Vote dulu sebelum baca~
Valdo bener-bener jagain Artha sama Liam sampai sore. Kalo aja gak diusir pulang sama Artha, mungkin Valdo sampai detik ini masih ada di rumah Artha. Melvin? Dia juga gak balik-balik dari tempat kerja.
"Papa." Liam yang ada didekapan papanya ngedongak buat natap Artha.
"Iya. Kenapa, sayang?"
"Hujannya belisik banget, pa. Li takut." Sekarang emang lagi hujan lebat. Artha dari tadi khawatir banget sama Melvin, takut ada terjadi sesuatu.
"Pa, ayah kapan pulang?"
"Bentar lagi kayanya, li. Kita sabar, ya nunggu ayah."
Liam cuma ngangguk. Dia tenggelamin wajahnya di dada Artha. Artha pun cuma bisa ngusap kepala anaknya. Hampir setengah jam Artha nunggu Melvin, tapi cowo itu gak balik. Hati Artha makin resah. Liam aja udah ketiduran nungguin ayahnya. Pada akhirnya Artha gak tahan lagi. Dia gendong Liam terus bawa satu payung buat keluar rumah. Dia mampir dulu ke rumah tetangga buat nitipin Liam.
"Maaf, ya bu malam-malam gini malah nitip Liam."
"Gak papa, tapi dek Artha pengen kemana hujan kaya gini?"
"Mau cari Melvin, bu."
"Gak nunggu teduh aja?"
"Gak. Saya takut Melvin kenapa-napa, jadi saya cari sekarang. Artha pamit dulu, bu."
"Iya. Hati-hati, dek Artha."
Artha berlari menerobos hujan. Payungnya hampir gak berfungsi, badan Artha tetap basah. Puncaknya payung itu justru terbang dan Artha gak bisa ngejar. Artha gak peduli, tujuan dia sekarang bengkel Melvin yang bentar lagi juga sampai.
"Pak," panggil Artha ke satu pria paruh baya yang ada di bengkel buat beres-beres alat.
"Kenapa, dek?"
"Melvin ada?"
"Melvin? Oh, dia udah pulang dari tadi."
Artha membeku. Melvin udah pulang? Tapi kok gak nyampai rumah? Perasaan Artha makin gelisah, takut suaminya kena masalah. Cowo manis itu lanjut jalan tanpa arah buat nyari suaminya. Meski badannya udah basah kuyup, meski rasa dingin sangat menusuk, dan meski pandangannya buruk Artha kekeh mau nyari Melvin sampai dapat.
"Kalo gak ke bengkel, Melvin di mana?"
"Melvin..." Gumam Artha. Kakinya udah gak sanggup ngelangkah sampai-sampai dia tersungkur di pinggir jalan. Bukannya segera berdiri, Artha justru gak bisa nahan lagi buat gak nangis. Dia kesel sama dirinya sendiri yang lemah kaya gini.
..
.
.
.
Di sisi lain, Melvin lagi duduk di sebuah kursi depan Indobulan. Badannya gak kalah basah. Cowo itu natap kosong ke arah hujan.
"Artha lagi apa, ya?"
"Pasti dia masih asik sama pak Valdo." Sejenak Melvin melotot. "Apa jangan-jangan hujan begini mereka malah kelonan?!"
"Argh! Gak boleh nethink." Melvin mengusap wajahnya frustasi. Matanya perlahan terpejam gitu aja.
"Kenapa rasanya sakit banget mikirin Artha lebih bahagia sama Valdo dibanding sama diri sendiri? Apa Artha udah gak cinta lagi sama gua? Apa dia udah kepincut sama Valdo, ya?" Batin Melvin. Dia terus mikir yang gak-gak sampai tanpa sadar air matanya ikut jatuh.
"Anjir, lah." Melvin ngebuka mata. "Kenapa jadi melow gini gara-gara hujan." Cowo itu ngusap air matanya. Alasan Melvin gak pulang sekarang karna dia butuh waktu buat menata hati yang sempat sakit tadi pagi pas ngeliat perhatian Valdo ke Artha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak {M-preg} (Completed)
Teen Fiction"wtf, kamu trans tv?!" Pekik cewe yang tadi sempet ngedadahin Artha pas masuk ruangan. "transgender, sayang," koreksi Valdo. "Nah, iya itu maksudnya." "Eh, bukan gitu. Saya cowo tulen, loh ada batangnya." "HAH?! COWO BISA HAMIL?" Cewe itu makin menj...