Vote dulu sebelum baca biar aku punya alasan buat lanjutin ini cerita,-,)
Artha sampai di rumah. Tadinya dia berencana mau bilang malam ini juga biar keresahannya berkurang tapi ternyata Artha malah nemuin suami sama sang anak udah tidur di ruang tengah. Perasaan Artha menghangat pas ngeliat pemandangan manis itu.
"Melvin, bangun." Artha ngegoncang badan suaminya.
"Heum?" Melvin ngucekin mata lalu samar-samar ngeliat keberadaan Artha di sampingnya. "Eh, udah pulang, tha?"
"Udah, sayang." Bibir Melvin dikecup. "Kamu sama Liam kenapa tidur di sini?"
"Tadi Liam rewel nyariin kamu, terus aku bilang kita tunggu papa di sini aja akhirnya malah sama-sama tidur."
"Maaf, ya aku pulangnya malem sampai bikin kalian ketiduran di sini. Pindah ke kamar, yuk biar badannya gak sakit."
Melvin setuju. Dia gendong Liam dan dibawa ke kamar. Ayah dan anak itu sudah merebahkan diri di kasur, cuma Artha yang masih sibuk naroh tas kerja sama ngelepas pakaian. Dia mau mandi dulu sebelum tidur. Selepas mandi, Artha dengan piyamanya segera ikut naik ke kasur. Melvin udah terlelap lagi.
"Vin, semoga nanti kalo aku ajak ngobrol soal kontrak, kamu gak marah-marah," gumam Artha sambil natap dalam wajah suaminya. Sehabis itu Artha mutusin buat tidur.
..
.
.
.
Pagi-pagi banget, Melvin udah sibuk nyiapin sarapan di atas meja makan. Artha yang baru aja selesai pake baju rapi buat ke kantor, langsung duduk. Di tengah pasusu itu juga ada Liam. Semenjak Artha mulai kerja, sarapan harus disiapin sama Melvin dulu karna Melvin berangkat ke tempat kerjanya lebih siang dibanding Artha.
"Yah, hali ini kita mam apa?"
"Makan telur goreng, sayang."
Liam seketika manyun. "Telul agi? Li nda mau."
"Liam, anak baik itu gak pilih-pilih makanan." Artha ngusap surai anaknya.
"Tapi, paaa..."
"Makan apa yang ada aja, ya? Kasian, loh ayah kamu udah masak dari pagi."
Akhirnya anak itu mau gak mau makan apa yang udah disuguhin di atas meja. Melvin sebenernya sedih ngeliat Artha sama Liam harus hidup susah bareng dia. Sampai-sampai Artha aja ikutan kerja buat nambah penghasilan. Selesai makan, Liam langsung ninggalin meja makan. Anak itu milih buat berkutat sama mainannya.
"Vin, ada yang pengen aku omongin sama kamu."
"Apa, hm?"
Ngedenger cara bicara Melvin yang melembut, Artha rasanya pikir-pikir lagi buat ngobrolin soal kontrak.
"Kenapa diam, tha? Katanya ada yang pengen diomongin. Omongin aja kali."
"Aku dapet surat ini dari bos." Artha menyerahkan surat kontrak yang kemarin dikasih sama Valdo. Sejenak Melvin ngebaca surat itu lalu ekspresinya langsung mengeras.
"Bos kamu pengen ngontrak kamu buat ngandung anaknya? Udah gitu kontrak ini dimulai dari kalian berhubungan badan? Gila! Aku gak bakal ngizinin. Lagian kenapa dia gak adopsi aja atau bayi tabung gitu, sekarang kan udah canggih!"
"A-aku gak tau tapi uangnya luma–"
"Aku gak peduli soal uang! Di sini yang aku permasalahin itu kamu. Aku gak bakal mau orang yang aku sayang ngejual badannya." Artha kaget pas denger suara Melvin yang meninggi diikuti dengan gebrakan meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak {M-preg} (Completed)
Genç Kurgu"wtf, kamu trans tv?!" Pekik cewe yang tadi sempet ngedadahin Artha pas masuk ruangan. "transgender, sayang," koreksi Valdo. "Nah, iya itu maksudnya." "Eh, bukan gitu. Saya cowo tulen, loh ada batangnya." "HAH?! COWO BISA HAMIL?" Cewe itu makin menj...