Thalia melirik kearah para lelaki yang berkerumun di dekat lobby, menatap kearah nya yang tengah membukakan Helm di kepala Wendy.
Hari ini ia memang mengantar Wendy kesekolah karna sang adik masih belum bisa mengendarai motor dengan baik, bahkan kaki gadis itu masih terlihat pincang saat berjalan, yang tentu membuat ia dan Stela khawatir.
"Bekel." Tangan nya menyerahkan kotak makan kehadapan sang adik.
"Gak ah, Itu kan bunda kasih buat kamu." Sahut Wendy, merapatkan jaket nya saat hawa dingin di pagi hari masih amat terasa. "Buat kamu makan di kampus aja."
"Lo belum sarapan, Tadi malem juga makan sedikit kan? Lo tuh kalo gak di ingetin pasti suka lupa."
"Males nge-chat Citra terus."
Wendy mengerjap, "Jadi selama ini Citra cerewet karna kamu? Kenapa gak nge-chat langsung ke Aku?"
Thalia menatap Wendy malas.
"Pasti gengsi ya? Hahah."
"Udah ini pegang, gue risih di liatin sama buaya-buaya yang ada di sana." Gadis itu melirik para lelaki yang masih memperhatikan nya. Seakan jika Thalia memang sebuah bintang ternama.
"Inget ya, Jangan jual nomer telepone gue lagi. Setiap minggu gue harus ganti nomer karna di teror!"
"Di teror pake emot cinta mah ga papah atuh." Sahut Wendy, meraih kotak makan yang sejak tadi di sodorkan Thalia.
"Makan, Awas aja kalo pulang gue periksa masih utuh."
"Siap komandan!" Gadis itu melakukan gerakan hormat kearah Thalia yang tertawa pelan.
ANJIR! ANJIR DIA KETAWA.
YA ALLAH KETAWA NYA MERDU BANGET!
YA AMPUN, GUE MIMISAN NGELIAT THALIA!
THALIA MAKMUM KU!
Thalia menoleh sekejap kearah mereka, beralih melihat Wendy yang mengangkat bahu tak mengerti.
"Yaudah, gue balik ya. Nanti kalo udah mau pulang PC aja, gue nanti selesai siang kok." Ia mengusap rambut Wendy lembut, menjalankan motor nya meninggalkan area sekolah sang adik.
Wendy menatap punggung tegap yang perlahan hilang di balik tikungan, melangkah masuk kedalam gedung sekolah.
Pagi adik ipar.
Adik ipar udah sarapan belum? Makan bareng Aa yu?
Wendy, itu bekal masakan Thalia bukan? Kalo iya gue beli deh sini.
Gadis itu menggeleng sebagai tanggapan, melangkah melewati mereka yang berjejer di koridor kelas sepuluh.
Hingga sepasang sepatu berlogo Bintang itu berhenti di depan mereka.
"Ka Thalia, suka sama cowo penyayang. Apalagi Kalo ada cowo yang sayang sama adik nya. Suka jajanin adik nya, suka teraktir, berperilaku baik. Udah deh– pasti lolos jadi pacar!"
AYO WENDY KITA JAJAN!
~•~
Kantin kali ini terasa lebih sesak, terlebih untuk Wendy yang harus menerima banyak makanan dari para pejuang Thalia.
Mereka berbondong-bondong memberi nya sesuatu agar bisa lebih dekat pada sang kakak, meski jika boleh jujur hal itu tak akan berpengaruh.
Bahkan jika salah satu dari mereka membuatkan Thalia seribu Candi bak kisah cinta Bandung bondowoso pada Roro Jonggarng, Wendy tak yakin kakak nya itu akan luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY PETERPAN
Teen FictionSelama ini, Wendy hanya tak suka satu hal. Kehilangan. Entah kehilangan karna perpisahan, atau kematian. kedua nya sama-sama menyakitkan. Namun sejak belia, gadis itu sudah harus merasakan sakit nya kehilangan karna kematian, yang merambat menjadi...