Apa yang akan kita akan lakukan jika orang yang kita sayangi, kita cintai pergi dari hidup kita? Pergi untuk selamanya dari hidup kita, kita tidak bisa menemuinya lagi.
Kematian pun tidak ada yang tahu. Kapan akan terjadi? Di mana akan terjadi? Kenapa bisa terjadi? Bagaimana bisa terjadi? Apa penyebabnya? dan Siapa yang merenggutnya? Tidak ada yang tahu akan jawaban semua pertanyaan itu kecuali Sang Pencipta sendiri.
"Wanita berinisial MN di temukan tidak bernyawa di rumah nya yang berada di salah satu perumahan elite di kota ini. MN di temukan meninggal karena gantung diri, polisi masih mengusut kasus ini dan mencari motif dari bunuh diri ini" suara reporter wanita yang sebuah menyampaikan berita yang terjadi 5 hari yang lalu. Pria yang menonton berita itu dari ponsel nya, hanya memejamkan mata menahan air matanya.
"Kenapa?! KENAPA?!" teriaknya sambil membanting ponsel nya ke dinding putih. Ponsel itu langsung saja hancur setelah di banting oleh pemiliknya.
Pria itu sedang berada di sebuah rumah, rumah pacar nya yang bunuh diri. Entah bagaimana bisa dia nekat masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang ditetapkan sebagai TKP.
Pria itu menangis sesegukan sambil memukul mukul kepalanya. Dia tidak sadar akan apa yang dia lakukan. Dia benar benar merasa bersalah akan kejadian ini.
"Bodoh, bodoh sekali kau Son Chaeyoung?! Kau pria paling bodoh?!"
Chaeyoung sudah berada di rumah pacarnya sejak pagi tadi. Dia bahkan menyobek garis polisi yang mengelilingi rumah pacarnya.
"Kenapa kau tidak mengalah?! KENAPA?! M-mina maafkan aku.. maafkan aku"
Chaeyoung jatuh terduduk dengan punggung menyender di dinding rumah itu. Kepala dia tenggelamkan di atas kedua lututnya yang ia tekuk.
"Seandainya waktu itu kita tidak bertengkar dan aku seharusnya menahan mu untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi manusia bodoh ini tidak melakukan apapun"
Terasa elusan lembut di atas kepala Chaeyoung. Chaeyoung mendongakan kepala tapi tidak ada siapapun yang berada di dekatnya. Dia sangat mengenali elusan itu.
"M-mina? K-kamu di sini? Maafkan ku, aku benar benar minta maaf" mau sekeras apapun Chaeyoung berkata-kata, tidak ada yang akan menjawabnya. Rumah itu terasa hampa dan kosong.
Chaeyoung kembali menenggelamkan kepalanya di lututnya dan terus menggumamkan kata maaf. Terdengar suara bisikan halus di dekat telinga kanan Chaeyoung.
"Tak perlu minta maaf, tapi percayalah aku selalu mencintai mu" setelah kalimat singkat itu, tidak terdengar suara lagi kecuali suara isakan tangis dari Chaeyoung.
Mata indah nya mulai terlihat membengkak, hidungnya memerah, dan terlihat bekas air mata di kedua pipi pria manis itu. Dia bangkit dari duduknya. Berjalan naik ke arah kamar Mina.
Kriet...
Terlihat sebuah tali yang masih tergantung di langit-langit kamar Mina. Chaeyoung berjalan naik ke atas kasur Mina dan berdiri di belakang tali itu. Dia berjalan mendekat dan memasukan kepala nya ke lingkaran yang terbentuk dari tali itu.
Chaeyoung... pergi menyusul Mina. Meninggalkan kenangan keduanya di dunia ini. Chaeyoung tersenyum tipis sebelum tidak sadarkan diri untuk selamanya.
Drrt... drrt...
Suara telepon berdering membangunkan Chaeyoung dari mimpi buruknya.
"Hah hah hah mimpi apa itu. Eoh? Mama menelpon?" gumam nya lalu menjawab telepon itu.
Telepon :
'Mina's mama'
"Halo? Ada apa ma?"