Namun sepertinya tidak seperti itu, mungkin Jess menawarkan hal ini padaku secara kebetulan. Karena tidak mungkin Jess mengetahui semua informasi pengunjung klub ini.
Apalagi untuk aku yang tidak terkenal. Mungkin Jess hanya tahu informasi beberapa pelanggan terkenal saja.
Dengan pemikiran itu perasaanku kembali lega dan mengikuti Jess ke ruangan lain dengan santai.
Kami tiba beberapa menit kemudian. Lelaki itu yang tidak aku tahu namanya sudah ada di sana. Duduk di sofa tunggal dengan santai sembari mendengarkan penjelasan Thomas, pengacara klub ini.
Dalam diam aku melangkah mendekat, lalu membeku saat tatapan lelaki itu mengarah padaku.
Napasku tercuri, membuat dada sesak dengan jantung berdebar mengerikan. Aku bingung, tidak tahu harus melakukan apa.
Mendekati lelaki itu, atau duduk di depannya.
Masih dalam kebingungan aku memutuskan mengikuti Jess dan duduk di sisi wanita itu, tepat berhadapan dengan lelaki itu.
Dengan begitu aku hanya bisa menunduk sembari mendengarkan ketiganya berbicara. Hanya sesekali angkat suara jika di tanya.
Ini benar-benar malam yang memalukan, mendebarkan, dan juga mengerikan.
"Silakan di baca, lalu bubuhkan tanda tangan kalian."
Aku melirik Thomas saat lelaki itu menyerahkan selembar kertas padaku dan juga lelaki di hadapan.
Membaca beberapa poin pernjanjian dengan teliti, aku segera menandatanganinya. Tidak ada poin yang perlu aku ragukan. Karena semua poin ini dapat melindungiku.
Perjanjian ini terdiri dari tiga pihak. Aku, lelaki di hadapan dan juga klub ini. Dan ada tiga lembar juga yang perlu aku tanda tangani.
"Simpan ini baik-baik. Segera hubungi saya jika salah satu pihak melanggar," kata Thomas lagi sembari memberiku dan lelaki di hadapan masing-masing satu lembar.
Aku segera mengambil, membaca ulang sebelum melipat dan memasukkan ke dalam tas. Menyimpannya sebaik mungkin agar bisa melindungiku jika diperlukan. Sebenarnya aku lebih berharap tindak harus memakai surat perjanjian ini.
"Kalau begitu saya permisi. Terima kasih Pak Axel dan Mbak Cleo."
Aku hanya mengangguk saat Thomas pergi, sebelum menatap lelaki di hadapan yang kini aku tahu bernama Axel. Lelaki itu juga tengah memperhatikanku, yang membuatku segera mengalihkan pandang. Aku ingin menyapa tapi segan, tidak menyapa tapi dia sudah memenangkan lelang. Aku jadi merasa serba salah di sini.
Saat diserang kegugupan, aku terkejut saat ponsel di tas bergetar. Dengan gerakan cepat aku mengambilnya dan melihat pesan masuk. Mataku melotot setelah membaca pesan bank yang memberitahuku jika ada dana masuk dengan jumlah yang sangat besar.
Aku menoleh ke arah Jess hanya untuk melihat senyum wanita itu.
"Semuanya sudah selesai. Mulai detik ini kalian bisa menentukan apa yang yang ingin kalian berdua lakukan." Jess bangkit, dia menatap kami berdua sebelum melanjutkan kalimat. "Aku akan meninggalkan kalian berdua. Selamat bersenang-senang."
Jess melambai, lalu tak lama kemudian dia menghilang dari pandangan setelag menutup rapat pintu.
Kini hanya tinggal berdua dengan Axel. Aku benar-benar gelisah dan tidak tahu apa yang harus di lakukan.
Lelaki itu juga tampak marah. Sudah beberapa kali aku menatap tangan Axel yang terkepal di sandaran sofa. Mungkin lelaki itu marah, atau menyesal karena telah mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk bertemu dengan wanita sepertiku.
Ini juga pengalaman pertamaku. Meski tahu Axel sedan mengeluarkan aura menyeramkan, aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku tetap mengikuti kata hati, lebih tepatnya mengikuti bagian-bagian novel Romance yang pernah kubaca. Dengan begitu aku mencondongkan tubuh sedikit ke depan.
"Apa kamu mau menambah minuman?" tanyaku terbata. Aku mengulurkan tangan dan memeluk botol anggur yang di antar Melly dengan erat.
Tidak segera mendapat jawaban aku menatap lelaki di hadapan dengan takut-takut, sebelum mengalihkan pandangan ke gelas kosong di atas meja.
Aku masih terus menunggu jawaban saat gumaman pelan terdengar. Meski begitu aku tetap bangkit dan mengisi gelas lelaki itu dengan tangan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room To Room
RomanceJangan lupa follow, ya. Tap bintang dan komen juga kalau mau. Sepi banget akunku. Lily Cleona sudah bekerja lebih dari sembilan tahun di tempat kerja lamanya, namun dia tetap tidak mendapat teman. Bahkan tak satu pun rekan kerja yang tahu nama leng...