mu pasti sudah menunggu sejak tadi"
Junior menurut. Anak itu berjalan disamping papanya dengan tangan yang sibuk menyingkirkan tangan kekar Harun yang terus-menerus mencoba merangkum bahunya. Bukannya tidak suka diperlakukan seperti itu, hanya saja Junior tidak biasa.
*****
Junior kini sedang berada didalam mobil Alphard sang papa. Hari ini ia diantar oleh Harun beserta kedua anak bangshake nya itu. Junior tentu saja menolak, tapi bukan Wirasendjaja namanya jika keinginan nya tidak terpenuhi. Tentu saja dengan berbagai macam ancaman 😎
"Ingat pesan papa tadi, Junior!" Tegas Harun menatap anak bungsunya yang berada di tengah-tengah Dewa dan Gala.
"Jangan memakan makanan yang ada di kantin. Jangan membuat ulah. Jangan mencoba kabur. Jangan--"
"Jangan berlarian di koridor! Jangan bolos! Jangan nakal! Dan nyenyenyenyeee!" Sambung Junior yang sudah kepalang kesal yang tingkah laku sang papa. "Gue udah hapal semuanya! Ada yang lain gak?"
Anak itu sampai hafal dengan semua ucapan Harun, sebab sepanjang jalan menuju sekolah tidak ada kata-kata lain yang Harun ucapkan selain larang-larangan yang harus dirinya ingkari. Bayangkan saja! Siapa coba yang ingin menuruti semua peraturan itu! Bisa-bisa Junior mati berdiri.
Dewa dan Gala yang berada dikedua sisinya menatap anak itu tajam.
"Jangan coba-coba melanggar nya, Junior!" Dewa dan Gala berucap bersamaan dengan nada tegas dan tatapan membunuh.
"Nyenyenyenyeee..." Balas anak nakal itu memutar matanya. "Udah ah! Gue mau cabut nih!! telat entarrr" Ujar Junior hendak membuka pintu mobil namun segara dihentikan Harun.
"Ingat! Jangan mencoba kabur! Dan turuti semua perkataan, Joy" Harun melepas cekalannya lantas mencuri satu kecupan pada puncak kepala anak bungsunya. Dewa dan Gala pun melakukan hal yang sama.
Junior menggelengkan kepalanya brutal. Berharap bekas kecupan tadi akan terjatuh kebawah seiring dengan bergeraknya kepalanya.
Setelah pintu mobil terbuka sempurna. Junior lantas berlari keluar menuju gerbang yang berdiri tegak disana. Harun dan kedua anak temboknya hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan.
"Anak nakal"
*****
Tobe continue!!
Padahal itu belum nakal! Masih pemanasan...
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionJunior Nakkta anak yang begitu aktif, periang dan jauh dari kata kasih sayang kedua orangtua. diumur nya yang masih muda, hidupnya begitu penuh dengan warna, pasti ada-ada saja tingkah lakunya. yang membuat sang Bunda mengurut dada melihat tingkahn...