Vote dulu sebelum baca, kak~
Bulan terus berganti. Kandungan Artha juga makin gede. Orang-orang di kantor sempet bingung sama kehamilan Artha. Tapi mereka juga udah terima soal ketidakstabilan dunia ini. Gak cuma itu, Artha juga makin deket sama Valdo. Dia bahkan sering dianter jemput kemana-mana. Kalo boleh jujur, Artha ngerasa bersalah sama Melvin tapi dia juga gak bisa nahan buat gak ketemu Valdo. Artha nyimpulin ini semua gara-gara pengaruh bayi.
"Valdo, aku mau ngomong!" Aria ngebuka kasar pintu ruangan kerja Valdo. Hari ini Valdo gak ada janji dan gak dapet kabar kalo Aria bakal datang ke kantor karna dia juga kelupaan bawa hpnya.
"Kenapa kamu marah-marah?" Sahut Valdo cuek, dia fokus sama komputer di hadapannya. Beberapa bulan belakangan ini sifat Valdo emang berubah. Dia yang selalu ngefokusin diri buat Aria, sekarang mulai gak acuh.
"Ini apa? Ini apa, Valdo?!" Aria ngehempasin sebuah hp ke atas meja Valdo.
"Heh, kok kamu banting hp aku? Kalo marah itu gak usah ngerusak barang orang lain!" Valdo berdiri. Dia gak terima hpnya digituin sama Aria.
"Wallpaper hp kamu kok fotonya Artha? Pantes kamu udah gak mau lagi hpnya aku pegang jadi kamu gini sama Artha. Sekarang juga udah diganti passwordnya. Apa yang kamu sembunyiin dari aku, val?!"
"Ya, aku cuma bercanda masang foto dia biar dia seneng. Dia lagi hamil, moodnya harus dijaga."
"Demi ngejaga mood Artha kamu tega ngelukain perasaan aku? Aku ini masih istri kamu!" Suara Aria makin meninggi.
Valdo jalan ngedeketin istrinya. Dia juga udah mulai tersulut emosi. "Kamu emang masih istri aku. Sekarang mau kamu apa? Aku gak mau debat, intinya aja."
"Jauhin Artha."
"Gak bisa. Aku ayah dari bayi yang dia kandung. Kenapa aku harus ngejauhin sementara mereka butuh aku?"
"Terus gimana sama aku? Aku juga butuh kamu!" Aria nangis. Jari-jarinya ngejambak rambut sendiri.
"Kamu sama Artha itu cuma kontrak. Jangan mentang-mentang kalian punya anak sama-sama, kamu bisa deketin dia seenaknya."
"Aku tau, aku tau!"
"Kalo udah tau jaga perasaan kamu. Aku udah percaya kamu gak akan suka sama laki-laki tapi kenapa makin ke sini kamu makin brengsek? Sifat kamu berubah. Kamu nyuekin aku. Gini caranya lebih baik aku gak dapet anak dari dia. Aku mau Artha ngegugurin kandungannya."
Valdo menatap istrinya gak percaya. Jakunnya bergerak naik turun seiring dengan percobaan Valdo buat nahan emosi. Mata Valdo udah memerah tapi dia gak mau sampai ngelakuin hal yang makin nyakitin Aria.
"Kamu gila?"
"Iya, aku gila gara-gara kamu!"
Ruangan hening. Cuma ada deru nafas keduanya. Beberapa saat kemudian, barulah Valdo pergi ninggalin Aria. Dia dateng nemuin Artha.
"Artha, ayo ikut saya."
"Tapi kerjaan aku belum selesai, pak."
"Udah, ikut aja."
Mau gak mau Artha ikut sama Valdo. Mereka ngendarain mobil ke tempat yang jauh. Sepanjang jalan Valdo cuma diem. Artha gak tau bosnya ini kena angin apa sampai kaya gini.
Mereka sampai di sebuah rumah sederhana dengan halaman luas. Mobil Valdo terparkir. Kedatangan mereka disambut seorang bapak-bapak. Dugaan Artha, itu pengurus rumah ini.
"Tuan Valdo, lama gak berkunjung ke sini."
"Iya, pak. Saya baru aja dapet waktu senggang." Valdo ngegenggam tangan Artha. Sejenak Artha menatap tangannya yang digenggam. "Di dalam bersih, pak? Aman, kan?" Valdo mengumbar senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak {M-preg} (Completed)
Ficção Adolescente"wtf, kamu trans tv?!" Pekik cewe yang tadi sempet ngedadahin Artha pas masuk ruangan. "transgender, sayang," koreksi Valdo. "Nah, iya itu maksudnya." "Eh, bukan gitu. Saya cowo tulen, loh ada batangnya." "HAH?! COWO BISA HAMIL?" Cewe itu makin menj...