Vote dulu sebelum baca, kak~
Artha masih ada di rumah orang tua Valdo. Mereka juga sempet makan bareng tadi. Bahkan mama Valdo heboh banget nyuruh pelayan masak yang enak-enak khusus buat Artha. Di rumah ini, Artha dimanjain banget. Dia diperhatiin sama semua orang.
"Artha, suka bunga, gak?" Tanya mama tiba-tiba pas mereka lagi ngumpul di ruang keluarga.
"Suka, tapi Artha jareng nanem, ma. Kalo liat, sih sering."
"Di belakang ada banyak bunga. Mama suka banget ngoleksi bunga gitu."
"Serius, ma? Apa jangan-jangan mama punya taman sendiri, ya?"
Mama ketawa kecil. "Bisa disebut gitu tapi tamannya gak gede kaya yang punya pemerintah gitu. Taman kecil-kecilan aja, tha."
"Kecil buat mama, gede buat orang lain yang liat," sahut Valdo.
"Kamu mau liat kebun mama, tha?"
"Kalo dibolehin, Artha mau."
"Ayo, sama saya, tha!" Valdo semangat banget pengen ngajak Artha ke taman punya mamanya.
"Jangan, Valdo. Kamu di sini aja karna papa mau bicara soal perusahaan. Artha jalan bareng Aria aja. Aria mau nemenin Artha keliling?"
"Iya, pa."
"Kamu pasti suka, tha~" mama masih heboh.
"Ayo, tha," ajak Aria. Artha ngebuntutin Aria buat ke taman belakang. Pas nyampe, ternyata bener kata Valdo. Kecil kata mama doang padahal aslinya gede.
"Wah, kok bisa ada taman di rumah sendiri yang bagus banget kaya gini." Artha tengok kanan-kiri. Dia gak pernah ke tempat sebagus ini. Padahal ini baru taman milik pribadi aja udah bagus parah.
"Yaiyalah, tha. Ini si mama juga ngerawatnya bukan main. Pengurus taman ini juga khusus, gak sembarangan nyuruh pelayan."
"Keren banget."
Aria sama Artha berjalan dalam keheningan. Artha sibuk liatin bunga. Aria sibuk sama pikirannya. Ngerasa keadaan canggung, Artha inisatif buat ngobrol. Topik pembicaraan mereka gak jauh dari kejadian hari ini.
"Bu Aria."
"Ya?"
Artha menarik-narik jarinya secara bergantian. Dia ragu mau ngomong atau gak, takut salah. "Maafin saya, ya."
"Dih, ngapain tiba-tiba minta maaf?"
"Saya rada gak enak sama kejadian tadi pas papa mamanya pak Valdo merhatiin saya terus. Apalagi mama juga sampai nyuruh saya buat nikah sama pak Valdo. Saya minta maaf."
"Saya udah tau pasti mereka seneng banget bakal punya cucu sekalipun itu dari kontrak bodoh yang kita buat."
Artha kaget sambil natap Aria. "Bu Aria tau ini kontrak bodoh tapi kenapa tetap dijalani?"
"Saya kacau."
Mereka sampai di sebuah pohon besar lalu Aria mendudukan diri di kursi yang ada di bawah pohon itu. Artha juga ikut duduk.
"Kacau?"
"Orang tua Valdo setiap ketemu saya selalu nanya kapan punya anak-kapan punya anak. Valdo juga sepulang dari rumah orang tuanya suka kesel sendiri gara-gara terus dituntut punya keturunan bahkan Valdo sampai jarang ke sini karna alasan itu."
Aria ngehela nafas sejenak. Artha malah jadi makin prihatin sama keadaan Valdo dan istri. Mereka kaya tapi belum tentu sepenuhnya bahagia. Selama ini Artha emang hidup gak bercukupan tapi dia selalu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak {M-preg} (Completed)
Teen Fiction"wtf, kamu trans tv?!" Pekik cewe yang tadi sempet ngedadahin Artha pas masuk ruangan. "transgender, sayang," koreksi Valdo. "Nah, iya itu maksudnya." "Eh, bukan gitu. Saya cowo tulen, loh ada batangnya." "HAH?! COWO BISA HAMIL?" Cewe itu makin menj...