Setelah beberapa menit memperhatikan, aku baru tahu jika di sana di adakan lelang teman kencan. Sudah tiga wanita dan dua pria yang tampil, dan kelima orang itu didapatkan dengan harga di atas seratus juta.
Cukup banyak untuk penghasilan satu malam, meski aku yakin hasil akan dibagi dua dengan pemilik club ini.
"Tertarik untuk ikut?"
Aku menoleh, lalu tatapanku terkunci pada mata tajam sang bantender.
"Acara ini hanya di peruntukan untuk mencari teman kencan selama dua atau tiga hari. Meski begitu tidak diwajibkan untuk melakukan sex. Namun, kami tidak melarang saat pemenang dan peserta lelang melakukannya dengan persetujuan kedua belah pihak. Lagipula saat berada di luar distrik Utara, kami tidak bisa bertangung jawab lagi, mereka akan mendapat dana tambahan tanpa kami ganggu."
Aku melirik bantender sekilas saat mendengar penjelasaanya, pura-pura tidak tertarik meski dalam hati pikiranku sudah cukup liar.
Cukup menarik. Dan aku mulai tergoda untuk mencoba.
"Akan ada surat perjanjian agar membuat masing-masing pemegang tidak memaksakan kehendaknya sendiri. "
Ketertarikanku semakin menjadi, aku mulai memberi perhatian lebih pada lelaki di hadapan. Tidak sabar ingin bertanya pebih jauh. Akan tetapi, pengunjung lain yang baru saja duduk di sudut kiri menghentikanku."......"
Mendengar suara berat yang terkesan arogan dari sebelah saat menyebutkan minuman paling mahal di klub ini, aku diam-diam melirik dan membeku setelahnya.
Meski sangat gelap, aku tetap dapat mengetahui jika lelaki itu cukup tampan. Tinggi dan bentuk tubuhnya terpahat sangat indah dan manjakan mata.
Saat lelaki itu mengangkat minumannya dan perlahan menyesap, aku menahan napas. Gerakan lelaki asing itu terlihat sangat sexy dan juga elegan di saat bersamaan.
Entah kenapa aku mulai mebayangkan tuan muda dari keluarga kaya. Gerak-geraik lelaki itu terlalu indah dan elegan. Jujur saja selama aku hidup, baru kali ini aku melihat dengan nyata gerakan campuran sexy dan elegan dengan kedua mataku sendiri.
Aku masih ingin terus meliriknya saat lelaki itu tiba-tiba menoleh san tatapan tajamnya terkunci denganku.
Tidak ingin dikira mengoda, apalagi lelaki itu juga memakai gelang biru yang artinya tidak bisa di ganggu, aku perlahan mengalihkan pandangan dengan biasa.
Mencoba sekeras mungkin memasang expresi biasa. Sembari diam-diam berharap lelaki itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Jadi, tertarik untuk ikut?"
Aku menoleh sebelum kembali menatap pangung di tengah ruangan. Terdiam selama benerapa detik, aku kembali menatap bantender dam mengangguk pelan.
Bantender iti tersenyum, tampak sangat puas karena berhasil menjerumuskan targetnya.
Tetapi aku tidak bisa marah.
Aku yang menyetujuinya dalam keadaan sadar, dan tidak ada tempat untuk kembali begitu aku menganggukan kepala, karena entah dari mana datang dua wanita berpakaian pelayan menghampiri.
"Tenang saja, ini Jess dan Melly. Mereka berdua akan membawamu ke ruang belakang."
Memperhatikan dua wanita di hadapan
selamat beberapa detik, lalu aku mengangguk dan turun.Aku baru berjalan beberapa langkah saat lenganku di tahan lelaki yang baru saja aku lewati.
Tidak tahu kenapa, Lelaki yang memakai gelang berwarna merah ini sejak tadi memperhatikanku. Sejak tadi aku diam karena lelaki ini tidak menganggu atau mendekat, tetapi sekarang dia benar-benar berani menyentuh pemakai gelang berwarna biru.
"Berapa yang kamu minta? Aku akan membayar dua kali lipat."
Aku mengerutkan kening mendengar suara arogan lelaki di hadapan. Lalu dengan gerakan cepat segera melepaskan cekelannya yang mulai menyakitkan.
"Seratus juta atau lebih aku akan tetap membayarnya jika kamu bersedia."
Aku menatap lelaki di hadapan. Dari nada suara dan exspresi wajahnya saja aku tahu dia sangat arogan.
Bohong jika bilang aku tidak tergoda untuk menyetujuinya. Apalagi aku tidak harus berdiri di tengah panggung dan memberi tatapan menggoda pada penawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room To Room
RomanceJangan lupa follow, ya. Tap bintang dan komen juga kalau mau. Sepi banget akunku. Lily Cleona sudah bekerja lebih dari sembilan tahun di tempat kerja lamanya, namun dia tetap tidak mendapat teman. Bahkan tak satu pun rekan kerja yang tahu nama leng...