Bab 3 || Breumm!

9.7K 601 12
                                    

Haiii!!!

*****

Di rumah panti tampak seorang remaja tengah memakai seragam SMA. Dia baru saja mandi, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 07:25, Yang artinya 5menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dengan tergesa Junior berlari menuruni tangga setelah selesai dengan seragam ditubuh nya.

"Bunda Nior berangkat!" Junior berlari menghampiri motor kesayangannya yang sudah kembali kepelukannya kemarin siang. Langkahnya berhenti saat tidak mendengar sautan dari sang bunda.

"Bego! Bunda kan kepasar" gerutunya merutuki kebodohan

Ratih memang sudah pergi ke kepasar dari tadi subuh. Katanya kalau masih subuh sayuran masih pada segar-segar dan lengkap. Itulah alasannya pergi sepagi itu. Dan karena itu jugalah alasan Junior telat bagun pagi ini.

Dengan bermodalkan kecepatan motor yang dikendarainya, tidak butuh waktu lama untuk Junior sampai didepan gerbang sekolah yang baru saja tertutup sempurna.

"Pak, pak, jangan ditutup dulu pak!" Teriak Junior membuka helm full face di kepalanya.

"Gak bisa den, udah waktunya ditutup" jelas pak Jono, satpam SMA Wirasendjaja. Pak Jono ini mungkin bisa dibilang sesepuh disekolah ini, sebab beliau sudah menjadi satpam disini sejak 200 tahun silam sebelum Masehi.

"Yaelah pak.. Saya baru telat 5menit aelah!"

"Biarpun baru 5 menit, tetep aja telat namanya"

"Iya sihh.." sautan batin Junior sambil mengangguk pelan.

"Oke deh! Bapak mau rokok berapa bungkus? Sebutin!" Tawar Junior melipat tangannya di dada. Ia berharap pak Jono bisa luluh dengan cara itu, secarakan, siapa yang bisa menolak nikmatnya rokok ?

"Gak dulu" ketus pak Jono sambil menguatkan iman. Hati kecilnya tergoda, tapi otaknya menolak. Sebab, ia takut dipecat.

Junior membuang nafas panjang.

"Yaudahlah kalo bapak gak mau, lagian saya juga gak ada duit" ucap Junior memutar balik motor sport nya menuju gerbang belakang, jalan pintas menuju kelasnya.

"Buk, nitip motor kayak biasa, pulang sekolah saya ambil"

Tanpa mendengar sautan dari ibu-ibu pemilik warung, Junior segera pergi dari tempat itu, lalu berjalan menuju tembok yang menjulang tinggi didepan sana.

"Perasaan ini tembok tambah lama, makin tinggi aja" gumam Junior kemudian meloncat tinggi, guna mencapai ujung tembok untuk pegangan nya.

"Mau cari ilmu aja sudah amat, aelah!!" Gerutunya sambil terus meloncat-loncat bagaikan topeng nyemot.

"Satu, dua tiga, happ!"

"Satu, dua, tiga, happ!"

"Arghh.. susah amat anjing!"

Kesalnya karena tangannya tak kunjung menyentuh ujung tembok. Kakinya bahkan sampai pegal, karena terus-terusan melompat.

"Oi, bocil!"

Junior berbalik Dan mendapati Aland sedang berdiri dibelakang tubuhnya dengan tas yang di Selempang kan hanya sebelah.

"Ngapain lo disini ?!" Tanya Junior dengan tampang menyolot miliknya.

"Menurut lo ?" Aland balik bertanya sambil melempar tasnya kedalam. "Sini" Aland menyodorkan tangannya.

"Apaan?"

"Tas lo!" Aland memutar matanya malas. "Mau gue bantu lemparin gak? Secara, lo 'kan pendek" lanjut Aland dengan santainya.

Kuping Junior memanas mendengar nya. Dia memeluk erat tasnya dan perlahan mundur. "Tidak akan, ku serahkan, pada kampret, yang durhaka" tolak Junior berirama.

JUNIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang