"Karena diri mu Mommy ku tiada, Jaemin!!!"
Jaemin tertegun, suasana ramai suara-suara pelayan yang membicarakan Jisung dan Jaemin pun terasa sunyi. Apa hubungan kematian Nyonya Lee dengan Jaemin?
Lagi-lagi Jisung tertawa remeh melihat gelagat Jaemin yang terlihat begitu bodoh. Ia tahu bahwa Jaemin menahan tangisnya karena bentakan dan omongan tidak enak dari Jisung.
Jadi, inti dari semua kejadian ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan orang tua Jaemin atau bagaimana? Jaemin sungguh tidak mengerti dengan semua ucapan Jisung.
Jisung mendekat, memutar tubuhnya 90 derajat kearah Jaemin. "Aku sudah menduga kau tidak tau apa-apa."
Degup jantung Jaemin semakin kencang, Jisung menepuk pipi sebelah kanannya dengan perlahan.
"Mommy ku—"
"JISUNG!"
Ucapan Jisung berhenti saat Jeno datang bersama Juyeon dengan tatapan marah dan menghampiri mereka berdua dengan langkah besar. Jisung sudah tidak peduli yang akan terjadi kedepannya.
"Kenapa marah begitu Hyung? Bukannya ucapan ku benar? Jaemin itu pembunuh Mom—"
"Cukup Jisung! Dia lebih tua dari mu, bicara yang sopan padanya."
Jisung semakin kesal karena Hyung nya lebih membela Jaemin daripada ia yang berstatus sebagai adik kandung Jeno. Lagi pula yang ia ucapkan itu benar adanya bukan? Mengapa Jeno semarah ini? Kedatangan Jaemin mengganggu keharmonisan keluarganya.
Juyeon mengantar Jaemin pergi ke kamarnya saat diberi perintah oleh sang Bos. Ya, guna menghindari kesetressan Jaemin.
Setelah memastikan kedua kaum Adam tersebut menghilang dari sana, Jeno kembali menatap Jisung tajam.
"Dengar Jisung, kau masih seorang remaja labil yang masih tidak tahu tentang apa-apa. Jangan ikut campur urusan ku atau pun mengganggu Jaemin sekalipun." Ujar Jeno dengan intonasi khasnya.
Jisung memandang tidak suka pada Hyungnya.
"Daddy hilang juga karena d—"
"Biarkan dia menghilang. Kau masih memikirkan pria tua itu? Jangan gila Jisung!"
Lagi-lagi Jisung menatap remeh orang yang berada di hadapannya. Tidak, ini bukanlah Jisung si bocah ingusan yang selalu menurut perkataan Jeno. Kali ini berbeda.
Apa mungkin Jisung masih sesayang itu pada pria tua yang selalu berperilaku manipulatif?
"Apapun yang berkaitan dengan Jaemin, tolong jangan ikut campur dalam urusan itu. Karena kau tidak tau alasan mengapa aku membelinya. Yang pasti, mommy tidak akan suka melihat mu berperilaku seperti anak kecil." Jeno menghampiri Jisung, menepuk bahu pemuda itu dan berlalu dari sana.
Sepertinya ada yang menguping pembicaraan mereka selain pelayan-pelayan di rumah itu.
•
•
•"Juyeon Hyung." Juyeon yang berdiri di belakang pintu sembari memainkan ponselnya pun harus menoleh ke arah Jaemin dan berdehem sebagai sahutannya.
"Aku pikir, hanya aku yang tidak tau tentang ini. Maksud ku, kalian seperti menyembunyikan sesuatu dari ku. Perasaan ku juga terasa resah, dan sepertinya Tuan Jeno membeli ku bukan hanya ingin menuruti nafsunya lalu menjadikan aku pelacur pribadinya. Aku rasa ada yang janggal."
Juyeon tertegun dengan ucapan yang dilontarkan Jaemin. Entah anak ini yang terlalu peka, atau anak ini sudah mengetahui semuanya tetapi hanya berpura-pura menjadi sosok yang polos?
"Pertama kali bertemu dengan Jisung, aku mengira bahwa dia akan menjadi teman ku di sini. Ternyata takdir tidak mengizinkan. Dia membenci ku." ujar Jaemin memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut || Nomin [END] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ "Apapun yang aku inginkan pasti akan aku dapatkan termasuk Na Jaemin sekali pun" Na Jaemin, si pemuda bernasib malang dengan kehidupan miskin, membawanya bekerja sebagai seorang pelacur di sebuah club bar yang cukup terkenal di Seo...