Gadis yang masih berusia tujuh tahun itu memegang erat sabuk pengaman yang mengikat nya. Seakan mencekik nya dengan begitu erat. Menimbulkan rasa sesak yang teramat sangat.
"Wendy Pegangan!"
Ia menggerjap kecil, merasakan tubuh nya terayun kesana kemari saat mobil yang ia dan sang papah tumpangi berputar.
"Aku takut pah," Gadis kecil itu bergumam lirih. "Kita bakal mati ya?"
"Engga!" Suara bernada berat itu terdengar. "Wendy bakal baik-baik aja. Itu janji papah!"
Brak!
Sedan hitam itu terguling, hingga posisi nya benar-benar mengenaskan karna terbalik.
Samar-samar kedua nya dapat mendengar beberapa suara benturan yang menekan telinga.
Ia memejamkan mata saat rambut lepek nya di usap dengan tangan bergetar sang papah. "Wendy ha-rus kuat. Bu-at Bunda, Mba, sama kakak."
Gadis itu mengangguk cepat, merasakan jika kepala nya terasa amat sakit. Seperti tengah di timpah sesuatu yang besar dan berat.
Mata sayu nya melirik kearah sang papah yang tengah menatap nya, dengan wajah penuh darah yang mengalir dari kening hingga dagu.
"Papah– maaf." Wendy beruhar lirih. Semua yang mereka alami ini tentu karna diri nya.
Andai ia tak meminta sang papah untuk mengantar nya pergi, Andai ia lebih bisa mengerti, Andai–
Ah tidak, Semua nya memang salah nya.
"Engga, Wendy ga-k sa-lah." Suara sang papah terdengar bergetar, terbatuk kecil karna merasa sesak.
"Aku salah. Wendy salah, Pah." Gadis itu menatap sang papah yang sudah terdiam mematung menatap nya, "Pah?"
Suara nya tercekat, dengan tangan terulur menyentuh hidung lelaki di samping nya. "Pa-pah!"
Air mata nya seketika menetes, menggigit bibir bawah nya keras. Menahan erangan yang begitu menyesakan dada.
Tangan penuh luka nya mengusap wajah sang papah hingga mata memerah itu benar-benar terpejam dengan damai.
Wendy tak ihklas, takan pernah rela melihat sang papah pergi dengan cara begitu menggenaskan seperti ini.
Tepat di depan mata nya. Ia menggeleng samar, "Sakit–" Menepuk dada nya sesak.
"Papah sakit."
Mata nya melirik kearah banyak pasang kaki yang mengitari Mobil nya. Samar-samar mendengar ketukan kaca yang terdengar begitu kasar.
Aku mau keluar, kalo papah juga hidup.
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY PETERPAN
Teen FictionSelama ini, Wendy hanya tak suka satu hal. Kehilangan. Entah kehilangan karna perpisahan, atau kematian. kedua nya sama-sama menyakitkan. Namun sejak belia, gadis itu sudah harus merasakan sakit nya kehilangan karna kematian, yang merambat menjadi...