"Haechaniee!"
Renjun berlari mengejar Haechan yang berjalan menuju arah kantin bersama Jaemin. Kedua pemuda manis itu menoleh kebelakang, memperlihatkan Renjun yang sedang mengatur nafasnya sehabis berlari.
"Aku tidak bisa membantu Jaemin kali ini, Guanlin tahu aku tidak mengikuti mata pelajaran beberapa bulan terakhir, maaf Jaemin." Ucap Renjun. Baru saja Haechan ingin menyembur Renjun dengan amarah, tangan Jaemin sudah menahan Haechan, menyuruhnya untuk tidak memarahi Renjun.
"Tidak masalah, Haechan akan membantu ku" Jawab Jaemin.
Si pemuda mungil tersenyum, omong-omong saat ini sudah waktunya untuk makan siang, dan Jaemin akan melarikan diri sesuai rencananya. Lagi pula ia juga sudah meminta izin Jeno agar tidak menjemputnya dengan sopir. Itu artinya, ini adalah peluang!
Jaemin dan Haechan menghampiri halte bus terdekat. Sedangkan Renjun sudah kembali ke kelasnya beberapa menit lalu. Yeah, Jaemin dan Haechan membolos untuk dua mata pelajaran terakhir.
Mereka naik pada salah satu bus yang baru sampai dengan arah tujuan Kota Jeonju. Membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai pada Kota yang mereka tuju, Haechan dan Jaemin turun.
"Chan... Jauh banget" cicit Jaemin. Sementara Haechan hanya terkekeh kecil sampai menunjukkan deretan gigi rapinya.
Mereka berjalan beberapa meter dari sana. Jaemin cukup cemas karena Haechan mengajaknya ke tempat yang lumayan sepi.
"Chan... Pulang aja yuk, sudah mulai gelap nih, aku takut Chan" Ucap Jaemin.
Haechan yang baru sadar kalau tempat yang sedari tadi ia lewati ternyata bukan arah tujuannya seketika menjadi panik. Jalanan disana sangat sepi, bahkan sekadar penjual makanan pun tidak ada. Sangat menyeramkan.
"Na, kita tersesat...." Ujar Haechan, satu tepukan panas mendarat pada lengan Haechan, tentu saja Jaemin pelakunya—orang satu-satunya yang berada disana.
"Hiks, jangan bercanda!! Pulang aja yukk"
Bercanda? Haechan benar-benar tidak sadar. Haechan membenci haluannya saat berjalan tadi, mengapa ia harus melamun seperti itu?!
Merasa tidak ada sahutan dari sang lawan bicara, Jaemin mengambil ponselnya dari dalam saku celana seragam sekolahnya. Hari sudah mulai sore, tapi suasananya cukup membuat bulu kuduk Jaemin dan Haechan bangun. Jika di deskripsikan, tempat itu seperti tempat perkumpulan sekelompok penjahat yang mempunyai hobi melecehkan siapapun yang melewati tempat tersebut.
Baru saja membuka kunci layar ponselnya, Jaemin sangat marah karena tidak ada sambungan internet di sana. Bagaimana ia harus menghubungi Jeno kalau begini?
Ya, memang tujuannya Ia lari adalah untuk menghindari Jeno, tetapi di kondisi seperti ini Ia juga membutuhkan Jeno untuk menyelamatkannya dan juga Haechan. Hanya Jeno dan kedua sahabatnya yang bisa Jaemin andalkan di dunia ini.
"Tidak bisa menghubungi Jeno hikss... Haechanie aku mau pulang!!! hiks"
Haechan semakin memutar otak ketika Jaemin menangis. Jika Jeno mengetahui kalau Haechan merusak rencananya, bisa dipastikan ia akan mendapat beberapa siksaan dari pria itu.
Kalau kalian berpikir ini adalah rencana Haechan dan Renjun untuk membawa Jaemin pergi, maka kalian salah. Ini semua rencana Jeno, menjebak Jaemin agar dirinya terlihat seperti pahlawan dimata Jaemin sehingga pemuda manis itu tidak bisa lari darinya. Namun rencana itu harus gagal hanya karena kecerobohan Haechan—salah satu anak buahnya.
"Haduh jangan menangis dong, Na. Kita jalan ke arah sebelumnya aja ya? Siapa tahu nanti kita bertemu beberapa orang disana" Hibur Haechan yang mampu membuat Jaemin menghentikan tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut || Nomin [END] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ "Apapun yang aku inginkan pasti akan aku dapatkan termasuk Na Jaemin sekali pun" Na Jaemin, si pemuda bernasib malang dengan kehidupan miskin, membawanya bekerja sebagai seorang pelacur di sebuah club bar yang cukup terkenal di Seo...