Sepuluh

7.2K 292 2
                                    

Email yang membuatku ingin menjerit kegirangan saat menerimanya. Tetapi harus menahan karena banyak hal. Kini membaca email itu lagi tetap saja jantungku berdebar dan senyum lebar tidak mau menghilang dari diriku.

'Syukurlah. Saya senang mendengarnya.'

'Sebenarnya saya ingin kamu beristirahat, tetapi jika kamu ingin langsung mencari pekerjaan lain saya akan membantu sebisanya.'

Aku tersenyum haru membaca balasan Bu Rosa. Sudah lama sekali tidak ada yang perhatian padaku. Hidup sendiri sejak SMA membuatku kerap kali merindukan perhatian orang lain. Tetapi sangat sulit di dapatkan.

'Tidak perlu, Bu. Saya sudah mendapat pekerjaan.'

Setelah membaca pesanku Bu Rosa pasti bisa menebak kenapa aku yang selalu bertahan meski kerap kali mendapat perlakuan tidak menyenangkan tiba-tiba mengundurkan diri. Tetapi aku juga tidak mau menutupi kabar bahagia ini, meskipun aku tidak akan memberi tahu Bu Rosa nama perusahaan yang menerimaku. Dan kuharap Bu Rosa juga tidak bertanya agar hubungan baik kami tidak semakin memburuk.

'Ah, begitu, ya. Pantas saja kamu tiba-tiba keluar sedang saat kita bertemu di kamar mandi kamu masih terlihat takut. Tetapi saya turut senang mendengarnya. Saya harap di tempat baru nanti kamu akan mendapat semua yang kamu inginkan. Baik rekan kerja yang mendukung dan juga teman yang bisa diajak jalan dan berbagi cerita,'

Aku terdiam cukup lama membaca balasan Bu Rosa. Entah bagaimana Bu Rosa berkali-kali berhasil menebak apa saja yang aku inginkan. Bahkan Bu Rosa pun tahu jika aku mendambakan seorang teman.

'Terima kasih, Bu. Saya juga berharap begitu.'

Selesai mengirimkan pesan tersebut, aku menutup ponsel dan memfokuskan mata pada layar komputer, sebelum memutuskan membalas email tersebut.

Tanpa berpikir panjang aku menyanggupi persyaratan mereka. Meski aku hanya dijadikan sebagai karyawan percobaan, aku tetap akan menerimanya dengan senang hati. Apalagi ini perusahaan besar yang terletak di ibu kota. Meski saingannya akan lebih keras, aku yakin aku mampu bertahan.

Selesai membalas email tersebut aku segera mematikan komputer dan bangkit berdiri. Berjalan ke arah kulkas dan mengeluarkan tart yang pagi tadi aku masukan.

Menatap kue ulang tahun itu, aku tersenyum senang. "Terima kasih sudah mengabulkan doaku," kataku sembari memotong kue menjadi beberapa bagian. "Aku harap tahun depan akan ada seseorang yang menemaniku menghabiskan kue ini." Aku berdoa lagi, sebelum mulai memakan kue ulang tahun tersebut.

Aku memang membeli tart yang berukuran kecil, tetapi tetap saja aku tidak sanggup menghabiskannya.

Merasa sudah cukup kenyang aku memutuskan kembali menyimpan tart ke dalam lemari pendingin, sebelum mulai melangkah ke arah lemari dan membukanya.

Senyumku melebar saat melihat pakaian beraneka warna dan jenis yang tertata rapi di sana. Pakaian yang hanya mampu aku beli tanpa sempat memakaianya untuk jalan dan bekerja. Setiap bulan uang yang aku dapatkan nyaris semua aku pakai untuk memuaskan diri dengan cara membeli pakaian, tas, Haigh hels, dan juga alat make up.

Aku suka berdandan, aku ingin memakai pakaian cantik dan nyaman. Aku suka semua itu, tetapi aku tidak bisa memakainya di sini.

Pernah beberapa kali aku mencoba, tetapi rekan kerjaku selalu memergoki. Bahkan saat aku pergi ke tempat yang jauh dari sekitaran kantor dan rumah, aku tetap bertemu dengan rekan kerja. Sudah pasti tanpa memikirkan perasaanku mereka langsung menegur dan mengejekku dengan berbagai kata. Bahkan sampai di kantor pun mereka terus menyerang kelemahan, membuatku kian tak percaya diri untuk tampil full make up dan berpakaian modis.

Namun, kini aku yakin bisa memakai semuanya. Di tempat kerja baru aku ingin membangun imez yang sangat berbeda dengan sekarang. Aku akan mencari rekan kerja yang baik, tulus serta teman untuk nongkrong. Dan itu semua akan terwujud jika aku bisa tampil cantik dan penuh percaya diri.

Sejak mulai mencari kerja di luar kota, aku sudah membulatkan tekad akan berubah jika di terima di tempat baru. Dan sejak menerima email sore tadi tekadku semakin bulat.

Room To Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang