Malam begitu sunyi, hanya terdengar suara jangkrik yang sesekali mengeluarkan suaranya. Apa saja bisa terjadi di malam sunyi ini. Tidak ada yang tau.
Dalam sebuah kamar yang gelap, seorang gadis remaja setia duduk di meja belajarnya dengan lampu belajar yang menyinari mejanya. Entah apa yang ia kerjakan, namun dia terlihat begitu serius.
"Hah... aku... lelah..." gumam gadis itu lalu bangkit dari kursinya. Mematikan lampu belajarnya dan berjalan menuju kasur empuknya.
"Ku harap dengan hilangnya diri ku... semua akan baik-baik saja" gumam gadis itu sebelum pergi tertidur.
Matahari menunjukan sinarnya. Gadis itu bangun dari tidurnya dengan mata sembab. Entah apa yang ia tangisi tadi malam. Dengan malas ia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan badannya, bersiap berangkat sekolah.
Setelah bersiap, dirinya berjalan keluar kamar menuju ruang makan. Berharap pagi ini lebih baik dari sebelumnya. Namun... harapannya tidak dapat terkabulkan semudah itu.
Prang...
"Argh..." ringis gadis itu. Pagi harinya disambut dengan sebuah piring yang dengan sengaja dilempar ke arah kepalanya. Namun dengan cepat ia membelakangi itu dan melindungi kepalanya. Hingga piring itu hanya mengenai punggungnya.
"ANAK SIALAN!!" teriak seorang pria paruh baya yang melempari pria itu dengan piring.
"Cih... dasar pria GILA!!" geram gadis itu lalu memilih langsung keluar rumah dan melajukan motornya ke sekolah. Sepanjang perjalanan dia menggerutui insiden tadi.
"Serpihan itu pasti menancap di punggung ku" gumamnya itu lalu mengubah arah yang awalnya ke sekolah menjadi ke sebuah rumah.
Ting... tong...
"YA SEBENTAR" teriak seorang gadis dari dalam. Seorang gadis membuka pintu dan memberikan salam.
"Oh? Hai Syahnaz... masuk" gadis itu mempersilahkan Syahnaz masuk ke dalam rumahnya. Sudah sering Syahnaz berkunjung ke rumah gadis itu.
Saat Syahnaz mendahuluinya, gadis itu melihat noda merah di seragam putih Syahnaz. Dengan cepat ia tau penyebabnya.
"Syahnaz!! Jangan bersandar dulu" peringat gadis itu lalu mencari kotak P3K secepatnya. Syahnaz yang mendengarnya pun menurutinya.
"Ish... apa yang terjadi dengan punggung mu hah?" tanya gadis itu sambil duduk di samping Syahnaz.
"Buka seragam mu" sontak Syahnaz membulatkan matanya.
"Yak sejak kapan kamu menjadi seperti ini Dahlia"
Plak...
Sebuah pukulan mengenai tepat kepala Syahnaz.
"Mulutnya sembarangan banget. Kalau kamu tidak melepas seragam mu, bagaimana aku mengobati mu? Lagi pula kita sama-sama perempuan, kenapa kamu takut sekali"
"Baiklah, tapi obati dengan perlahan"
"Iya iya" Syahnaz melepas seragamnya. Dapat Dahlia lihat dengan jelas beberapa luka mengeluarkan darah serta beberapa serpihan beling yang tertancap di punggung Syahnaz.
"Apakah pria gila itu yang melakukan ini?" tanya Dahlia sambil mulai mengambil satu persatu serpihan beling sebelum ia membersihkan luka Syahnaz.
"Shh... ya siapa lagi kalau bukan dia. Argh p-pelan"
"Kenapa kamu tidak pergi saja dari rumah sialan itu?"
"Aku sudah sering bilang kan, aku hanya menepati janji ku kepada mendiang Mama untuk menjaga pria gila itu hingga pria itu berusia 50 tahun. Kurang beberapa bulan lagi aku akan bebas"