26. Mereka Datang

106 24 3
                                    

Sudah lebih dari tiga hari sejak anggota Astrola membebaskan target mereka dan membiarkan mereka menumpang hidup di dalam UFO. Bukannya tidak senang, tapi mereka juga harus menyelesaikan misi mereka secepatnya.

Haruto memanggil semua anggotanya dan juga Zale untuk menghampiri ruangannya. Mereka semua bergegas pergi, bertanya-tanya apa yang terjadi pada Haruto sampai mendesak mereka untuk menghampirinya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Isa setelah pintu ruangan Haruto terbuka.

Haruto yang bertugas mengatur portal dan memindahkan target ke ruang bedah pun menunjukkan apa yang baru saja ia dapatkan. "Hari ini banyak banget yang cocok sama kriterianya! Kayaknya kita bisa selesain misi hari ini!" serunya penuh semangat.

Lantas mata mereka berbinar. Rasanya beban yang menimpa mereka lenyap begitu saja. "Akhirnya selesai juga," ujar Nikki lega. Ia menepuk pelan pundak Haruto bangga.

Haruto berkutat dengan segala alat elektronik di ruangannya. Setelah semuanya selesai, ia menghela napasnya panjang. "Oke, semua target udah masuk tabung, kalo mau liat, liat aja."

"Mau liat?" tanya Isa kepada Zale. Perempuan itu mengangguk semangat.

Mengetahui anggota Astrola yang lain sedang berbahagia ikut membuatnya bahagia. Mungkin saja kalau Astrola sudah menyelesaikan misi, ia bisa kembali pulang dan bertemu dengan anggota Aureolus yang lain.

Ternyata tidak harus menunggu lebih lama, Zale sudah bertemu dengan mereka, orang-orang yang ia rindukan. Mereka berada di satu tempat yang sama dengan Zale, mengambang di dalam tabung dan tidak sadarkan diri.

Saking terkejutnya, Zale tidak sanggup berdiri tegak, lututnya lemas. "T-temen gue semua itu!" seru Zale. Ia berusaha bangkit dan berlari menghampiri semua tabung itu. Kian, Hera, Niran, semuanya berada di sana. Tanpa sadar air mata menetes dari mata Zale.

Perempuan itu menoleh ke arah anggota Astrola dan kembali menekuk lututnya, bahkan ia rela bersujud di depan mereka. "Gue mohon kali ini bebasin mereka! Ini temen-temen yang gue bilang ke kalian waktu itu!" pintanya bersungguh-sungguh.

"Kalo kalian keberatan, kalian boleh ambil emas di dalem jantung gue," ujar Zale tanpa berpikir. Ia hanya ingin teman-temannya selamat, lagipula ia tidak akan sanggup melihat mereka dibedah dan diambil jantungnya begitu saja.

Nikki menoleh ke arah dua rekannya. Mendapati mereka yang terperangah melihat target-target baru mereka. "Guys? Lo semua gapapa?" tanyanya pelan.

Isa melangkahkan kakinya, berjalan mendekati tabung yang mengurung seorang laki-laki berkaus hijau dan celana merah. Dengan tubuh yang setengah gemetar ia menyentuh tabung itu.

Haruto juga menghampiri tabung yang mengurung seorang perempuan berambut panjang bergelombang. Hanya melihat wajahnya saja ia bisa mengingat siapa nama perempuan itu dan bagaimana dekatnya mereka.

Mereka sadar. Mereka sedang berada di tempat yang bukan seharusnya. Selama ini ingatan mereka seperti dilumpuhkan oleh sesuatu. Sekarang ingatan itu kembali, namun juga memberikan banyak pertanyaan baru.

"Jay ...?" Isa terus memandangi lelaki itu, menyadari ada yang salah lantas ia menggeleng pelan. "Radi?"

Zale perlahan kembali bangkit dari sujudnya. Ia menoleh ke arah Isa dan Haruto. Bagaimana mereka bisa mengenali seseorang yang belum pernah ditemui? Ia mengalihkan pandangannya kepada Nikki, lelaki itu tampak tenang memandangi semua hal yang terjadi.

Isa berlari kencang mengambil pisau bedah lalu menodongkannya ke arah Zale dan Nikki. "Kalian siapa?! Aku gak kenal kalian! Aku di mana sekarang?" tanyanya mendesak.

Zale mengernyit, ia berjalan mundur menjauhi Isa. "Kenapa, Sa? Kok tiba-tiba gitu ...?" tanyanya lirih.

Nikki meletakkan kedua tangannya di depan. "Gue bukan orang jahat, Zale juga bukan orang jahat. Kita di sini sama-sama buat nyelesain misi. Turunin pisaunya, kita bicarain ini baik-baik di ruang tengah," tuturnya lancar seolah ini sudah biasa terjadi.

Évasion : To Another DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang