Jihyo pov
"Hah Eomma, yang benar sajalah. Masa harus ibadat jam 12 malam begini?" keluh ku. Aku mau tak mau berjalan mengikuti Eomma daripada di dalam mobil bersama adik dan Appa ku.
"Hush jangan berkata seperti itu. Eomma ambil jadwal jam 12 malam karena jika Eomma ambil jadwal jam 9 malam, kamu belum pulang kerja. Hanya beberapa jam, percaya pada Eomma" balas Eomma ku. Aku menghela nafas dan mengangguk pelan.
Kami tiba di dalam gedung Gereja. Beberapa tempat sudah mulai diisi oleh umat lainnya. "Pantas saja Eomma meminta untuk berangkat jam 10.30, jam 10.55 saja sudah mau penuh. Padahal masih 1 jam lagi ibadat dimulai" batin ku. Eomma menarik tangan ku untuk duduk di kursi paling belakang.
"Kenapa kita duduk di paling belakang?" tanyaku.
"Hehehe kalau di belakang, jika Eomma ketiduran, Eomma tidak ketahuan" aku hanya terkekeh pelan. Eomma fokus pada ponselnya untuk memastikan keberlangsungan ibadat nanti.
Entah kenapa sedaritadi fokus ku berpusat pada pintu di mana banyak umat masuk dan keluar. "Seperti akan ada yang datang. Tapi siapa? Aku tidak punya teman yang satu lingkungan dengan ku" gumam ku.
Tak lama seorang gadis membuat fokus ku terpusat padanya. Gadis asing yang mampu membuatku tidak bisa mengalihkan perhatian ku darinya. "Gadis itu tinggi sekali dan wajah ayunya membuatku tidak bisa beralih darinya" batin ku. Jujur saja, aku bahkan tidak bisa menoleh ke arah lain. Atensi ku terpaku pada setiap pergerakan gadis itu. "Ingin sekali ku berkenalan padanya"
Sesekali kita melakukan eye contact tapi aku cepat-cepat memutusnya. "Aku bahkan tidak tahan bertatapan dengan matanya hanya dalam waktu 5 menit saja" batin ku.
Ibadat tak kunjung dimulai, masih membutuhkan waktu. Sesekali aku menoleh ke arah gadis asing itu. Wajahnya yang datar membuat ku semakin terpeson. "Kau gila, Park Jihyo" batin ku. 30 menit sejak aku menunggu ibadat dimulai, aku melihat ia keluar dari gedung Gereja. Ia menepuk pundakku karena pintu keluar melewati bangku ku.
"Surat apa ini?" batin ku saat merasa ada sesuatu yang menepel di leher belakangku. Ku ambil sesuatu itu dan membacanya. "Temui aku di kamar mandi" pipi ku memerah padam.
"Eomma, aku ke toilet dulu ya" izin ku yang diabaikan Eomma. Aku berjalan perlahan menuju kamar mandi. Saat masuk kamar mandi, aku tidak melihat siapa-siapa di sana. "Apa aku diprank?" batin ku lalu terdengar suara pintu tertutup. Aku benar-benar tidak berani menoleh ke belakang.
"Berbalik" suruhnya. Aku pun berbalik dan melihat gadis itu. Mataku tak berkedip karena wajahnya terlalu mempesona. "Hey gadis asing, kenapa kau terus menatap ku di dalam Gereja tadi? Kau pikir aku tidak menyadarinya hm?" tanya beruntunnya sambil berjalan mendekati ku. Reflek aku berjalan mundur hingga punggung ku menabrak dinding. Ia mengukungku di antara tangannya.
"Tuhan, kuatkanlah hamba-Mu" batin ku sambil memejamkan mata. Aku merasa ia menaikkan daguku.
"Buka matamu dan tatap aku"
"A-aku tidak mau"
"Buka matamu atau ku cium kau disini dan sekarang juga" aku pun membuka mata. Wajahnya benar-benar dekat dengan wajah ku.
"Kau cantik" pujiku dengan suara pelan. Aku melihat seringai tipis di wajahnya. Tiba-tiba terasa bibir lembutnya menempel pada bibir ku. Mataku melotot sempurna. Kupu-kupu imajinasi ku berterbang di perutku.
Tak lama terdengar suara orang masuk ke kamar mandi. Segera ia menarik ku untuk masuk ke dalam kamar mandi dan kembali mencium ku. Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara aneh.
Namun ciumannya semakin turun menuju leherku. "Shit! Bagaimana ini?!" pekik ku dalam hati. "Ah~" sial, aku menimbulkan suara aneh itu. Seketika aku mendengar 2 orang di luar bilik kamar mandi behenti berbicara.