22. Dua garis

516 66 31
                                    

Wendy jatuh sakit usai pulang dari sekolah karna terlalu lelah, hingga kini gadis itu harus menerima infus sebab kekurangan cairan dari rumah.

Thalia dan Stela selalu bergantain menginap, antara Menjaga Wendy, dan Menemani sang Bunda di rumah agar tak terlalu curiga.

Karna Wendy, benar-benar tak ingin Embun tau sedikitpun jika ia sakit.

"Kepala nya masih pusing?"

Wendy menggeleng saat Stela bertanya, mengusap rambut gadis itu dengan amat lembut. Meski di rasa Rambut sang adik mulai menipis.

"Mau keramas Mba." Wendy mengeluh kecil. "Udah bau, kadang suka di cium-"

Gadis itu mengerjap kecil, Ah sial. Karna mendadak sakit, ia jadi tak tau respon sekolah terhadap adegan tak senonoh yang ia lakukan.

Namun sejauh ini, Teater masih belum mendapat kritikan dari pihak sekolah atau para murid, mereka nampak menikmati saja meski tau jika itu salah.

Wendy memang bodoh! Bagaimana bisa berfikir untuk mencium Gatra Astaga. Tangan nya meremas rambut dengan kasar.

"Jangan di tarik, nanti rontok." Stela pelan-pelan meminta jemari Wendy untuk kembali terbuka. "Kamu mau keramas? Ayo mba bantu."

Dengan telaten dan penuh kehati-hatian, Stela mulai menyiapkan semua nya. Meletakan sebuah bangku di dekat Wastafel agar Wendy bisa duduk di sana. Menyiapkan handuk agar kepala sang adik tidak terasa sakit.

Tangan lembut itu mulai membasahi rambut Wendy dengan perlahan.

"Mba Stela pernah di keramasin Bunda?"

Dalam diam Stela mengangguk, menuangkan beberapa tetes sampo keatas tangan nya, sampo beraroma buah-buahan yang begitu membuat ia dan Thalia suka mencium rambut sang adik. "Pernah."

"Gimana ya rasa nya? Aku– bahkan udah lupa kapan terahir kali Bunda panggil nama aku Hahah." Wendy tertawa samar.

Menikmati pijatan dari tangan Stela yang begitu menenangkan. "Aku yakin bunda pasti bakal mandiin aku, tapi Pas udah meninggal hehe."

"Wendy." Stela berucap kecil, "Jangan bicara kaya begitu, pamali."

"Lebih suka Bumali lagi." Sahut Wendy yang bahkan tak merasa bersalah sama sekali.

"Ngomong-ngomong kemarin Bunda dateng ke sekolah, nonto aku."

"Iyakah?" Stela nampak membasuh rambut Wendy lembut, agar sang adik tak merasa sakit saat tiba-tiba tertarik.

"Iya, seneng deh. Meski kaya nya dia telat."

"Mungkin Bunda emang lagi ada urusan, tapi tetep berusaha buat dateng."

"Bagus dong kaya gitu, lebih baik telat dari pada gak sama sekali."

Wendy mengangguk samar, memegang handuk yang menutupi rambut basah nya. Selagi Stela menyiapkan beberapa keperlaun.

"Habis ini makan trus minum obat ya–"

"Aku gak mau makan ah,"

"Kalo gak makan gak bisa minum obat, makan ya? Sedikit aja—"

"Tapi suapin."

Stela mengangguk kecil, tanpa di minta sejak kemarin pun Wendy tak pernah makan dengan tangan nya sendiri.

"Iya, Mba ambil makanan nya dulu di bawah."

~•~

Bella menatap Samudra tajam, lelaki itu sejak kemarin memang tak menemukan nya. Berdalih jika ia harus menemani Wendy yang tengah sakit.

YOU ARE MY PETERPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang