Tujuh Belas

3.3K 141 1
                                    

Jantung bergemuruh cepat. Tatapanku semakin kagum dan juga takut pada Jess yang tanpa diduga menghantam meja dengan keras.

"Berapa kali aku harus mengatakan padamu John, Irene. Tugas kalian menjaga tempat ini, bukan malah melampiaskan nafsu di rungaku?"

Aku segera melirik Jess. Lalu segera mengalihkan pandangan lagi. Dari apa yang dikatakan aku langsung tahu jika Jess memiliki posisi lebih tinggi dari John. Meski aku tida tahu kenapa tadi dia mengetuk pintu dulu sebelum masuk, padahal ini ruangan sendiri.

"Jess, Aku...."

"Keluar!!"

Satu kata terakhir Jess menghentikan kalimat penjelasan lelaki di depan. Dengan menatap Jess beberapa saat John berlalu pergi dengan menarik Irene bersamanya. Wajah merah menahan amarah lelaki itu membuatku segera menyingkir dan berdiri di belakang Melly.

Aku tersenyum malu saat Melly tiba-tiba menoleh.

"Maaf membuat keributan. Karena sudah seperti ini aku yang akan membantumu."

Aku segera mengangguk dan duduk setelah di persilakan. Melly segera keluar setelah menyediakan teh.

Dengan perasaan gugup karena di tinggal berdua dengan Jess, aku menatap wanita di hadapanku dengan rasa takut. Kembali mengingat kekerasan macam apa yang di lakukan Jess beberapa saat lalu.

"Ini. Bacalah dengan teliti. Jika ada yang kurang atau yang ingin kamu tambahkan katakan saja."

Mengambil kertas yang di ulurkan Jess, aku mulai membaca dengan teliti. mengamati poin-poin yang ingin aku ubah dan pertahankan. Lebih dari setengah jam aku dan Jess berdiskusi sebelum mencapai kesepakatan setelah mengubah beberapa poin dan juga menghilangkannya.

Aku bersyukur karena penjanjian ini dilakukan demi keuntungan kedua belah pihak. Jika tidak, bisa saja Jess membuatku sulit.

"Sudah yakin tidak ada yang mau ditambah, kan?"

Menggeleng, aku mengumpulkan semua berkas yang tersedia saat tiba-tiba ketukan kembali terdengar. Aku menoleh ke belakang saat Jess mempersilakan sang tamu masuk.

Setelah melihat Melly dan satu lagi lelaki tinggi tidak di kenal masuk, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya dalam hati.

Lalu saat satu kesimpulan masuk ke dalam kepala, aku menatap Jess dan kedua orang lain dengan waspada.

Tidak mungkin kan Jess menyediakan lelaki ini untukku?

Lelaki itu kira-kira berusia sekitar 40 tahun. Terlihat menyeramkan dengan tinggi badan dan juga wajah sangarnya. Namun, dia memiliki senyum sopan saat mata kami tak sengaja bertemu.

Melihat keramahan yang coba ditampilkan rasa takut yang kurasakan beberapa detik lalu perlahan berkurang. Dan aku dengan gerakan ragu membalas uluran tangan paman itu saat Jess memperkenalkan kami.

"Saya Thomas, pengacara klub ini."

Aku berkedip dengan kening berkerut dan tatatap bingung, lalu beberapa detik kemudian segera mengangguk saat menyadari kesalahan yang aku buat.

"Saya Cleo." Aku balas tersenyum, lalu melepas jabatan tangan kami dan mundur beberapa langkah.

"Simpanlah ini, siapa tahu kamu membutuhkan di masa depan."

Aku menerima kartu yang diberikan Thomas dengan senang hati. Saat mulai membaca, aku cukup terkejut karena Thomas berasal dari firman hukum yang paling terkenal di sini. Firman hukum yang sering kami sewa jika sesuatu terjadi di kantor lamaku.

"Terima kasih, saya akan menyimpannya dengan baik."

Tidak ada balasan dari Thomas, tetapi aku juga tidak mengharapkannya.

Namun, saat aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi, Jess tiba-tiba buka suara.

"Bagaimana kalau kita tanda tangani segera?"

Aku mengangguk setuju. Lebih cepat lebih baik.

Menunda banyak waktu malah tidak menguntungkanku. Siapa tahu salah-satu calon penawar akan memberi harga sangat tinggi jika aku keluar segera. Atau malah semua yang memiliki banyak uang sudah pergi bersenang-senang dengan yang lain sampai tidak memperdulikanku lagi.

Sangat gawat jika aku tidak mendapatkan uang  sebanyak dan secepat mungkin.

Setelah selesai tanda tangan dan semua urusan lain, aku diminta untuk bersiap.

Karena tidak ada yang perlu aku siapkan selain mental, aku hanya mengangguk dan mengikuti Melly saat wanita itu membimbingku ke ruangan lain.

Room To Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang