1. Aureolus

350 47 4
                                    

Aureolus. Perkumpulan pemuda dan pemudi yang diberi amanah untuk menjaga negara tempat kelahirannya. Seluruh rakyat menaruh percayanya kepada mereka untuk menjamin keamanan mereka. Siapa saja anggota Aureolus?

Mari kita pergi ke kamar nomor 301, kamar yang dianggap selalu berantakan kecuali wilayah Zale. Hera, wilayahnya terlalu banyak kanvas dan kertas-kertas mahakaryanya. Sedangkan Sheva yang selalu menghabiskan waktunya di laboratorium bersama rekannya yang lain hingga wilayahnya tidak terurus.

"Mbak Zaleee! Kotak pensil gue mana?!" Seorang perempuan yang berambut gelombang tengah mengacak-acak isi tasnya dan juga meja tempat ia belajar.

"Mana gue tau! Yang punya elo, kok malah nanya gue," balas perempuan yang sedang menikmati teh hangatnya di pagi hari sambil duduk di kursi yang berada di balkon kamarnya.

"Mbak kan kemaren pinjem buat nepok laler, gue inget ya, Mbak," ucap Hera sambil menatap Zale tajam dari tempat ia berdiri.

Lantas Zale meletakkan gelas tehnya. "Enggak ya, sembarangan lo kalo nuduh."

Hera menghela napasnya kasar. Pagi hari seperti ini dirinya sudah dibuat frustrasi karena tempat pensilnya hilang entah ke mana. Dengan langkah yang terseret perempuan itu mengelilingi kamar 301 yang bisa dibilang sangat-sangat luas melebihi luas kamar milik Hera di rumahnya yang dulu.

"Eh, gue mau ke Limerence, ikut gak?" tanya Zale setelah beranjak dari balkonnya.

"Duluan aja lah, gue gak bisa sarapan dengan tenang kalo barang gue belom ketemu," balas Hera ketus.

"Yaudah, bye." Zale pergi keluar dari kamarnya lalu berjalan menyusuri kamar-kamar tempat anggota Aureolus tinggal. Kamar yang ia lewati sekarang adalah kamar 304, kamar yang orang anggap sebagai kamar terdamai kecuali saat Egi sedang terbangun.

"Kak Lir! Berat badan gue!"

"Kenapa lagi sih?" Perempuan yang bernama Elira berjalan menghampiri teman sekamarnya yang sedang berdiri di atas timbangan berat badan, matanya melirik ke arah angka yang tertera di sana lalu menatap temannya. "Nah loh," ucapnya singkat lalu kembali menyisir rambutnya.

"Kak Liraaa! Padahal kemaren gue gak makan apa-apa loh! Gue cuman makan es krim red velvet punya Niran terus gue nyobain cheese cake varian baru di Limerence terus gue jajan es podeng sama bang Roman," ujar Egi panjang lebar menjelaskan keanehan dari berat badannya yang bertambah.

"No wonder berat badan lo nambah. Kayak gitu masa dibilang 'cuman'? Itu udah over, Egi, over," balas Elira sambil menekankan kata 'over.'

Egi mendengus kesal. Salahkan semua makanan yang terlihat sangat menggiurkan di matanya sehingga ia tidak bisa menahan nafsu untuk melahap semuanya. "Mana bentar lagi pemeriksaan, diceramahin gue sama bude Erin. Mana mulutnya gak bisa difilter banget, udah tau gue anaknya sensitif soal berat badan," gerutu perempuan itu sambil menghentakkan kakinya.

Setiap tiga bulan sekali, anggota Aureolus akan diperiksa kesehatannya dan diperintahkan untuk menjaga tubuhnya agar tetap ideal. Bukan karena mereka memandang fisik, hanya saja ini demi kesehatan mereka semua.

"Yaudah, lo mau ikut gue ke Limerence apa mau ke gym?" tanya Elira yang sudah siap dengan pakaian santai untuk sarapan hari ini.

"Ikut lah. Kalo gak sarapan gue bisa pengsan, you know pingsan? Pingsan is OTW is dead tapi belom dead," titah Egi yang entah apa maksudnya. Perempuan itu pun mengambil ikat rambutnya dan mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda. Mereka berdua pun keluar dari kamarnya menuju Kantin Limerence.

Kantin Limerence, tempat para anggota Aureolus mengisi perutnya dan memastikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya bisa menambah energi mereka. Kantin Limerence biasa dikunjungi oleh para pejabat atau petinggi perusahaan untuk makan siang setelah rapat atau malah mengadakan rapat di sana. Tentu saja harga makanan dan minuman di sana sangat mahal.

Évasion : To Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang