Secangkir teh hangat ditaruh rapih di atas meja. Jaemin melirik seorang wanita tua yang terbaring lemah di atas kasur, kemudian matanya beralih ke arah seorang gadis yang tengah membantu nenek itu untuk bangun dan meminumkannya teh.
Perilaku gadis yang menariknya tadi sangat lembut pada nenek itu. Jaemin suka melihat sikapnya. Namun disisi lain ada sifat keras yang dimiliki oleh gadis ini, seperti wanita dominan? Jaemin juga suka sikap maskulinnya.
"Siapa nama mu, nak?" Tanya nenek tua itu dengan suara serak khas lansia.
"Na Jaemin." Gadis yang membawanya tadi membulatkan matanya, seperti ekspresi terkejut. Jaemin pun bingung dengan gadis itu. Apa ada yang salah dengan namanya? Apa namanya terdengar aneh?
"Ada apa? Kenapa terkejut begitu? Jangan mengejek nama ku, aku tidak suka!" Ujar Jaemin.
Seketika gadis itu terkekeh melihat tingkah lucu Jaemin. Aish, membuat Jaemin merasa tersipu malu saja!
"Nama mu sangat bagus Jaemin. Hanya saja, apa kau berasal dari keluarga kaya?"
"Tidak. Kalau aku berasal dari keluarga yang kaya, tidak mungkin aku menjadi seorang jalang sekarang!"
Gadis itu mengangguk. Mereka memang bercerita sedikit saat perjalanan ke rumah tadi.
"Nama ku Ryujin. Kau mau makan?" Jaemin mengangguk. Ia memang sangat lapar setelah berjalan beberapa kilometer untuk mencari keramaian.
Ryujin pun berdiri dan menyiapkan makanan untuk Jaemin. Nenek itu kembali mengajak bicara pemuda dihadapannya dan Jaemin pun menyahuti pertanyaan Nenek itu dengan senang hati.
Rumah ini memang sepi, namun suasananya begitu ramai bagi Jaemin. Dimana Ryujin dan Neneknya yang sangat suka bercanda membuat suasana yang cerah. Jaemin menyukai suasana seperti ini, dan bisa dikatakan hal yang sederhana lebih baik daripada sesuatu sempurna yang dimiliki Jeno.
Omong-omong tentang Jeno, Jaemin jadi rindu amarah pemuda itu. Katakan ia sudah gila sekarang.
Tak lama Ryujin datang dengan membawa nampan berisi makanan dan satu cangkir teh disana. Langsung saja Jaemin melahap makanan itu, ia sudah terlanjur lapar. Makanannya pun sangat enak, mampu membangkitkan nafsu makan Jaemin.
"Ryujin-ssi. Kau punya ponsel? Aku ingin menghubungi nomor ku. Siapa tahu saja ada yang menemukan handphone ku kan." Ucap Jaemin.
Ryujin mengangguk dan memberikan benda pipih tersebut pada pemuda yang sedang makan.
Jari jemari lentik Jaemin menari indah menekan nomor pada layar. Sambungan itu pun terhubung, pasti ada seseorang yang menemukan ponselnya.
"Halo? Siapa disana? Aku pemilik ponsel itu, bisa kau beri tahu alamat mu? Aku ingin mengambilnya besok."
"........"
Mata Jaemin membulat sempurna ketika ada suara khas yang familiar ditelinganya menjawab ocehan Jaemin.
"T—tuan...?"
•
•"Jisung? Sedang apa disini?" Juyeon menepuk pundak pemuda berusia enam belas tahun yang tengah duduk di kursi taman belakang.
Jisung menggeleng, kemudian mengeluarkan senyum mirisnya. "Aku merindukan Chenle. Jeno Hyung menyuruh keluarganya untuk pindah ke China setelah kejadian itu kan."
Juyeon cukup tahu permasalahan Jisung. Bagaimana pun juga ia pernah merasakan masa muda dan merasakan jatuh cinta. Tapi ia juga tahu kalau apa yang Jeno lakukan itu ada benarnya, menurutnya memisahkan Chenle dan Jisung itu adalah hal yang benar karena mereka sudah melangkah terlalu jauh diusia semuda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut || Nomin [END] ✓
Fanfiction⚠️MATURE STORY⚠️ "Apapun yang aku inginkan pasti akan aku dapatkan termasuk Na Jaemin sekali pun" Na Jaemin, si pemuda bernasib malang dengan kehidupan miskin, membawanya bekerja sebagai seorang pelacur di sebuah club bar yang cukup terkenal di Seo...