11. Olimpiade

474 70 59
                                    

Bohong jika gadis itu tak sedih atas apa yang menimpanya kini, Wendy bahkan tak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi di hidup nya yang bahkan sudah begitu berat.

Gadis itu berkali-kali menyekat air mata nya dengan tangan, meski kini tengah berada di perpustakaan.

Bersama Bella juga Aidan sebagai tim Olimpiade cerdas cermat nya.

"Ngerti gak?" Aidan bertanya pelan, menatap kearah Wendy dan Bella yang mengangguk paham.

Padahal ia sadar jika jiwa salah satu di antara dua gadis itu tak berada di sana.

"Dy?" Aidan menyentuh pundak Wendy lembut, "Lo sakit?"

Bella ikut menoleh, menatap Wendy yang terlihat begitu kusut.

"Engga." Gadis itu menjawab, "Aku baik-baik aja."

"Mata lo gak bisa bohong, lo nangis? Nangis kenapa? Cerita aja sekarang– kita lomba nya besok loh. Lo harus fokus." Bella menyahut, "Kita gak boleh kalah."

Yang di tanya menghelanafas samar, "Engga papa, udah mending sekarang kita lanjut lagi." Wendy meraih buku yang ada di dekat Aidan. Mulai memfokuskan pikiran nya pada soal-soal yang ada di sana.

"Besok biarin gue jawab banyak ya?" Bella berucap pelan, membuat Wendy dan Aidan jelas menoleh kearah nya.

"Papah gue dateng soalnya, kalo gue kelihatan bego. Gue bakal di kirim keluar."

"Kenapa?" Tanya Aidan. Bangkit dari duduk nya, "Gue ke Toilet dulu."

Lelaki itu berjalan menajuh, meninggalkan Wendy dan Bella di perpustakan berdua.

"Dia gak suka punya anak bodoh."

"Ka Bella pinter," Sahut Wendy, menatap kearah Bella yang menunduk dalam.

"Iya, Pinter menurut lo itu beda sama pinter menurut bokap!"

"Gue juga sebenernya gak boleh pacaran, tapi tetep maksa jalanin hubungan sama Samudra. Dan lo tau lah kalo Samudra masih tergila-gila sama lo–" Mata nya menatap kearah Wendy yang mengerutkan kening bingung.

"Beberapa kali dia sering salah sebut nama, Dy, Wen. Wendy." Bella tertawa hambar. "Padahal Gue Bella."

Ia menatap kearah Wendy dalam, menggenggam tangan dingin gadis itu. "Jauhin Samudra ya Dy, Jauhin Samudra buat gue."

Dada Wendy berpacu dengan cepat, belakangan ia memang cukup akrab dengan Samudra. Setelah lelaki itu berpacaran dengan Bella.

Namun, kedua nya hanya sebatas teman. Tak lebih dari itu. Wendy pun tak ada niatan sama sekali untuk memiliki hubungan dengan Samudra yang bahkan sudah ia anggap sebagai kakak nya sendiri.

"Nanti gue bakal jauhin Gatra juga kok buat lo–"

"Laki-laki itu bukan barang kak, mereka berdua juga punya perasaan." Wendy berujar lembut, menarik tangan nya dari genggaman Bella.

"Kalo ka Bella mau aku jauhin ka Udra, Okey aku bakal lakuin. Tapi apa ka Udra juga bakal ngelakuin hal serupa? Jauh dari aku?"

"Aku sama ka Udra gak ada apa-apa. Kita cuma sebatas sayang kakak ke adik aja. Dan untuk ka Gatra, Ka Bella gak perlu repot-repot buat jauhin dia."

"Dia selalu bahagia di deket kakak aja, udah cukup menurut aku. Dan jauhin0 dia cuma buat ka Gatra ngerasa sakit."

Wendy bangkit dari duduk nya, "Aku rasa belajar nya hari ini cukup, sampe ketemu di tempat lomba besok kak."

"Aku pamit."

~•~

Malam ini hujan turun begitu deras, membuat siapapun betah berlama-lama tiduran di balik selimut yang penuh kehangatan.

YOU ARE MY PETERPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang