17

15.2K 2.3K 372
                                    

Vote dulu sebelum baca, kak~

Valdo menarik Artha ke dalam ruangannya. Artha bingung kenapa bosnya ini narik-narik dia tanpa alasan. "Pak, sebenernya kita mau ngapain, sih?"

'brak'

Suara tubuh Artha yang terdorong lumayan keras ke dinding. Pintu ruangan sudah dikunci tadi. Jadi mereka bebas gak ada yang liat.

"Artha," lirih Valdo. Bola matanya bergerak kesana-kemari menelisik wajah Artha. Raut mukanya jelas gak baik-baik aja. Nafasnya pun ikut memburu.

"Kenapa, pak?"

"Maaf..." Artha lagi-lagi bingung ngedenger Valdo minta maaf. Tapi dia malah makin bingung kala bibir Valdo menyentuh bibirnya. Sang bos tanpa malu melumat bibir ranum Artha.

Setelah beberapa saat barulah Valdo melepaskan tautan mereka. Ekspresinya makin kacau. "Kenapa bisa kaya gini?" Monolognya.

"Pak Valdo, anda baik-baik aja?"

"Gak, Artha!" Valdo mengusak rambutnya, frustasi. Dia menyentuh sisi dadanya sendiri lalu beralih nyetuh dada Artha.

Valdo tiba-tiba mengernyit. "Eh? Kamu deg-degan juga?"

Artha buang muka. "Gak, kok. Jantung aku kaya gini gara-gara diajak jalan cepet sama pak Valdo tadi."

"Hah?! Maafin saya. Duh, debaynya gak papa, kan?" Valdo meraba-raba perut Artha.

"Gak papa, pak."

"Maafin saya. Gara-gara pengen mastiin sesuatu, saya sampai lupa sama keselamatan kamu dan bayi kita."

"Bayi bapak sama bu Aria, bukan bayi kita."

Valdo sedikit tercekat tapi abis itu langsung balik normal lagi. "Iya, kamu bener."

"Ada lagi yang pengen diomongin?"

"Gak ada, tha. Kamu bisa balik kerja."

"Siap, pak." Artha cepet-cepet keluar dari ruangan Valdo. Bosnya itu sering ngelakuin hal yang gak Artha paham. Barusan juga Artha gak ngerti kenapa Valdo tiba-tiba nyium. Huh, freak.

Valdo yang tinggal sendirian di dalam ruangan, jalan ke deket jendela. Matanya fokus sama pemandangan di luar. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. "Harusnya gak kaya gini."

"Kenapa bisa tenggelam jauh banget?" Valdo menunduk sambil megang kepalanya. Matanya mulai terpejam erat.

"Ck! Kenapa harus dikhianati diri sendiri?!"
.

.

.

.

.

Semenjak kejadian ciuman tadi siang, Valdo jadi sering ngelamun. Pekerjaannya juga jadi ceroboh dan makan pun gak bernafsu. Pria berhidung mancung itu sekarang udah pulang ke rumah tapi pikirannya masih sibuk jalan kesana-kemari. Aria ikut heran ngeliat sikap suaminya yang beda.

"Valdo." Aria mengusap pipi Valdo dengan jari-jari lentiknya.

"Val, kok dari tadi diam? Ada masalah di kantor?"

Valdo menatap istrinya. Lumayan lama dia mengamati muka Aria tapi tanpa bicara. "Aku cuma capek aja."

"Beneran? Kalo ada masalah cerita sama aku, aku kan istri kamu. Udah sewajarnya saling bagi cerita."

"Iya, Aria. Aku pasti bakal cerita. Kamu tau sendiri aku gak bisa nyembunyiin apapun dari kamu."

Aria senyum. "Yaudah, kamu sekarang mending istirahat aja. Capek, kan?"

Kontrak {M-preg} (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang