20) Can we just talk?

168 9 1
                                    

Jihan tersenyum cerah seraya berjalan masuk ke dalam gedung sekolah. Hari ini memang hari Senin, hari yang bagi semua murid adalah hari terkutuk. Di mana pelajaran berat seperti fisika, metematika, biologi, dan kimia bersatu.

Dengan earphone yang menutupi kedua telinganya, ia mendengarkan lagu yang cukup mampu membuat hatinya tumbuh bunga-bunga.

Satu persatu anak tangga ia lewati dan kini rintangannya adalah berjalan menyusuri lorong untuk menuju kelasnya yang berada di pojok sana. Sungguh terasingkan untuk segala hal. Mulai dari kelas yang terasingkan, kelas yang susah diingat guru, hingga alat-alat kelas yang selalu saja tidak lengkap.

Ia fokus pada jalannya hingga di mana ia melewati kelas yang berdekatan dengan kelasnya. Kelas X-B. Ia melirik ke arah dalam kelas.

"Hai Minnie!!" sapa Jihansambil melambaikan tangannya.

Teman yang namanya merasa tersebut itu lantas menoleh ke arah pintu. "Hai!! Pagi sekali kau datang?" tanya Minnie dengan suara sedikit keras agar bisa didengar Jihan.

"Tentu saja. Ada yang membuat ku menyukai hari-hari di sekolah" jawab Jihan seraya kekehan kecil di akhir kalimatnya.

Ia melanjutkan jalannya ke dalam kelas untuk menaruh tas miliknya. Saat akan berjalan keluar, seseorang memanggilnya.

"Ji, kau mau kemana?" Jihan sontak menoleh.

"Aku mau ke kelas sebelah. Untuk mengapeli Minnie dan menunggu Safanya datang. Mau ikut?"

"Tidak. Aku hanya bertanya"

Jihan mengangguk kecil lalu berjalan keluar kelas untuk langsung menuju kelas X-B. Jihan mengambil kursi kosong dan langsung menaruhnya di depan meja Minnie.

"Minnie-ya"

"Hm?" dehem Minnie sambil fokus berkirim pesan pada kekasihnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tanyakan saja. Aku tahu semua rahasia siswa di sekolah ini. Aku dengan senang hati memberi tahukannya pada mu" jawab Minnie sambil mematikan ponselnya dan fokus pada Jihan. "Jadi apa pertanyaan mu?"

Jihan mendekatkan kepalanya ke telinga Minnie. "Laki-laki di sebelah mu itu memang pendiam atau gimana?" bisik Jihan.

"Oohh si Timothi? Dia memang pendiam. Ia selalu fokus pada ponselnya. Bahkan aku yang duduk di sebelahnya, jarang ia ajak ngomong jika bukan mengenai tugas dan materi" balas Minnie sambil berbisik.

"Kenapa menanyakan hal itu tiba-tiba? Kau menyukainya?"

Jihan mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya. "Aku sering memotretnya diam-diam. Aku sudah mengirim permintaan untuk menfollownya tapi hingga saat ini belum juga dikonfirmasi"

"Sudah berapa minggu?"

"2 minggu"

Minnie terkekeh pelan. "Sabar ya. Mau aku jokiin apa gimana? Pakai jalan pintas"

"Tidak. Sepertinya dia tidak tahu aku jadi dia tidak mengkonfirmasi IG milikku"

"Kenapa kau tidak coba untuk mengchatnya duluan? Mau aku kasih nomor miliknya?"

"Tidak, tidak perlu. Di grup angkatan ada nomornya dan aku tahu yang mana nomornya"

"Ya sudah, tinggal chat dia saja kan. Apa susahnya?"

"Hey jangan mentang-mentang kau sudah punya pacar jadi menganggap ini mudah. Aku pertama kalinya suka dengan laki-laki"

"Sebelumnya?"

"Aku suka dengan perempuan" ucapkan Jihan pelan. Minnie terkekeh mendengarnya.

"Gini saja, coba tunggu disaat kau sudah siap" Jihan mengangguk pelan. "Tuh, anaknya barusan datang" ucap Minnie sambil memberikan kode ke Jihan.

ONESHOOT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang