Tokoh fiksi, tidak nyata namun dapat di gambar secara nyata dengan kata-kata atau dalam goresan gambar. Hanya dengan sifat atau wujud yang di gambar secara maya, tokoh fiksi mampu membuat pembaca tertarik dan bahkan jatuh dalam pesona tokoh fiksi itu.
Kreator cerita fiksi pun tak jarang yang begitu mengagumi tokoh fiksi yang ia gambarkan. Bahkan ada yang hingga jatuh cinta akan tokoh fiksi yang ia buat.
"Aaa... bagaimana bisa aku menyukainya..." seorang gadis yang duduk di depan sebuah laptop, ia sedang merampungkan sebuah cerita yang ia buat. Entah bagaimana bisa dia 'baper' dengan tokoh fiksi nya sendiri.
"Untuk kesekian kalinya aku membuat tokoh fiksi yang sama dengan dirinya" gumam gadis itu lalu melanjutkan mengerjakan ceritanya.
"Kau bodoh Im Nayeon. Mana mungkin tokoh fisik se sempurna dia ada di dunia nyata. Parasnya yang tampan dan sifat yang lembut serta perhatian, itu terlalu sempurna untuk pria di dunia nyata. Ingat kau sudah mempunyai pacar"
Nayeon lanjut merampungkan ceritanya yang baru jalan setengah dari keseluruhan ide yang ia ingin tumpahkan di ceritanya itu.
Tanpa sadar waktu menunjuk pukul 12 malam, Nayeon sudah ketiduran di depan laptop yang masih menyala sejak 10 menit yang lalu. Nampak di layar laptop, kata terakhir yang Nayeon ketik adalah 'Aku akan menjadi pendamping hidup bagi seseorang yang tulus mencintai ku' sebuah dialog yang diucapkan oleh tokoh fiksi yang Nayeon sukai.
Sebuah cahaya terang menembus jendela kamar Nayeon. Entah cahaya apa itu yang pasti cahaya itu sangat putih dan mampu membuat siapapun silau jika menatapnya.
Seorang pria tampan berdiri di belakang Nayeon yang sedang tertidur. Pria itu tersenyum tipis lalu mengangkat pelan tubuh Nayeon dan dibaringkan di atas kasur. Pria itu ikut berbaring di sebelah Nayeon dengan tangan melingkar manis di pinggang Nayeon.
Satu kecupan pria itu berikan di puncak kepala Nayeon.
"Selamat malam... author-nim" ucap pria itu dengan suara serak lembut nya.
Matahari keluar dari sarangnya. Sinar nya mampu menyinari kota yang gelap tadinya. Nayeon masih tidur dengan nyenyak walau jam sudah menunjuk pukul 11 siang.
"Nghh..." Nayeon bangun dari tidurnya, dia merasa tidurnya sangat nyenyak kemarin. Seperti ada yang menina bobokan dirinya. Setelah sadar sepenuhnya, Nayeon baru menyadari bahwa ada sebuah tangan yang melingkar di pinggang rampingnya.
"Eh eh tangan siapa nih?" Nayeon membalik badannya dan melotot kala melihat seorang pria yang tertidur di samping nya.
"YAAK!!" pekik Nayeon lalu menjauh dari kasurnya dan mengambil sapu yang ada di kamarnya untuk berjaga jaga.
Pria itu terbangun dan duduk dari tidurnya. Selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga ke pinggang. Lantas tubuh bagian atas pria itu terlihat, reflek Nayeon menutup matanya tapi hidungnya mengeluarkan darah. Dia mimisan.
"Author-nim, hidung mu mengeluarkan darah" Nayeon langsung berjalan keluar kamar dan mengambil tissue untuk menyeka darah dari hidungnya.
Plak... plak... plak...
Nayeon menampar pelan kedua pipinya. Dia masih bingung ini nyata atau mimpi.
"Author-nim... tidak apa apa?" tanya pria itu sambil menggerakan gagang pintu kamar Nayeon.
Mendengar itu, Nayeon segera berteriak untuk memperingati agar pria itu tidak keluar. Karena dia tau, pria itu tidak memakai apa apa.
"J-jangan keluar!! Pakai baju mu!!"
"Aku tidak punya baju, author-nim"
"Pakai yang ada di dalam lemari ku. Itu semua baju oversize, pasti muat di badan mu. Pakai dulu baru boleh keluar. Cepat!!"