Langkah itu perlahan menuruni anak tangga satu persatu, tersenyum lebar saat mata nya melihat Putri dan Afra yang tengah berkutat di dapur.
"Wendy mau bantu!" Ia berseru, duduk di samping Afra yang tengah melelehkan sebatang coklat.
"Kamu mau bantu?" Putri bertanya, menatap kearah sang cucu yang mengangguk antusias. Wendy suka bermain masak-masak.
"Tolong beliin bahan-bahan yang kurang aja ya di minimarket depan,"
Gadis itu menoleh, bukan ini yang ia maksud, Wendy ingin membantu membuat kue brownis yang sering di buat Putri, namun–
"Oh yaudah, tulis apa aja yang mau di beli nanti Wendy yang kesana."
"Ngomong-ngomong boleh pinjem sepeda yang ada di garasi gak?" Ia bertanya, melihat kearah Afra yang mulai menuliskan list belanjaan.
"Iya pake aja." Wanita itu menjawab, menyerahkan kertas juga sebuah kartu kehadapan Wendy. "Kalo kamu mau sesuatu beli aja."
Wendy mengangguk samar menerima nya, mencium tangan Putri dan Afra sekilas. "Okey, aku pergi dulu ya!"
Langah ringan nya membawa gadis itu keluar dari dalam rumah, meraih sepeda berkeranjang milik Afra untuk ia bawa kedepan sana.
Sesekali menyapa orang-orang yang melintas karna sudah cukup kenal.
Tak perlu waktu lama untuk sampai di mini market karna jarak yang tak terlalu jauh, gadis itu memarkirkan sepeda nya di lahan yang sudah di sediakan. Melangkah masuk.
"Halo Mba Dewi!" Ia berseru, melambai sebelum mengambil keranjang belanjaan.
Membuat perempuan penjaga kasir yang sejak tadi berdiri seketika terkekeh samar, Wendy selalu ramah saat berkunjung ke sana.
Gadis itu membuka kertas pemberian Afra, memasukan beberapa belanjaan yang sekiranya masuk dalam list.
"Minyak sayur," Wendy nampak melihat-lihat. Biasanya saat ia datang kesana, Wendy hanya membeli beberapa cemila juga es kirim. Sembari menunggu Lia atau Putri berbelanja.
"Mba Dewi kok minyak nya gak ada—"
"Nih."
Wendy menoleh saat seseorang menyodorkan nya dua liter minyak sayur, tersenyum lembut. "Makanya tinggi Wendy!"
Gadis itu mendengus saat Samudra meledek nya, mencubit perut keras lelaki itu dengan kasar. "Sembarangan, aku ini udah ideal!"
"Iya, Ideal buat di peluk!" Tangan nya merangkul Wendy hangat. Menarik kertas yang di genggam gadis itu. "Apa aja yang mau di beli, biar gue bantu."
"Gak perlu!" Gadis itu kembali menarik list dari Afra.
"Ga papa, Itung-itung tanda terimakasih karna Eyang Putri sering kirimin gue sama Papah makanan." Samudra melangkah, membantu Wendy membawakan bahan-bahan nya.
"Serius ga papa? Pacar kamu gak marah–"
"Pacar siapa coba? Calon gue aja ada di depan mata." Samudra tersenyum lebar.
"Ka Bella?"
Lelaki itu mendengus kecil. "Lo bahkan tau gue sama Bella gimana, Dy."
"Kamu cuma mainin dia? Bukanya sebelum nya aku udah bilang kalo cinta bilang cinta, kalo gak jangan coba-coba."
"Coba-coba kamu itu udah kelewat batas, udah kedaluwarsa,"
"Trus gimana?" Sahut Samudra, meraih beberapa Ciki. "Lo mau gue putus gitu? bilang aja. Gue bakal ngelakuin apa yang lo bilang kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY PETERPAN
Teen FictionSelama ini, Wendy hanya tak suka satu hal. Kehilangan. Entah kehilangan karna perpisahan, atau kematian. kedua nya sama-sama menyakitkan. Namun sejak belia, gadis itu sudah harus merasakan sakit nya kehilangan karna kematian, yang merambat menjadi...