35. 2nd Mission, Start!

66 17 0
                                    

"Kali ini Gara mau Papa sama Mama jawab jujur, Gara punya saudara apa enggak?"

Setelah terbangun dari tidurnya, yang Gara lakukan pertama kali adalah menghampiri orangtuanya dan menanyakan pertanyaan sensitif ini untuk kedua kalinya.

Wanita di hadapannya terlihat menahan amarah, sedangkan pria di samping wanita itu berusaha untuk menenangkannya. Gara tidak mengerti kenapa reaksi mereka aneh dan berlebihan seperti itu.

"Papa bilang berhenti bicarain ini. Kamu kenapa gak nurut sih?" tanya pria itu mengitimidasi.

"Ya karena Gara mau tau. Gara ketemu sama orang yang mirip Gara. Gara juga ngerasa dia hubungan erat sama Gara," jelas lelaki remaja itu.

Ia menunggu orangtuanya menjelaskan namun tidak ada tanda-tanda mereka akan membuka mulut. "Gara tunggu nanti sore, semoga kalian mau jujur."

Akhirnya lelaki itu pergi ke sekolah dengan hati yang ganjal, ia berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Wajah mereka terlihat suram dan banyak pikiran. Bukannya membawa kebahagiaan, dunia mimpi malah menambah beban saat mereka sudah terbangun.

"Ini gimana cara kita pergi ke tempat pak Azri?" tanya Radi bingung.

"Terus juga gimana cara nemui yang lain? Belom lagi kalo ada yang di luar kota," tambah Ralinne.

Mereka tidak yakin anggota Aureolus yang lain serta Pak Logan bisa datang ke tempat yang Pak Azri tuliskan di pergelangan tangan mereka. Titik koordinat itu tertuju pada sebuah perumahan ibu kota yang sudah tidak laku lagi, hanya rumah-rumah lama yang jarang diurus oleh pemiliknya.

"Mas Ison, mbak Zale, mas Kian. Mereka kan yang paling tua di antara kita, kalo gak ada mereka pasti jadi berantakan," ujar Hera pesimis.

"Udah kita coba aja dulu. Lagian pak Azri gak nyuruh semuanya dateng, 'kan?" ujar Gara berusaha menyingkirkan semua prasangka buruk.

"Gue masih kepikiran sama si Nathan, itu anak ngajak ribut pak Azri pas kita mau pulang," ujar Roman membuka topik baru.

"Kira-kira Zean itu siapanya Nathan ya?" tanya Sheva penasaran.

Mereka semua tidak bisa menebak siapa Zean yang membuat Nathan tersulut emosi saat mendengar nama itu. Satu hal yang pasti, Zean adalah orang yang penting bagi Nathan.

"Pulang sekolah kita langsung ke tempat pak Azri, gimana?" usul Radi. Pandangannya mengedar ke teman-temannya yang lain. Ia melihat Aisy yang terlihat ragu. "Kamu kalo gak mau ikut gapapa. Aku bisa sama yang lain."

Aisy menggeleng. "Aku mau ikut kok." Tidak mungkin ia membiarkan Radi pergi sendiri, bagaimana kalau ia dipisahkan lagi dengan Radi?

"Yaudah. Gue bakal jemput Seora dulu," ujar Gara.

Dikala yang lainnya tengah berbincang, Egi berkutat dengan ponselnya mencari informasi dari anggota Aureolus di dunia nyata. Mengingat Nathan pernah berkata kalau nama-nama mereka tidak berubah jika menjalankan misi di pusat alias Gedung Ragair.

"Guys! Gue nemu Instagram kak Lir!" seru Egi sambil menunjukkan layar ponselnya ke yang lain. Terdapat akun yang bernama eliradya dengan pengikut yang tidak begitu banyak. "Kalian coba cari juga akun yang lain!"

Mereka semua yang pernah menjadi bagian dari Aureolus segera membuka ponselnya dan mencari akun-akun yang sekiranya adalah anggota Aureolus juga. Satu persatu orang-orangnya terkumpul, mulai dari Kian hingga Niran.

"Gue bikin grup deh, gue ajak mereka ketemuan," usul Egi. Dengan disatukannya mereka akan memudahkan misi. Ia mulai mengundang akun-akun itu ke dalam sebuah grup dan menjelaskan rencana mereka.

Évasion : To Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang