Kisah Kasih

9 2 0
                                    


Ku ingin kau mengerti
Betapa ku merindukan
Saat-saat yang indah
Seperti dulu
Ku ingin engkau tahu
Kau slalu mencintai
Buang keraguanmu
Kau slalu di hatiku

Begitu banyak kisah
Yang kita alami sukapun prahara
Menari di mentari
Mendulang cinta kita berdua oh

Ku bernyanyi ku bernyanyi
Lagi tentang cerita asmara kita
Tiada pernah dan takkan pernah
Dapat ku lupa tersimpan slalu dalam jiwa
Ku mencintaimu

Suara serak Roy Jeconiah yang sedang mengalun, melantukan lagu Kisah, memenuhi kamar 2,5x2,5 meter yang ditempati Embun. Musik yang keluar dari radio jadul kesayangannya selalu jadi pelipur lara di kala gundah. Bukan kali ini saja perasaannya teraduk-aduk karena perkara cinta.

Beberapa nama pernah nyangkut di hatinya. Satu nama yang cukup membuatnya tidak nyaman hingga kini adalah Gama. Cintanya tak terkata, pada seorang sahabat yang sudah sangat dekat dengannya.

Itulah kenapa dia sedikit berhati-hati untuk bermain hati dengan seseorang yang bertitel sahabat. Karena salah-salah bisa menyebabkan luka parah yang tak berdarah. Sulit dibalut, atau diberi obat merah.

Kisah Embun dengan Gama tertulis rapi bak pujangga, di buku keramat bahkan di mading kampus. Embun menyebutnya sang angin yang berhembus. Angin yang tidak bisa diterka siapa dia, oleh siapa pun juga.

"Teh, Gama udah jadi bayar uang semesteran belum ya? Ibu udah kasih dari minggu lalu. Takutnya nyangkut di mana gitu belum dikasih ke TU." Telepon dari Ibu Gama suatu malam pada Embun. Beberapa kali Embun main ke rumah Gama. Rame-rame tentu saja. Gara-gara itu juga Ibu Gama sering menelepon Embun, biasalah tipe Ibu-ibu yang udah pusing menghadapi kenakalan anak laki-lakinya.

Seperti kali ini. Bisa saja Embun langsung menjawab "Nggak tahu, Bu. Saya bukan bagian TU." Atau jawaban konyol lainnya. Tapi yang keluar justru, "Coba besok saya cek ke TU ya, Bu. Ibu nggak usah khawatir."

"Tolong ya, Teh, hari ini itu anak nggak pulang. Katanya nginep di kos Abdu," lanjut ibu sahabat Embun itu.

Keesokan harinya Embun bersedia merepotkan diri, dengan mendatangi bagian administrasi tata usaha. Jawaban yang diberikannya pun sudah bisa Embun tebak, belum disetor.

"Gama, uang SPP lo pakai buat apa kali ini? Nyokap lo nelepon gue semalem. Barusan gue cek TU, lo belum bayar," ucap Embun berapi-api, setelah menemukan bocah nakal itu.

Dengan santainya Gama menjawab, "Iya, uangnya kepakai. Dua minggu lagi dah gue bayar."

Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali seperti itu. Pernah Ibu Gama menelpon Embun, minta bantuan nyari Gama yang udah nggak pulang dua hari.

"Duh, Bu. Ini kenapa saya lagi yang kudu nyari, berasa jadi asisten pribadi," keluh hatinya. Tapi tetap saja Embun menyatroni satu per satu kos cowok dan tempat tongkrongan yang sering didatangi Gama.

Gama itu baik banget. Saking baiknya, sering kali dia dimanfaatkan. Kalau kalian mengira dia tipe bad boy, salah besar. Salah satu kenakalannya paling hanya merokok saja.

Segitu dekatnya dengan keluarga, tidak menjamin mereka untuk bersama.

"Em, tadi gue habis nembak Ira. Mokal banget gue. Gue ke kosan lo ya sekarang," teleponnya pada Embun di suatu malam minggu, sementara jam menunjukkan sembilan malam.

"Kos udah tutup, jam malam udah lewat," jawab Embun malas.

"Ini kan malam minggu, masih ada sejam. Please... Mau curhat gue."

Mau dijawab tidak juga percuma. Gama akan tetap datang sesuka hatinya. Tanpa tahu Embun yang menahan perih. Mengaburkan luka dengan senyum palsu dan ucapan selamat berbahagia. Embun tidak menyangka Gama jatuh cinta pada Ira, yang juga sahabat dekatnya

Sia-sia rasa yang bertahun dipupuk hingga subur di hati gadis itu. Luka yang membawanya menyepi di pulau Sumatera. Berharap sisa rasa dan kenangan bersama Gama, larung dan hanyut di selat sunda atau di laut china selatan sana.

Perjalanan patah dan duka, yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Awan.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, " Jangan kecewa saat kau ditinggalkan. Karena mungkin Tuhan akan mengirim seseorang yang lebih baik untuk dipertemukan."

Mungkin itu yang terjadi pada Embun Kinara. Tuhan mengirim pengganti dia yang pergi dengan sebuah perjumpaan, dengan Awan.

Awan yang hari ini berada di sampingnya. Dia, pria yang saat ini membuatnya ragu untuk melangkah ke tujuan yang sama.

Slice Of Life (Cerita Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang