Memandangi mu dari sudut kelas sepertinya sudah cukup. Melihat mu bercengkrama dengan kedua teman mu sudah cukup membuatku terdiam karena pesona mu.
Tidak ada yang menyadarinya dan aku berharap kau juga tidak menyadarinya. Tidak terhitung lagi berapa sering aku memandangmu dari kejauhan. Mengagumi mu tanpa satu orang pun tahu.
Kenapa kita tidak bisa? Apa karena perbedaan dan persamaan kita?
Oh ayolah, tidak ada satu kesempatan saja? Setidaknya kau tahulah perasaan ku walau itu akan jadi aib untuk ku. Tapi aku bukanlah orang pemberani itu.
Mendengarmu menyapa ku dengan kata 'Hai' saja sudah mampu mengobrak-abrik isi jantung ku. Kenapa kita tidak pernah terlibat dalam sebuah percakapan panjang?
Aku iri dengan teman yang bisa dekat mu. Iri dengan pacar mu yang bisa menjadikan dirimu miliknya. Di balik masker putih ini, terdapat seutas senyuman yang hanya akan muncul ketika aku melihat mu.
Terkadang aku berharap kalau kau akan menotice ku, namun itu tidak lebih dari sebuah mimpi. Cara mu berbicara, tertawa, dan menyanyi itu, selalu berhasil membuatku bertekuk lutut pada dirimu.
Aku tidaklah lebih dari seorang pengagum rahasia yang hanya bisa memperhatikan mu dari jauh. Aku bahkan takut membuat kontak mata dengan mu.
Selama aku masih bisa memperhatikan mu dari jauh, itu tidak apa-apa. Menunggu waktu hingga masing-masing dari kita memiliki pendamping sendiri. Menunggu saat di mana kau tahu kalau kau adalah cinta pertama ku.
Mari habiskan waktu bersama? Setidaknya sebelum kita berjauhan karena memiliki kota tujuan yang berbeda.
Ayolah, ku mohon bekerja samalah pada ku, jantung. Kenapa kau terlalu lemah hanya karena dia memberi perhatian dengan memberikan selembar tissue untuk mu?
Biarkan ini menjadi rahasia ku.