"Peserta ke 45 malam ini, namanya Cleo. Dia tidak akan menampilkan aksi apa pun, dia juga hanya akan menjadi teman kencan selama tiga hari. Meski begitu kalian tidak perlu kecewa. Karena hanya dengan diam berdiri saja seperti ini dia sudah seperti rubah yang menggoda. Membuat semangat kaum Pria bergelora."
Raut kecewa yang sempat terlihat dari orang-orang dibawah langsung hilang dalam sekejap begitu pembawa acara menyelesaikan kalimatnya.
Aku tahu banyak penonton yang tidak memiliki kesempatan menawar atau kekurangan uang sangat ingin melihat aksi-aksi dari para wanita yang ikut melelangkan diri. Setidaknya meski tidak memiliki kesempatan untuk mengenal lebih dekat, mereka bisa menikmati aksi para wanita tersebut. Namun, beruntungnya bar ini tidak ada persyaratan khusu yang mengharuskan kami beraksi. Jadi meski aku hanya diam berdiri, masih tetap sah-sah saja.
Apalagi semua orang tahu kata 'menjadi teman kencan selama tiga hari' hanya dijadikan sebagai formalitas belaka, karena kalimat itu bisa diubah jika keduanya setuju. Namun, aku tetap merasa lega saat pembawa acara menekankan kalimat tema kencan. Itu berarti semua yang ingin penawar sudah tahu jika aku hanya ingin menjadi teman jalan tanpa ada embel-embel tidur bersama.
Kalau-kalau pemenang lelang ini mengajak tidur, mereka tidak bisa memaksakan diri jika aku tidak menginginkannya.
"Mari beri tepuk tangan untuk rubah menggoda yang berdiri di sampingku ini."
Sorakan keras dari bawah membuat jantungku berdebar makin cepat. Aku tahu pembawa acara ingin memanaskan suasana, tetapi tetap saja aku kesal saat disebut rubah pengoda.
Namun, aku tidak bisa melakukan apa pun. Yang bisa aku lakukan hanya mengepalkan tangan dan mulai menatap sekitar.
Dari meja bar aku tidak tahu jika berdiri di tengah panggung ini akan sangat memalukan.
Aku seperti di kelilingi ribuan hewan buas yang bersorak dengan tatapan ingin menerkam. Tangan dan kaki mulai bergetar, meski aku mencoba menyembunyikan dengan menjaga tatapan tetap pada keruman di bawah.
"Tanpa membuang banyak waktu lagi. Kita mulai dengan Harga 20 juta."
Begitu pembawa acara selesai berbicara, puluhan orang mengangkat tangan. Membuatku tanpa sadar bergidik ngeri dengan rasa ingin melarikan diri semakin menjadi.
"25 juta."
"Baik 25 apa ada lagi?"
"35 juta."
"35 juta, apa ada yang mau menawar lagi?"
"36 juta."
Mendengar suara yang pamiliar, aku menoleh pada penawar. Dan aku benar-benar menaham napas saat melihat Tama.
Apa yang di lakukan lelaki gila itu di sini?
Jantungku sudah berdebar saat melihat Tama. Tolong siapa pun, aku tidak ingin bersamanya.
"50 juta."
Aku menghela lega saat ada penawar lain. Sebelum melihat penawar lain, aku tidak bisa menyembunyikan senyum saat melihat kemarahan dari mata Tama.
Dengan ini aku yakin Tama tidak akan jadi penawar lagi.
Namun, saat tatapanku bertemu dengan penawar tertinggi, aku lagi-lagi menahan napas.
Aku tahu lelaki itu, dia yang mencoba membeliku sebelum aku berdiri di sini.
Ya, Tuhan. Tidak bisakah aku mendapat orang lain saja sebagai teman kencan. Aku tidak ingin Tama, tetapi aku juga tidak ingin lelaki ini.
"60 juta."
Sorakan dari penonton semakin keras. Ini angka tertinggi malam ini.
Aku juga segera mencari suara sang penawar. Wajahnya tidak terlihat jelas karena ada seseorang yang berdiri di hadapannya.
"70 juta."
Tiba-tiba lelaki tadi membalas. Membuat penonton semakin berisik.
"90 juta."
"100 juta"
"120 juta."
"140 juta."
Tanpa sadar aku menahan napas lagi. Ini bukan sepeti lelang teman kencan lagi, tapi sudah seperti lelang barang langka dan sangat berharga.
Aku yang berdiri di atas panggung pun dapat menyadari jika mereka berdua bukan lagi merebutkan aku, tetapi lebih ke perang menjaga harga diri.
Sejujurnya aku sangat takut. Aku ingin sekali menghentikan persaingan mereka. Aku tidak ingin terjebak ditengah-tengah mereka berdua.
Akan tetapi penonton dan pembawa acara bersorak dengan heboh. Membuat suasana semakin panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room To Room
RomanceJangan lupa follow, ya. Tap bintang dan komen juga kalau mau. Sepi banget akunku. Lily Cleona sudah bekerja lebih dari sembilan tahun di tempat kerja lamanya, namun dia tetap tidak mendapat teman. Bahkan tak satu pun rekan kerja yang tahu nama leng...