Bimbang

8 1 0
                                    



Baru satu minggu Embun bekerja, ada panggilan wawancara di tempat lain. Ada setitik keraguan di hatinya. Dia masih belum mantap untuk tinggal di Cikarang, sementara tawaran yang baru datang berasal dari sebuah perusahaan di Bogor.

"Duh, Awan mana ya? kok nggak datang," Embun hanya menggumam di sudut ruang makan di Wisma Cahaya. Tempat kos yang sudah tiga tahun lebih menjadi tempat berlindung paling nyaman untuknya.

Embun mengenang kembali saat pertama datang ke Bogor, tanpa teman, orang tua juga saudara. Hanya berbekal informasi kendaraan yang harus dia gunakan untuk sampai ke Bogor. Dengan lapang dada dan keikhlasan Pak Iman dan Bu Rum melepas kepergian putrinya untuk menuntut ilmu ratusan kilometer jauhnya. 

Setelah perjalanan panjang dari Solo akhirnya Embun bisa sampai kota hujan ini. Setelah menemukan kampus, Embun berkenalan dengan salah satu kakak kelas untuk minta bantuan dicarikan tempat kos. Dan inilah tempat nyaman yang sulit rasanya untuk ditinggalkan.

'Wan, kapan ke sini. Aku butuh teman curhat," keluh Embun lagi. 

Mungkin inilah yang selama ini dikhawatirkan sahabat-sahabat Embun. Awan yang datang sesukanya tidak pernah bisa ditebak dan diprediksi. Puluhan surat menjadi jembatan komunikasi mereka. Awan tidak bisa dihubungi lewat telpon.

Tapi life goes on. Cara mendidik orang tuanya yang demokratis membuat gadis itu dengan bebas menentukan pilihan dan jalan hidupnya sendiri. Tanpa intervensi siapa pun. Jadi rasanya tanpa harus diskusi dengan Awan, dia bisa memutuskan sendiri.

Terpaksa Embun izin setengah hari dari tempat kerjanya untuk wawancara. 

Wawancara pertama bertempat di pabrik farmasi yang nantinya menjadi lokasi kerja di Bogor, terhitung sangat lancar. Memang apa yang bisa dibanggakan dari seorang yang baru lulus kuliah, masih minim pengalaman. 

"Sudah pernah bekerja di Lab Mikro?"tanya ibu manajer QC yang masih terlihat seperti Mbak-mbak. Embun menaksir usia si ibu masih kepala tiga. Penampilannya sangat santai dan sederhanan, dengan setelan celana panjang dari bahan berwarna hitam dan blus dengan gambar bunga-bunga kecil berwarna salem.

"Belum, Bu," jawab Embun pasti.

"Suka bekerja di lab Mikrobiologi?"

Embun berpikir sejenak. Di tempat kuliah, Mikrobiologi hanya didapatkannya beberapa SKS saja, teori dan juga praktik. Jadi kalau mau jujur, gadis itu kurang menguasai.

"Nggak juga, Bu. sebenarnya saya lebih tertarik di lab kimia." Embun tidak mau berbohong sama sekali dengan harapan bisa diterima.

"Tapi untuk saat ini saya butuhnya di lab Mikro. Gimana?" tanya si ibu lagi.

"Boleh saya pikirkan dulu, Bu?"

"Ya sudah nanti kami hubungi lagi. Kalau mau, kamu bisa segera bekerja. Dari semangatmu, saya yakin kamu seorang pembelajar yang tangguh," ucap Bu Manajer yang mewawancarai Embun siang itu.

Kepala Embun rasanya penuh. Baru seminggu bekerja di perusahaan bonafid dengan proses masuk yang tidak mudah, apakah harus disudahi begitu saja.

"Gimana ngajuin resignnya? Nanti dimarahin nggak ya? Ada efeknya buat adik-adik tingkat nanti nggak ya?" Embun hanya bisa bermonolog.

Diambilnya buku yang setiap hari menemaninya selama ini. 

"Analis harus bisa menganalisa," gumam gadis itu.

Dituliskannya positif dan negatif dari dua tempat yang harus dia pilih. Dia tidak ingin terlalu subyektif. Jadi harus melihat dari berbagai sisi dan sudut pandang.

Keinginan Embun untuk kuliah lagi akhirnya menjadi penentu mana yang harus dipilih.

"Kalau di Cikarang, agak susah untuk kuliah lagi, karena sabtu masuk. Sedangkan kuliah ekstensi biasanya ada di kelas sabtu minggu. Kalau ambil yang di Bogor, sabtu minggu bisa kuliah karena libur. Tapi masalahnya untuk karir ke depan memang agak sulit seorang analis kimia bisa berkembang di perusahaan farmasi. Berbeda dengan di perusahaan consumer goods seperti tempat kerjanya saat ini, karir selanjutnya mungkin bisa lebih cemerlang. Tapi kan setelah lulus kuliah, aku bisa cari kerjaan baru yang lebih oke," Embun masih mencoret-coret bukunya sambil bermonolog.

Satu lagi yang harus dilakukannya adalah minta petunjuk pada Tuhan. Sesuatu yang dilakukan dengan melibatkan Tuhan akan lebih mudah dan tenang menjalaninya.

Bismillahirrohmaanirrohiim... Mudah-mudahan hal yang akan dipilih nanti adalah yang paling tepat dan terbaik untuk semuanya.

Slice Of Life (Cerita Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang