Jaemin kembali dalam kondisi tubuh yang digendong oleh Jeno. Anak itu tertidur setelah Nenek menepuk-nepuk punggungnya, alhasil Jeno harus mengangkat tubuh kecil dengan berat badan yang bisa dibilang cukup berat karena bobot Jaemin pasti bertambah.
Langit yang mulai gelap menghiasi kamar luas penuh pernak - pernik lucu sesuai keinginan Jaemin. Tangan kekar pria itu menaruh tubuh kecil tersebut secara perlahan. Ia tatap wajah cantik anak itu hingga mulai terpesona sejenak. Sangat sedikit momen romantis yang mereka lakukan, bahkan Jeno sampai menyadari hanya kekerasan dan kemewahan yang ia berikan sejak bertemu dengan Jaemin.
Apa Jeno harus memberi hadiah berupa rasa kasih sayang selama satu hari saja?
Hanya sekadar bermain-main dengan pemuda itu kok, ia tidak berniat untuk memberikan hal lebih kepada Jaemin. Karena Jeno tahu, bagaimana bodohnya Jeno jika ia sampai mencintai seseorang. Walau saat ini Jaemin sudah cukup mengambil sedikit atensinya, tetapi Jeno bisa menyangkal hal itu dengan sangat mudah.
"Aku lapar."
Lamunan Jeno tersadar ketika dua kata keluar dari mulut Jaemin dengan mata yang masih tertutup. Kedua tangan yang masih mengalung di leher Jeno membuat jarak mereka terpagut sangat dekat dan cukup lama sampai mata indah itu terbuka dan menatap Jeno seperti orang mabuk.
"Ingin makan apa? Aku akan menyuruh pelayan untuk memasak makanan untuk mu." Tanya Jeno.
Jaemin menggeleng ribut dan menatap Jeno dengan pandangan lucu; puppy eyes. Bibir berwarna merah muda dengan bentuk tipis menggoda itu mengerucut. Ekspresi itu membuat gundukan pada selangkangan Jeno menonjol seketika.
"Apapun, asal kau yang memasaknya."
Katakan saja Jaemin jahil. Sudah keputusan Jaemin untuk tidak menyerah dan berjuang mendapatkan hati Jeno kok. Walau resikonya begitu besar, tetapi Jaemin yakin kalau hasilnya akan memuaskan nanti. Terlebih lagi Jeno merupakan sosok yang begitu posesif dan cukup terobsesi pada tubuhnya bukan? Itu bisa menjadi kesempatan besar bagi Jaemin.
"Aku tidak bisa memasak. Cepat katakan ingin makan apa, aku akan memberitahukan ini pada pelayan."
"Aku tidak mau memakan masakan pelayan! Tidak enak."
"Akan lebih tidak enak lagi jika aku yang memasak."
"Ck, ayolah."
"Lee Jaemin."
Jaemin begitu kesal dengan respon yang diberikan oleh Jeno. Ada saja bahan untuk menyangkal keinginannya. Lebih kesalnya lagi kenapa perintah itu begitu terasa mendominasi? Nyali Jaemin cukup ciut untuk melawan jadinya.
Namun rasa kesal itu berubah saat Jaemin menyadari sesuatu. Sejak kapan marganya berubah menjadi 'Lee'? Haduh, bisakah Lee Jeno diam sebentar saja? Jantung Jaemin berdetak begitu kencang sekarang. Dirinya semakin yakin kalau ia menyukai Jeno sebatas mengeklaim pria itu keren.
Tapi Jeno tidak keren.
Tetapi Jaemin menyukainya.
Tidak, Jeno tidak keren.
Tetapi Jaemin menganggapnya keren.
Sudahlah. Tidak akan ada habisnya jika otaknya digunakan untuk memikirkan hal yang tidak berguna.
"Sekali saja Jeno-yya. Anak mu yang meminta ini. Tidak bisakah kau menurunkan ego dan gengsi mu untuk sekali saja? Memangnya mau kalau anak mu ini lahir dengan tampang yang begitu jelek? Aku tidak mau. Kau juga seharusnya tidak mau. Ayo turuti satu permintaan ku ini. Besok kau bisa menggempur lubang ku lagi, deh. Aku janji!"
Jeno menghela nafasnya. Bau mint yang bercampur dengan aroma grape peach nicotine liquid sangat menggoda gairah Jaemin. Jaemin menyukainya. Jangan lupakan parfum Jeno yang beraroma vanilla yang sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut || Nomin [END] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ "Apapun yang aku inginkan pasti akan aku dapatkan termasuk Na Jaemin sekali pun" Na Jaemin, si pemuda bernasib malang dengan kehidupan miskin, membawanya bekerja sebagai seorang pelacur di sebuah club bar yang cukup terkenal di Seo...